ENJOY!!
..............
Memasuki usia kehamilan yang keenam membuatku makin sulit bergerak, aku akui kehamilan yang kedua ini sangat menambah berat badanku dibandingkan dengan kehamilan yang pertama, di kehamilan yang kedua ini aku sangat-sangat suka makan dan sering kali terbangun di tengah malam untuk makan, seperti malam ini aku tengah berada di dalam mobil bersama Mas Damas. Jam satu pagi aku terbangun dan merasa lapar, pergi ke dapur tapi tidak ada yang menggugah selera, lalu muncul bayangan sate padang yang membuat air liurku menetes.
"Kalau tukang satenya gak ada gimana?" tanya Mas Damas yang masih dilingkupi rasa kantuk, ia padahal baru pulang pukul sebelas malam. Kali ini memang Mas Damas pulan lebih malam, karna ia ternyata ada syuting dengan salah satu stasiun tv. Mas Damas sendiri jarang mengambil kerja sama dengan stasiun tv setelah ia menjadi juri di salah satu kompetisi memasak itu, alasannya karna Mas Damas tidak mau kehidupan pribadinya terlalu diganggu. Tapi, karna Mas Damas ingin mengeluarkan produk baru ia merasa perlu untuk tampil ke publik lagi untuk menarik peminat.
"Harus ada," jawabku sembari merenggut.
"Kata dokter kemarin pola makannya dijaga, adeknya udah keberatan."
terakhir kali periksa kandungan, janin dalam kandunganku memiliki berat yang sedikit berlebih dan dokter memintaku untuk lebih mejaga pola makan, karna aku ingin melahirkan secara normal sebagaimana aku melahirkan Rayhan.
"Kamu yang sodorin makan terus," keluhku, karna memang Mas Damas selalu membawa makanan saat pulang kerja dan memintaku memakannya padahal aku tidak minta.
Mas Damas menahan senyumnya, lalu fokus menyetir sampai akhirnya sampai di salah satu warung sate Padang 24 jam.
"Kamu udah pernah makan di sini?" tanyaku saat turun, karna aku baru pertama kali makan di sini, jaraknya juga cukup jauh dari rumah apalagi dari tempat kerja Mas Damas.
"Pernah, tapi uda lama banget."
saat sudah duduk di kursi aku bertanya lagi, "Udah kenal sama aku?"
Mas Damas berpikir sebentar, "Ehm, belum kayanya. Lupa."
"Dulu sering ke sini?" tanyaku lagi, tiba-tiba aku kepo.
"Lumayan sering sih," jawab Mas Damas lalu ia memanggil tukang sate untuk memesan makan.
"Eh, Damas udah lama banget nggak ke sini," ujar tukang sate itu saat ia sampai di meja kami.
seperti kawan lama, mereka bertukar sapa dan kabar. Kalau begini, Mas Damas bukan lumayan sering ke sini tapi memang sudah jadi pelanggan tetap sampai tukang sate itu masih mengingat Mas Damas.
"Istrimu, Damas?" tanya Bapak itu merujuk ke arahku, aku tersenyum saat pandangan Bapak itu ke arahku.
"Iya, Pak."
"Sejak kapan, toh? kok aku ndak diundang."
Mas Damas tersenyum sungkan, "Udah mau jalan enam tahun, Pak. Maaf toh, nggak kasih kabar."
Bapak itu nampak terkejut mendengarnya, kenapa juga harus terkejut?
lalu tatapan Bapak itu kembali ke arahku, namun tatapan kali ini tampak lain ia terlihat prihatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Be Her [end]
RomanceBisakah sekali saja aku menjadi dia? Menjadi sosok yang begitu kamu cintai bahkan saat napasnya sudah tidak lagi terdengar.