15

7.6K 562 58
                                    

WARNING ⚠️

Jangan lupa vote dan komen!

Jangan sider, hargai karya penulis!

•••••

20:23 -

Haechan menjatuhkan benda pipih itu, lalu dengan cepat dia menggelengkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan menjatuhkan benda pipih itu, lalu dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.

"I ... Ini yang ketiga..." lirihnya tak percaya.

Haechan terduduk lemas di atas lantai kamar mandinya sambil memegang kepalanya, lalu air matanya terjatuh begitu saja. Haechan menangis.

Sudah tiga kali dirinya mencoba testpack yang berbeda merek dan ukuran, tetapi hasilnya selalu sama, positif.

Memang, sudah sangat lama sekali dia mendambakan anak kedua, tetapi mengapa Tuhan memberikannya di saat yang tidak tepat seperti ini? Mengapa anak ini ada disaat dirinya sudah seratus persen bersedia untuk menceraikan Mark?

Haechan menggelengkan kepalanya dan berusaha untuk berpikiran tenang. Dia tak ingin membuat otaknya stres dan akan berdampak pada janinnya yang entah sudah berapa hari di dalam perutnya.

Dengan tangan gemetar Haechan memegang perut ratanya, lalu mengelusnya dengan kaku.

"Ke ... Kenapa kamu hadir di dalam perut Papa di saat yang tidak tepat, Sayang..." lirih Haechan dengan bibir bergetar hebat.

Bagaimana bisa seperti ini? Mengapa Tuhan begitu suka mempermainkan hidupnya? Dengan tekad yang bulat, Haechan sudah memutuskan untuk mengajukan perceraian dan mengurus semuanya di pengadilan, tetapi mengapa Tuhan malah memberinya titipan yang membuat masalah ini semakin rumit.

"Sayang! Di mana? Aku pulang!"

Wajah Haechan seketika panik dan gelagapan saat Mark berteriak di luar sana, dengan buru-buru Haechan menyembunyikan testpack itu agar Mark tak melihatnya.

Haechan mencuci wajahnya dan bahkan tak lupa dia menggunakan face wash, berharap agar produk skincare itu bisa menghilangkan wajah sembabnya. Ya, walaupun tidak sepenuhnya.

"Gak ... Gue harus sembunyiin ini dari Mark. Seenggaknya gue bisa ngerawat anak ini sendiri tanpa Mark. Jangan sampai Mark tahu kalau gue hamil! Sulit bagi gue ceraiin dia kalau dia tahu gue hamil!" gumam Haechan pelan.

Haechan menarik napas dalam-dalam, lalu menatap pantulan dirinya pada cermin. Tak lupa dia mengelus perut ratanya sambil membisikkan kalimat penenang seakan-akan janin yang ada di dalam sana mendengarkan nya.

"Jangan membuat Papa terlihat kentara di depan Ayah, ya. Papa ingin kamu hidup bersama Papa dan juga Kakakmu. Jangan sampai Ayah tahu kalau kamu hadir di dalam perut Papa..." bisik Haechan pelan.

Shut Up! | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang