28

7.5K 506 103
                                    

Di sini Mark sekarang, berada di ruang tamu mansion Haechan. Mark diam dengan Haechan yang duduk di depannya bersama DongMin.

Tadi, saat DongMin melihat Mark, anak itu dengan buru-buru menelepon sang Papa dan berkata bahwa ada seorang pecundang yang berani menyentuh adiknya. Haechan tahu siapa sosok pecundang yang dimaksud oleh anaknya itu.

Kali ini, Haechan setuju dengan DongMin. Mark memang sosok pecundang. Kalau ada kata di atas pecundang, maka Mark akan memakai gelar itu.

Haechan masih ingat dengan jelas janji Mark yang katanya akan datang sebelum dia melahirkan, tetapi sialnya pria itu tak kunjung datang bahkan sampai dia melahirkan pun Mark tak kunjung datang.

"Siapa yang mengizinkan kamu bertemu dengan anakku?" tanya Haechan langsung pada poin utamanya.

"Dia juga anak aku kalau kamu lupa, Hyuck," ucap Mark menjawab.

Haechan tertawa deras sebagai jawaban.

"DongMin masuk kamar. Bibi, jaga DongMin dan pastikan DongMin tidak keluar dari kamarnya," perintah Haechan.

Sang maid mengangguk sebagai jawaban sambil diam-diam melirik ke arah Mark, Mark tersenyum kecil seakan-akan meyakinkan sang maid kalau dia tak akan kenapa-napa.

Akhirnya maid pergi bersama DongMin dan menyisakan Mark dan Haechan di ruang tamu mansion besar itu.

"Cih! Selamanya pembohong ternyata terus akan berbohong! Hahaha! Ini yang katanya mau berubah?! Dimana, Sialan?!"

"Aku menunggu kamu karena kamu berjanji akan datang sebelum aku lahiran. Tapi, apa? Kau memang punya hobi berbohong ya?"

"Ah ... Atau kau kembali lagi dengan selingkuhanmu itu? Katakan saja."

"Sana kembali dengan selingkuhanmu. Aku bisa hidup tanpa kamu. Kamu tidak selamanya berharga di dalam kehidupan aku."

"Aku dan DongMin akan bahagia tanpa kamu."

"Aku benci pembohong, apalagi bila pembohong handal seperti kamu."

"Aku sudah memberimu banyak kesempatan, tetapi sialnya kamu tidak memanfaatkannya."

Mark tertawa sumbang saat mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut Haechan.

Wow! Benar kata orang, ucapan amarah dari seseorang yang punya rasa sabar itu lebih tajam dari belati. Lebih tajam dari ucapan orang yang ber-uang.

"Apalagi yang ingin kamu tanyakan, Hyuck?"

"Tidak sekalian kau mengungkit kalau aku seks dengannya di saat kamu dengan mati-matian berjuang melahirkan anak kedua kita?"

"Ah ... Atau kau katakan saja kalau aku bergonta-ganti jalang disetiap malam untuk merayakan kesusahan kamu dalam mengandung anak kedua kita?!"

"Kau pikir aku sebrengsek itu, Hyuck?!"

"APA KAU TAK MELIHAT BAGAIMANA TULUSNYA AKU MEMPERBAIKI RUMAH TANGGA KITA?! HA?!"

"Aku datang, Hyuck. Aku datang..."

"Aku juga kecewa dengan diri sendiri karena datang setelah kau melahirkan, padahal aku bermimpi bisa melihat dan menemani kamu melahirkan. Tapi, apa?"

"Perusahaan sialanku itu menunda semuanya."

Haechan terdiam dan begitupun dengan Mark seusai dia mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya.

Sepasang suami itu terdiam, hingga akhirnya Mark angkat suara.

"Kau pikir aku tidak sakit hati saat kamu dengan terang-terangan mengaku dan bilang padaku kalau kau ingin anak kedua kita nanti jiplakan Jaemin sepenuhnya? Sakit..."

Mark menunjuk dirinya sendiri, lebih tepatnya menunjuk dada bidangnya.

Iya, bayangkan saja kalau istrimu atau suamimu dengan terang-terangan berkata padamu kalau dia ingin anak kandungnya merupakan jiplakan orang lain dan bukan dirimu. Sakit bukan?

"Dan untuk masalah lahiranmu, aku datang. Bahkan saat setelah aku menerima telepon dari DongMin, aku langsung flight ke Vancouver dan membatalkan janjiku dengan banyak klien penting. Bahkan, perusahan ku hampir kerjasama dengan pemegang saham tertinggi brand Nike, aku tinggalkan juga demi bertemu denganmu dan anak kita," jelas Mark.

"Asal kau tahu, saat baru sampai di sini, hal yang menyakiti hatiku yang jadi pemandangan pertama yang kulihat di Vancouver."

"Aku melihat Jaemin menemanimu di rumah sakit dengan posisi yang seharusnya aku di sana."

"Dia memelukmu dengan erat dan jangan lupakan dia yang terus menciumi Nara seperti anaknya sendiri."

"Asal kau tahu, langkah kakiku langsung memundur saat itu juga, seakan bilang kalau bajingan sepertiku tak boleh mengganggu keharmonisan kalian."

"Apa yang bisa aku perbuat?"

Mark menangis.

Haechan semakin diam.

"Kau boleh menyiksaku, Hyuck. Sangat boleh. Tapi, apa kau tidak sadar kalau caramu menyiksaku terlalu berlebihan? Apa kau tak sadar?" tanya Mark.

Mark menghapus air matanya dengan kasar.

"Yah ... Kau memang ingin lepas dariku, kan?" tanya Mark.

Jantung Haechan berdetak dengan cepat. Entahlah, Haechan tak tahu darimana rasa sesak ini tiba-tiba datang dan menderu di dalam hatinya.

"Ayo kita bercerai. Kau boleh bahagia dengan Jaemin dan anak-anak. Biarkan aku berada di dalam lingkaran penyesalanku-" Mark menjeda ucapannya, lalu berjalan mendekati Haechan dan mengelus lembut pipi Haechan.

"Aku tidak bisa untuk terus mempertahankan pondasi yang secara langsung kamu sengaja menghancurkannya," lanjut Mark.

"Aku tidak bisa memaksamu untuk kembali..." lirih Mark.

Haechan mematung.

Bukankah ini yang dia tunggu? Gugat cerai. Dulu Haechan yang menggugat cerai Mark, tetapi kenapa sekarang malah Mark yang menggugatnya.

"Aku gak akan jadi benalu di dalam kehidupan kamu lagi. And then, pada hakikatnya pemeran utama akan berpisah dalam kisah kita."

"Once upon a time yang berakhir bahagia harus sad ending karena aku yang gak bisa bertahan lebih lama sama karma aku."

"Karma is a bitch, right?!"

"Sial! Selemah itu aku sampai mengajukan diri sendiri untuk cerai ya."

"Aku gak sekuat kamu, Hyuck."

"Gak apa-apa kita pisah, asal kamu bahagia sama Jaemin."

"Dia emang yang terbaik buat kamu."

Mark tersenyum nanar, lalu merogoh jas kantornya dan mengeluarkan sebuah amplop berwarna cokelat.

Mark tersenyum kecil.

"Sengaja aku bawa setiap ketemu sama Nara biar kalau aku ketahuan, sikap pecundang aku ini langsung aku tuntaskan dengan perceraian. Gila ya?" tanya Mark sambil meletakkan amplop cokelat itu di depan Haechan.

"Ya udah. Tanda tangan. You sign and we're divorced. Aku kalah dalam mengembalikan hati dan kepercayaan kamu," final Mark.

Mark mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil menghapus air matanya dengan kasar.

- 💍💍💍 -

Shut Up! | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang