ENJOY!!!
..............
Besok adalah perayaan ulang tahun Rayhan, sebenarnya dari Mas Damas sendiri dia tidak ingin dirayakan cukup berbagi dengan orang yang membutuhkan saja katanya, tapi aku menolaknya karna dari kecil aku selalu merayakan hari ulang tahunku dan aku juga ingin anak-anakku merasakan hal yang sama. Dari umur Rayhan baru satu tahun aku pun sudah merayakannya, walau yang hadir ya teman-temanku sendiri, kata Mas Damas ulang tahun Rayhan hanya alibi aslinya itu adalah acara reuniku dan teman-temanku.
karna Mas Damas sepertinya sudah jengah, dia bilang nanti saja dirayakan kalau Rayhan sudah masuk sekolah yang hadir teman-temannya bukan teman-temanku lagi, tapi aku tetap menolak dan mengambil jalan tengah untuk ulang tahun Rayhan kali ini digabung dengan acara arisan keluarga, jadi yang hadir nanti hanya keluarga Mas Damas. Acara keluaga ini memang rutin diadakan oleh keluarga besar Mas Damas setiap bulan dan bulan ini waktunya Mas Damas jadi tuan rumah.
aku dari tadi pagi tak henti-hentinya mondar-mandir untuk memastikan dekorasinya sudah sesuai dengan ekspetasiku belum lagi pergi ke tempat katering untuk tester rasa masakan, lalu pergi belanja untuk bingkisan yang akan dibawa pulang oleh keluarga. Mas Damas sendiri nggak bisa bantu banyak, dia ada pekerjaan yang nggak bisa ditunda dan baru kembali selepas Maghrib nanti.
aku tidak mengurusanya sendirian juga sih, ada Ibu mertuaku, Ibu Daniar dan Bi Daya kakaknya ibu mertuaku. Bi Daya ini menjadi orang yang paling dihormati setelah neneknya Mas Damas yang meninggal tahun lalu, dia yang paling dituakan di sini dan yang paling cerewet menurutku, kayanya juga dia kurang suka sama aku, cuma perasaanku saja sih.
"Damas kapan pulang, Nak?" itu suara ibu mertuaku dia tiba-tiba datang saat aku tengah menikmati nasi bakar yang aku beli saat perjalanan pulang tadi. Ibu Daniar dan Bi Daya datang kemarin sore, mereka datang lebih dulu dibanding saudaraku yang lain karna katanya mereka ingin membantu.
"Habis Maghrib, Bu katanya."
Bi Daya tak lama ikut hadir dan langsung duduk di hadapanku masih dengan mengenakan mukena.
"Kamu itu, anak sudah mau dua tapi belum siap pakai hijab," celetuk Bi Daya.
ya aku tau aku salah, nggak ada pembelaan apapun sebenarnya yang cocok untukku tapi ya tetap saja aku sakit hati.
keluarga Mas Damas sendiri memang berasal dari keluarga yang cukup agamis, aku bahkan pacar pertama Mas Damas, makanya aku bisa nikah di usia yang menurutku cukup muda karna Ibunya Mas Damas yang terus mendesak. Hubungan Mas Damas dengan Mba Anin dulu karna mereka teman sedari kecil, lalu dijodohkan dengan Bi Daya, merasa cocok dan menikah lah mereka.
"Doain aja ya, Bi," jawabku sambil tersenyum.
"Didoakan kalau nggak mau berubah ya buat apa."
aku tersenyum pahit, rasanya nasi bakar ini tidak seenak tadi padahal masih tersisa banyak.
"Buna ... mau es krim!" Panggil Rayhan dari kejauhan, ia tak lama muncul dengan cengiran di wajahnya.
"Es krim di mana sayang?" tanyaku saat ia berdiri di dekatku.
"Di depan, udah aku berentiin."
aku pun mengangguk, bangkit dari dudukku meninggalkan nasi bakar yang bahkan belum separuhnya aku makan. Aku harus pergi dari ruangan yang tiba-tiba terasa pengap ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Be Her [end]
RomansaBisakah sekali saja aku menjadi dia? Menjadi sosok yang begitu kamu cintai bahkan saat napasnya sudah tidak lagi terdengar.