ENJOY!!!
*********
"Rayhan ada?" Suara Mas Damas memecah keheningan yang ada. Aku pun mengangguk sebagai jawaban.
"Di dalam, lagi tidur."
"Masuk boleh?"
Sebenarnya aku enggan, karna Rayhan pasti berada di kamarku sekarang. Tapi di sini ada Hakim, Alya dan juga suaminya yang mana mereka tidak tau tentang keadaan rumah tanggaku sekarang.
"Boleh."
Mendengar persetujuanku Mas Damas langsung masuk.
Sebenarnya yang tau kalau aku hendak berpisah dengan Mas Damas hanya Mama dan beliau pun belum aku beri tau lebih lanjut karna aku masih ingat pesan Mas Damas saat ia mengantarku ke rumah kala itu.
"Kamu jangan bicara sama siapa-siapa dulu. Biar aku aja, karna aku yang meminta kamu dari orang tua kamu."
Waktu mendengar kalimat itu terujar dari mulut Mas Damas jantungku rasanya mencelos hingga ke dasar, napasku tertahan dan denyutan luka yang dibalut oleh kain kasa di telapak tanganku tiba-tiba terasa hebat.
Mas Damas beneran mengiakan keinginanku ya? Jadi aku harus mulai ikhlas dari sekarang untuk apapun yang terjadi di masa depan nanti?
Melihat Rayhan punya Ibu baru selain diriku misalnya? Ah, napasku terasa sesak.
"Kayanya aku arus pulang deh, ada jadwal manggung bentar lagi."
Pikiranku tiba-tiba terpecah saat suara Hakim menggelora.
"Bentar banget mampirnya."
"Sebenarnya ke sini ga cuma mau jenguk aja sih, Re."
Aku menaikkan satu alisku, ada hal lain apa yang membawa Hakim ke sini?
"Aku mau tunangan. Dua bulan lagi, jangan lupa dateng ya."
Aku cukup terkejut mendengarnya lalu melirik Alya dan bertatapan dengannya, mataku seakan-akan berbicara pada Alya kalau apa yang aku bilang itu benar, Hakim mana mungkin masih suka padaku dan perihal lagu-lagunya mana mungkin tentangku, buktinya dia sudah mau menikah sekarang.
"Gue juga pulang, deh! Ayo, Mas." Alya mengajak suaminya untuk keluar lebih dulu lalu disusul Hakim, aku dan Alya berjalan di belakang dengan perlahan.
"Lo lagi ada masalah sama laki lo?"
Aku bingung haruskah aku bicara sekarang? Tapi sebaiknya tidak perlu.
Aku lantas menggeleng, "Enggak, baik-baik aja."
"Jangan lupa dateng lo ke acara si Hakim, dia baik ngundang lo nggak kaya lo."
Aku memutar bola mata malas mendengar ocehan Alya.
Setelah memastikan para temanku sudah pergi aku kembali masuk ke dalam dan terkejut sudah ada Mas Damas yang sedang menggendong Rayhan, laki-laki itu mengusap punggung Rayhan dengan lembut dan halus lalu membisikkan kata-kata manis sebagai pengantar tidur untuk Rayhan.
Tiba-tiba saja mataku memanas membayangkan ini mungkin akan jadi kesempatan terakhir untukku melihat pemandangan ini. Karna pada kenyataannya aku tak akan mampu menjelma menjadi dia, karna untuk dicintai begitu hebat oleh Mas Damas haruslah menjadi dia. Dia yang bahkan napasnya sudah tak pernah berhembus sejak bertahun-tahun lalu.
"Kenapa berdiri di situ aja? Nggak panas?"
Mas Damas menegurku hal itu membuatku menutup pintu dan melangkah mendekat ke arahnya, kami saling bertatapan dalam diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Be Her [end]
RomanceBisakah sekali saja aku menjadi dia? Menjadi sosok yang begitu kamu cintai bahkan saat napasnya sudah tidak lagi terdengar.