part 12

55.8K 3.7K 123
                                    

Enjoy!!!

********

Sudah 30 menit berlalu namun posisiku tetap sama di tempat terakhir Anna meninggalkanku, aku menutup mata merasa nyeri yang menjalar di punggung bagian bawah belum lagi ulu hatiku terasa sakit. Tidak, aku tidak menangis sama sekali meski rasanya bibirku akan bergetar jika satu kata saja terucap.

Aku mengusap perutku lembut, meminta kekuatan dari bayi yang tengah aku kandung karna aku tidak tau mengapa aku harus bertahan di sini selain untuknya dan Rayhan.

"Raiya," Panggil Mas Damas yang berjalan mendekat ke arahku.

"Kamu kenapa berdiri di sana? Ayo udah ditunggu yang lain."

Saat tangan Mas Damas hendak meraih pergelangan tanganku aku secara tidak sadar menghindar dari sentuhannya. Mas Damas tampak terkejut dengan tingkahku, ia menatapku heran.

"Kenapa?" Tanyanya lirih.

Aku menggeleng pelan.

"Kamu habis bicara sama siapa?" Tanya Mas Damas lagi.

Aku merespon dengan hal yang sama, sebuah gelengan.

"Aku ada salah lagi?"

Aku diam membisu, kenapa dia masih bertanya?

"Menurut kamu?" Tanyaku pelan. Akhirnya aku bisa menggelontarkan kata itu tanpa bibir yang bergetar ataupun air mata yang menetes.

Mas Damas menarik satu napas panjang, ia menatapku lembut, lembut sekali tapi kali ini aku tidak merasa terbuai ataupun tenggelam di dalam tatapan itu.

"Raiya, bisa kita bahas nanti? Sudah banyak yang datang," Ujar Mas Damas sembari meraih tanganku lagi, namun aku pun merespon dengan hal yang sama, menghindar dari sentuhannya.

Mas Damas menatapku kecewa.

"Raiya... "

"Duluan. Aku mau ganti baju."

Lagi, Mas Damas menatapku heran. "Kenapa? Kamu cantik pakai baju ini."

Aku menggeleng, "Aku... Merasa sesak pakai baju ini."

"Emangnya kekecilan? Keliatan pas kok."

Tapi ini bukan soal baju Mas Damas. Tanpa menjawab pertanyaannya aku pergi dari hadapan Mas Damas dan berjalan masih dengan merasakan nyeri yang hebat di bagian punggung bawah dan perutku sekarang terasa kram. Aku rasanya ingin tidur.

******

"Kamu dari mana aja, sih? Lama banget!"

Baru juga menuruni anak tangga terakhir Mama sudah memarahiku.

Aku masih mengatur napasku yang tidak teratur, dipikir tidak susah apa menuruni tangga dengan keadaan hamil?

"Rayhan mana?"

"Tuh, sama Papa." Mama menunjuk Rayhan yang menimbrung dengan Papa dan teman-temannya.

"Rame banget," Ujarku saat melihat sekeliling dan cukup banyak orang yang hadir. Ini bukan kaya acara tujuh bulanan.

Can I Be Her [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang