Bilangin

313 54 6
                                    

Hanni sedang menyeruput es teh yang sedang ia pegang dengan tangan kanan yang memegang pensil, mencoba mengerjakan tugas dari guru bahasa.
Hanni melihat tangan yang tidak asing bagi nya menaruh roti dihadapan nya secara tiba-tiba. Penasaran, ia mengangkat kepalanya.

"hehe.." Danielle tersenyum hingga mata nya pun ikut tersenyum.

"Nih, makan dulu, baru dikerjain" Hanni memutar bola matanya malas.

"Nanti selesai nya lama, lo juga pasti mau liat juga kan" ucap Hanni namun tangan nya tetap meraih roti itu.

"Gue suapin deh, sini" belum sempat Danielle menyentuh roti itu, tangan Hanni sudah duluan merebutnya.

"sini deh, sini" Hanni mencubit ujung roti lalu membawanya ke depan mulut Danielle. Kenapa jadi Hanni yang menyuapi Danielle? tidak apa-apa, Danielle membuka mulutnya, menerima suapan roti dari Hanni. Hanni tersenyum puas.

"Si Haerin katanya gak mau ikutan pensi, tuh"Danielle berucap setelah mulut nya habis menelan roti. Hanni mengernyit bingung, tau dari mana dia?

"masa sih?" Danielle mengangguk mantap.

"Kemarin ngomong sama gue" Hanni makin bingung, bagaimana Danielle dan Haerin bisa bertemu tanpa sepengetahuan nya, sedang Haerin itu sangat malas bertemu dengan Danielle yang menurutnya banyak sekali pertanyaan.

"Kok bisa ketemu Haerin?" nada bicara Hanni sedikit naik, Danielle yang menyadari itu sedikit panik, takut salah paham.

"Kemarin ketemu dihalte, gue kira ada lo disana masih nunggu dijemput, tau nya yang ada cuma Haerin, lo nya udah pulang. Udah mau malem juga, kasian belum dijemput, jadi gue ajak pulang bareng"

"Tenang, mas pangeran gak bakalan berpaling dari tuan putri" lanjut Danielle dengan tangan mengepal yang ia tempel ke dadanya. Hanni hanya terkekeh, sangat panik sepertinya.

"Terus? dia ngasih tau kenapa gak mau?"tanya Hanni melanjutkan menyuapi Danielle, Danielle terdiam sejenak dengan mengunyah sisa roti.

"Nggak, irit banget ngomong nya. Dia bilang pokoknya dia gak mau" Danielle juga heran, kenapa Haerin sangat irit berbicara, berbeda dengan Hanni yang mirip seperti dirinya, tidak ada lelah nya untuk berbicara. Hanni mengangguk, tampaknya dia harus berbicara dengan Haerin nanti.

~®®®~

Haerin sedang rebahan di kasur kesayangan nya sambil menonton film kesukaan nya. Tiba-tiba saja seseorang mendobrak pintu kamar nya diiringi dengan suara teriakan sang pelaku dan itu sukses membuat Haerin terkaget hingga handphone yang dipegang nya melompat dari tangan nya.

"Haerin!!" teriakan kedua sang pelaku tepat di telinga Haerin.

Plakk!!

"Berisik anjing, kaget gue nya"Haerin menampar pelan wajah Hanni, Hanni tertawa puas mendengar umpatan dari saudara nya itu.

"Pergi lo" usir Haerin dengan nada ketus.

"utututu, Haerin udah bisa marah nih" kekeh Hanni, ia menempelkan kepalanya dengan kepala Haerin. Hanni terkekeh melihat ekspresi lempeng Haerin, sedari kecil wajah nya seperti itu terus, tidak berubah. Dan seingatnya, Haerin itu tidak pernah marah ataupun merajuk sedari kecil, dan sekarang dia sudah bisa merajuk. Ada rasa haru pada dirinya melihat seseorang yang dianggapnya sudah seperti adik kandungnya sendiri ternyata sudah beranjak dewasa.

"Kemarin lo diantar sama cowok gue ya, baikan cowok gue?"ucap Hanni,Hanni membalas tatapan Haerin yang menatap nya datar. Tidak ada jawaban dari Haerin, Hanni anggap itu 'Ya'.

"Terus katanya lo nolak ikutan pensi, kenapa lo nolak?" Haerin mendengus namun tidak menjawab. Seperti nya Haerin benar-benar merajuk, pikir Hanni.

"Ya iyalah gue nolak, gak ada persetujuan dari gue. Gue nggak mau" Haerin mengeluarkan suara nya ketika Hanni berjalan menuju toilet di kamar Haerin. Hanni berdiri diam mendengar Haerin, hingga diujung kata Haerin, Hanni dengan cepat masuk ke dalam toilet.

"Apa tadi?" Tanya Hanni yang baru saja keluar dari toilet, merebahkan dirinya disamping Haerin.

"Lo tuh kebiasaan kalo ada apa-apa tuh gak pernah nanya gue dulu, suka banget buat keputusan sendiri" Hanni terdiam, dirinya juga bingung mengapa kebiasaan buruk nya ini tidak hilang sedari kecil.

"emm, sorry, nanti gue cari orang lain aja deh" mendengar itu, Haerin memfokuskan kembali perhatian nya pada film nya. Sedang Hanni termenung, entah apa yang dipikirkan nya.

"huh, gue mau" ujar Haerin.

"tapi tadi lo nolak" Haerin mem-pause film nya.

"ya gue nolak karena gue belum setuju" Hanni tersenyum paham, ia memeluk adiknya dari samping walaupun dibalas dengan tatapan yang tajam. Adiknya ini tidak mau membuat Hanni sedih.

"Kemarin gue dikasih coklat sama Minji" ujar Haerin, Hanni menaikkan alisnya.

"ekhm, udah official nih" Hanni tersenyum jail, mendorong pelan bahu sang adik.

"Apa sih, enggak tau. Dia emang pernah bilang mau ngasih coklat, gue pikir dia becanda aja, tau nya beneran" Penilaian Hanni pada Minji menjadi sangat baik, rupanya dia pandai menyenangkan adik nya.





berhubung i lagi ultah, maka datang lah satu update-an ini.

okeiii.

Kakak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang