Part 1

121K 4.4K 47
                                    

ENJOY!!!

•••••••••••


Dengan perut yang mulai membesar aku melangkah menuju kamar yang berada di paling ujung sudut rumah ini, aku membuka pintu dengan perlahan karna aku tau, anak pertamaku Rayhan pasti sudah tidur dengan lelap. benar saja, saat pintu kamar terbuka sepenuhnya Rayhan tengah tertidur dengan nyaman di tengah ranjang dan tak jauh dari sana Damas Bayu Satria, atau ya aku biasa memanggilnya Mas Damas, atau Ayah jika di hadapan Rayhan.

"Sudah pulang?" Mas Damas bersuara saat ia melihat sosokku muncul di balik pintu.

hari ini adalah acara 4 bulanan kehamilanku, dan yang Mas Damas maksud pasti adalah teman-temanku. Jadi saat acara telah selesai aku memilih untuk menghabiskan waktu lebih lama untuk bercengkrama dengan kawan-kawan lamaku. sampai tidak ingat waktu.

"Jangan mandi, ganti baju saja."

Mas Damas itu, apa ya? dibilang cuek seperti suami-suami di dalam sebuah novel juga tidak, dibilang romantis seperti drama Korea juga tidak. dia, biasa-biasa saja, ya terlalu biasa.

"Iya." aku menuruti titahnya, lagi pula siapa yang mau mandi malam-malam begini? akhirnya aku melangkah ke kamar mandi, berganti baju dan membersihkan wajah dengan rutinitas skincare malam, setelah selesai aku melangkah menuju cermin melanjutkan sisa rangkaian skincare yang pastinya sudah aman untuk ibu hamil.

aku duduk di tepi ranjang, menatap senyum pada anak pertamaku yang saat ini berumur empat tahun, wajahnya betul-betul jiplakan ayahnya aku hanya membagi gen putih bersih pada kulitnya, karna Mas Damas memang memiliki kulit sawo matang berbanding terbalik dengan diriku. aku mengeluarkan ponsel, memotret foto anakku yang tengah tertidur. belum juga aku menekan tombol kamera suara Mas Damas terdengar.

"Jangan posting di instagrammu."

aku pun berdecak, Mas Damas memang agak sensi dengan tittle-ku sebagai konten kreator, padahal kontenku bukan konten murahan.

"Ngga, kalo aku posting pasti mukanya aku tutupin."

Mas Damas ini sangat menjaga privasi, dia ga mau kehidupan pribadi dia, keluarganya, apalagi anaknya terekspos keluar. padahal semua followers-ku selalu kepo sama muka suami dan anakku karna aku selalu menyembunyikan wajah mereka, ya karna rasa penasaran itu juga sih yang selalu bikin kontenku rame dan makin banyak pengikutku di berbagai sosial media yang aku punya.

"Besok kita pulang jam berapa, Mas?"  tanyaku sembari mencari posisi nyaman untuk tidur, memasuki usia kandungan yang keempat membuatku cukup susah tidur dengan nyaman, entahlah aku akan lebih nyaman kalau tidur dipelukan Mas Damas, tapi gimana yang bilangnya? dia pasti mikir aku modus. 

karna jujur, di kehamilan yang pertama justru ga serewel ini, tapi di kehamilan yang kedua jauh lebih rewel. Aku jadinya selalu ingin dekat-dekat Mas Damas.

"Keretanya jam 1 siang berangkat, mungkin sekitar jam 10 berangkat."

oh ya, sekarang aku sedang di Jogja tempat kedua orang tua Mas Damas tinggal, sedangkan kami tinggal di Jakarta, kedatangan kami ke Jogja ini khusus untuk acara empat bulanan. 

"Kita ketemu di stasiun aja nanti."

aku yang sudah berusaha memejamkan mata langsung membuka mataku dengan lebar.

"Kenapa?" tanyaku dengan sedikit getir di ujung kata.

"Saya ... mau ke tempat, Anin."

aku meneguk ludah dengan kasar. Aku tidak ingin mendengar namanya, sungguh tidak ingin. setelah mengangguk dengan lemah, tanpa kata aku langsung merengkuh anakku berpura-pura tidur di sana, padahal realitanya aku, Raiya Putri Mentari bahkan tidak bisa mengehembuskan napas dengan benar malam itu.

•••••

Thank you!

Jangan lupa kritik dan saran yaa!!

Aku upload seminggu 2/3 kali. Ini juga kayanya chapternya gak akan banyak sie (semoga) see u.

Can I Be Her [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang