19

6.8K 428 19
                                    

13:23 -

"DongMin! Ponsel kamu bunyi, Sayang!" seru Haechan.

"Angkat aja, Pa. DongMin ngerjain tugas!" balas DongMin sedikit berteriak dari dalam kamarnya.

Haechan menggelengkan kepalanya dengan pelan, anaknya itu seringkali melupakan ponselnya sendiri di tempatnya bersantai-santai.

"Hum? Daddy Jae?" gumam Haechan.

Dengan penasaran Haechan akhirnya mengangkat panggilan telepon dari Jaehyun.

"DongMin! Ini gawat! Ayah kamu sedang on the way ke Vancouver!"

"Dan sialnya, dia menggunakan jet pribadi Grandpa yang beberapa minggu lalu Grandpa ceritakan kalau jet nya rusak."

"Iya, Ayah kamu terbang ke Vancouver dengan menggunakan jet itu! Sialnya, kesalahan jet itu belum diperbaiki."

Seketika Haechan terduduk lemas di atas sofa saat mendengarkan apa yang baru saja dikatakan oleh mertuanya itu.

"Kamu tenang aja, Grandpa dan beberapa bodyguard lainnya sedang bersiap-siap untuk mencari ayahmu."

"Grandpa tahu kalau selama ini ayahmu bersikap bejat terhadap kamu dan Papamu. Tapi, Grandpa boleh minta sesuatu pada DongMin?"

"Tolong doakan ayahmu agar tetap selamat."

"Maaf kalau berita yang Grandpa kasih buat kamu gak berguna. Tapi, Grandpa pikir, kamu juga harus tahu ini."

"Ya udah ... Cuma itu yang mau Grandpa katakan. Istirahat lah."

Tutt...

Jaehyun memutuskan sambungan teleponnya dengan sang cucu, sedangkan Haechan masih merasakan degug jantungnya yang benar-benar tidak normal. Air mata pria berkulit Tan itu seketika mengalir dengan deras.

Haechan sadar akan kelakuan suaminya yang memang sudah benar-benar di luar kendali, tetapi rasa simpatinya sebagai pasangan hidup Mark yang hampir puluhan tahun itu masih ada di dalam hatinya. Bibir mungil itu bergetar mengucapkan beberapa doa agar sang suami selamat.

Haechan menggigit bibir bawahnya, lalu tak lama dia terisak menangis. Bohong kalau Haechan bilang sudah melupakan Mark. Nyatanya, dia masih mengingat Mark. Apalagi, rasa bencinya pada sang suami sudah sedikit berkurang setelah tahu alasan Mark malam itu pergi dari apartemen.

"Gue tahu kalau lu emang berusaha lupa sama Mark dan berusaha biar bisa cerai sama dia. Tapi, gue juga nggak mau kalau sahabat gue harus nanggung sakit kayak gini."

"Tapi, lo harus tahu kalau malam sebelum lo pergi ninggalin Mark, emang benar kalau dia ketemu sama Yeri. But, bukan ketemu dalam hal mau lanjutin perselingkuhan mereka. Lebih tepatnya, Mark maksa Yeri biar cewek itu datang ke kediaman kalian dan jelasin kalau mereka udah nggak ada hubungan."

"Mark waktu itu juga bilang sama gue, kalau dia udah putus sama Yeri seminggu sebelum lo kabur."

"Katanya, dia mau perbaiki hubungan rumah tangga kalian. So, bagaimana pilihan lo?"

Itu adalah penjelasan yang dijelaskan oleh Jaemin saat dia sudah confess pada Haechan. Dan hal itu juga yang membuat Haechan tidak terlalu buru-buru meminta agar Mark menandatangani surat cerai yang dia kirimkan.

Kalau masalah itu, DongMin juga sudah tahu kalau sang ayah sudah berusaha untuk memperbaiki kesalahannya. DongMin tahu karena dia masih memata-matai sang ayah lewat CCTV yang pernah dia pasang.

Jujurly, DongMin yakin kalau ayahnya benar-benar menyesal, apalagi dia seringkali melihat rekaman CCTV di kamar mandi mansion keluarganya dulu. Mark sering masuk kamar mandi dan berendam hampir 3 jam lamanya, pria beralis camar itu bahkan menangis dan merutuki dirinya yang pernah menyakiti sang Papa. Tapi, DongMin tak ingin mengatakan itu semua pada sang Papa. Bagi DongMin, tugasnya sudah selesai untuk menjaga sang Papa, karena ayahnya sudah menyesali perbuatannya.

Benar, DongMin menyerahkan semua jawaban yang akan diambil oleh Haechan. Dia mengikuti apa yang dipilih oleh Haechan.

Ceklek!

Pintu mansion terbuka, membuat Haechan dengan refleks menatap ke arah ambang pintu.

"Dokter Irene tadi bilang kalau lo habis konsultasi di ruangan dia. Habis makan apa sampai perutnya kram? Jaga kandungan lo, Chan. Janin lo udah masa-masa sensitif nya," perintah Jaemin.

"A- Lo nangis?!" kaget Jaemin.

Dengan segera Jaemin berlari menghampiri Haechan.

"Kenapa tiba-tiba nangis? Janinnya baik-baik aja, kan?!" panik Jaemin.

Haechan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lemah, lalu tangisannya kembali terdengar semakin keras.

"Mark ... Mark mau nyusulin gue ke sini. Dia pakai jet pribadi keluarga Jung yang ternyata rusak," jelas Haechan menjawab.

"APA?! AYAH!"

Jaemin dan Haechan refleks menatap ke arah sumber suara yang berasal dari DongMin yang berteriak di lantai 2. Anak berumur 6 tahun lebih itu berlari ke arah sang papa.

"Pa! Ayah kenapa?!" tanya DongMin uring-uringan.

"Ayah ... Ayah ke sini dan gak tahu kalau jet yang dia tumpangi punya masalah teknis," jawab Haechan.

"Ayahhhh!"

DongMin menangis, membuat Haechan dengan segera memeluk sang anak.

Jaemin terdiam melihat sepasang Papa dan anak itu dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu dia menghembuskan nafas dengan cukup pelan.

"Mau gimanapun caranya lo akhiri hubungan lo sama Mark, tetap aja itu nggak bisa terjadi, Chan. Lo masih sayang sama dia dan DongMin sepenuhnya udah nggak benci banget sama ayahnya. Apa ini waktunya buat gue mundur aja?" batin Jaemin.

- 💍💍💍 -

Jaehyun kini tengah berada di helikopter pribadi milik keluarga Jung, Doyoung bahkan ikut serta bersama dengan sang atasan di helikopter itu. Jaehyun memilih untuk menunda pertemuannya dengan klien yang ada di Amerika hari ini. Dia lebih mementingkan anaknya yang bejat itu dibandingkan pekerjaannya.

"Kamu sudah temukan anak saya?" tanya Jaehyun saat walkie talkie nya tersambung dengan walkie talkie bodyguard-nya yang ada di helikopter lain.

"Area koordinat akan dikirim melalui IT heli. Kami berhasil menemukan jet yang digunakan oleh Tuan muda."

Jaehyun seketika mengucapkan rasa syukur.

"Kirim sekarang dan saya akan langsung menuju ke sana."

Walkie talkie itu tidak lagi terhubung, bersamaan dengan masuknya sebuah pesan pada layar monitor yang ada di depan sang pilot. Dengan segera pilot itu mengarahkan helikopter ke titik koordinat yang sudah dikirimkan oleh temannya.

Hanya butuh waktu beberapa menit mereka sampai tepat di atas titik koordinat, lalu setelahnya helikopter mendarat di sebuah area kosong yang mungkin bisa ditempati mendarat.

"Dimana Mark?!" tanya Jaehyun panik.

"Yang saya temukan hanya jetnya, Tuan. Pilot, CO, tuan muda dan bahkan sekretarisnya tidak ada di sini," jawab sang bodyguard.

Jaehyun mengacak-acak rambutnya dengan begitu frustasi, lalu dengan segera dia memeriksa jet itu untuk memastikan apa saja yang rusak di sana.

"Kerusakannya cukup parah, Tuan. Bahkan bagian belakangnya meledak," jelas sang teknisi.

Jaehyun memejamkan matanya dan berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis.

"Bawa tim SAR datang ke sini dan cari anak saya! Sekarang!" perintah Jaehyun pada Doyoung.

"Baik, Tuan!" seru Doyoung.

- 💍💍💍 -

Shut Up! | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang