part 18

67K 3.8K 145
                                    

ENJOY!

HAI APA KABAR??

********

"Kamu masih di sana? Kamu udah makan? Mau nitip?"

Suara Mas Damas yang menguar dari ponsel yang kugenggam membuatku terpaku. Rasanya sudah satu bulan kami hanya berkomunikasi lewat telpon dan pagi tadi aku melihat sosoknya lagi.

Setelah pembicaraan terakhir kami saat itu aku tidak bisa memutuskan apapun, aku butuh waktu entah sampai kapan dan selama itu pula aku meminta Mas Damas jangn bertemu denganku hingga aku bisa mengambil keputusan tapi pagi tadi aku dilanda panik karna Rayhan yang demam tinggi dan di rumah tidak ada siapapun selain aku. Orang tuaku sedang menginap di tempat saudara dan baru kembali akhir pekan nanti, yang terbayang di wajahku hanya Mas Damas.

Karna hanya boleh satu orang yang menunggu di dalam Mas Damas sejak pagi hingga siang terus duduk di depan ruang rawat Rayhan hingga sore menjelang ia pamit untuk mengurus pekerjaannya sebentar dan berjanji akan kembali nanti malam. Dan sekarang ia menelponku, menanyakan apa mauku.

"Hm, nggak ada."

"Tapi udah makan? Rayhan rewel nggak?"

Katakan kalau aku lemah, karna faktanya memang begitu.

"Nanti aja. Nggak rewel kok, lebih banyak tidur, demamnya juga udah mulai turun."

"Aku ke sana, tunggu sebentar."

Saat panggilan itu tertutup aku meremas ponsel yang kugenggam, entah kenapa melihat Mas Damas lagi setelah hampir satu bulan tak pernah menatap sosoknya membuat jantungku berdetak hebat, menyedihkan bukan? Jantungku masih bertalu cepat seperti enam tahun lalu.

Aku menundukkan pandangan melihat Rayhan yang telah tertidur pulas, aku tersenyum tipis bagaimana wajah itu benar mirip dengan Mas Damas dan tak dapat kupungkiri sakitnya Rayhan saat ini pasti karna merindukan Ayahnya. Sudah dua bulan mereka tinggal terpisah, Mas Damas memang selalu datang tiap akhir pekan dan menghabiskan waktu bersama Rayhan berdua, berdua, hanya berdua.

Di umur Rayhan yang sudah menginjak usia lima tahun ini ia sudah mulai bertanya-tanya, kenapa sekarang Buna dan Ayah tidak tinggal bersama seperti orang tua Bang Gege?

Sejujurnya aku bingung hendak membalas apa karna pada nyatanya hubungan kami belum jelas dan aku belum sanggup untuk membuat keputusan apapun. Karna aku takut, takut dengan langkah apapun yang aku ambil hanya akan menyakiti diriku lagi.

Mas Damas
Aku di depan kamar

Notifikasi yang muncul dari layar ponsel membuat jantungku lebih berpacu hingga tak sadar telapak tanganku mulai berkeringat entah karna apa, padahal aku hanya bertemu dengan Mas Damas lagi, pria yang aku temui tadi pagi, pria yang selama lebih dari lima tahun aku temukan wajahnya di pagi hari.

Aku membuka pintu ruang rawat Rayhan dan menemukan Mas Damas masih dengan pakaian yang sama dengan tadi pagi.

"Kamu nggak mau pulang aja? Aku bisa jaga Rayhan malam ini nanti siang kamu baru ke sini lagi, muka kamu lelah banget."

Kalimat itu adalah kalimat yang pertama kali Mas Damas ujarkan saat mata kami saling bersinggungan, aku pun menggeleng sebagai jawaban.

Can I Be Her [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang