17:34 -
Mark memasukkan beberapa baju-bajunya di dalam koper berwarna abu-abu rokoknya. Sesekali dia menghembuskan napas dengan cukup panjang sambil menatap langit-langit mansion itu dengan nanar.
Ah ... Rasanya berat untuk kembali ke Indonesia disaat suaminya dan juga anaknya ada di sini. Ditambah lagi dia yang punya bayi di dalam perut Haechan. Makin sulit untuk dia kembali ke Indonesia.
Pagi tadi, Mark mendapat telepon dari sekretarisnya, Park Jisung. Katanya, ada salah satu klien yang melakukan korupsi pada saham mereka. Mau tak mau, Mark harus turun tangan, apalagi korupsi kali ini tak bisa dibilang sedikit.
Ceklek!
Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Haechan yang kini tengah berdiri di ambang pintu sambil menatap Mark dengan kaget.
Mark menghentikan aktifitasnya, lalu berjalan ke arah Haechan dan mencium perut buncit sang suami.
"Sayang ... Ayah pergi dulu, ya. Nanti, Ayah kembali dalam kisaran lima hari, ya? Kamu di sini yang baik-baik dan jangan buat Papa repot."
"Nanti kalau mau bikin repot, tunggu Ayah balik ke Vancouver."
"Ayah sebenarnya gak mau jauh-jauh dari kalian. Tapi, Ayah dengan terpaksa harus pulang ke Indonesia karena urgent."
"Jadi anak yang baik ya, Sayang..."
Cup!
Mark mengecup perut buncit Haechan, lalu tak lupa dia mengelusnya dengan penuh kasih sayang.
Mark mengangkat pandangannya, lalu mengelus lembut pipi Haechan.
"Aku tahu kalau semenjak aku datang ke sini, kamu kurang nafsu makan. Jadi, kalau aku pergi nanti, kamu makan yang banyak ya?" pinta Mark.
"..."
Tak ada jawaban dari Haechan, membuat Mark hanya bisa tersenyum kecil. Dia tak apa tak direspon, dia maklum akan hal itu. Masih baik dia tak didepak dari mansion itu, apalagi diceraikan.
Mark berdiri, lalu dengan lembut mengecup kening Haechan.
"Aku tahu kalau emang kamu dekat banget sama Jaemin. Mau close because of a friend or because of a crush. Tapi, tolong jangan lewat batas kayak aku ya?" pinta Mark lembut.
"Jangan berpikir munafik. Aku gak serendah hati kamu yang murahan sampai cheating dibelakang aku dengan dokter kandungan ku sendiri," jawab Haechan datar.
Mark tersenyum tipis saat mendengarkan jawaban Haechan.
Menusuk. Mencelos. Sakit. Definisi ucapan Haechan. Tapi, tak apa selagi itu bisa membuat Haechan tenang.
"Kenapa ke kamar tamu?" tanya Mark.
Haechan terdiam sesaat, lalu mengangkat pandangannya dan kepalanya menggeleng kecil.
"Kenapa? Coba bilang," tanya Mark lagi.
"Aku mau keluar makan malam dengan Jaemin. Tapi, kayaknya kamu mau flight ya? Jadi, aku gak usah minta izin," jawab Haechan.
Mark tersenyum tipis sambil mengangguk sebagai jawaban.
"Terima kasih karena masih nganggep aku kepala keluarga," ucap Mark lembut.
Haechan terdiam, lalu berjalan keluar dari kamar tamu tanpa merespon ucapan Mark sedikitpun.
Mark menghela napas panjang, lalu kembali packing barang-barangnya.
Kalau biasanya, Haechan yang akan menyiapkan semua barang-barangnya. Tapi, kali ini dia harus mandiri tanpa meminta bantuan Haechan. Dia masih tahu diri untuk tidak meminta bantuan Haechan.
Mark menghela napas panjang, lalu bersandar pada tembok tanpa melanjutkan aktifitasnya lagi. Dia merenungkan bagaimana perubahan keluarganya setelah dia berselingkuh. Tak terasa, pria itu mengumpulkan air matanya di pelupuk matanya, sekali kedip maka dia akan menangis saat itu juga.
Mark terkekeh sumbang, lalu menghapus air matanya dengan kasar.
Dengan segera Mark merapikan kembali pakaiannya, lalu tak lupa dia juga memasukkan beberapa foto polaroid Haechan yang tengah mengandung yang sempat dia cetak beberapa hari sebelumnya.
•••••
"DongMin ingin kemana?" tanya Haechan lembut sambil berjongkok di depan DongMin.
Dengan langkah pelan DongMin menghampiri sang Papa, lalu tanpa izin anak itu mengelus lembut mata sang Papa.
"Menangislah, Pa. Tak ada yang melarang Papa menangis," bisik DongMin pelan.
Tanpa diminta dua kali, air mata Haechan seketika mengalir dengan begitu deras dari kedua bola matanya. Entahlah, ini terasa menyakitkan bagi Haechan. Berlagak jahat di depan Mark bukan sesuatu yang mudah bagi dia yang mencintai pria berengsek itu.
"Tadi subuh, Grandpa menelepon dan bilang kalau Ayah akan kembali ke Indonesia. Ayah harus mengurus perusahaan yang sudah Ayah tinggalkan. Dua klien Ayah melakukan korupsi pada perusahaan Ayah. Jadi, mau tak mau harus kembali," jelas DongMin.
Haechan masih menangis di dalam pelukan sang putera.
"Menangis saja di pelukan DongMin, Papa. Jangan menangis di depan Ayah. Dia akan menginjak-injak harga diri Papa bila Papa berani menangis dihadapannya," lanjutnya memperingati.
Dengan lembut DongMin memeluk sang Papa, tak lupa satu tangannya ia gunakan untuk mengelus perut buncit sang Papa.
"Everything will be fine, Pa..." lirih DongMin.
Dari ambang pintu kamar DongMin, ada Jaemin yang menatap kedekatan Papa dan anak itu dengan nanar, lalu diam-diam menghela napas panjang.
Dengan perlahan Jaemin berjalan ke arah DongMin dan Haechan, lalu dengan segera dia merengkuh dua pria kuat itu.
"Gue always stay buat kalian berdua. Jangan banyak beban pikiran. Gue bakalan selalu ada buat kalian. Gak perduli gue orang asing atau nggak," bisik Jaemin lembut.
DongMin dan Haechan tersenyum haru, lalu mereka bertiga berpelukan dengan begitu erat.
"Tugas gue bukan buat Haechan suka sama gue. Tapi, tugas gue adalah buat Haechan, DongMin dan calon bayi Haechan bahagia. Terserah Haechan mau nerima gue sebagai pengganti Mark atau nggak. Intinya, gue cuma mau Haechan bahagia!" batin Jaemin.
Dari ambang pintu, ada Mark yang memperhatikan kedekatan tiga pria itu, lalu dengan senyum nanar Mark berjalan menjauh dari mansion itu.
Tadinya, Mark ingin berpamitan pada DongMin dan Haechan, tetapi dia rasa pamitnya tak diperlukan karena hadirnya sosok Na Jaemin di sana.
Mark memutuskan untuk segera terbang ke Indonesia tanpa memberitahu Haechan ataupun DongMin.
Lebih tepatnya, dia tak mau mengganggu pelukan bahagia mereka bertiga.
- 💍💍💍 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Shut Up! | MarkHyuck
RomanceHaechan harus menelan pil pahit saat dirinya tahu bahwa Mark Jung--suaminya, ternyata merenggangkan hubungan pernikahan mereka karena kepala keluarga itu berselingkuh. Haechan yang notabenenya sudah menjalin hubungan hampir 8 tahun lamanya dengan Ma...