Kak Hanni

423 45 0
                                    

Semenjak Minji terfokus dengan netra Hanni yang indah saat kemah kemarin, hari ke hari nya Minji selalu terfokus menatap Hanni meskipun sedang ada Haerin di sampingnya.

"Gila, kak Hanni cantik banget" gumam Minji menatap Hanni dari kelas nya lewat jendela beningnya.

"ehh, gila. Lo udah sama Haerin, goblok" Minji menepuk wajah sempurna nya dengan kedua tangannya sehingga menimbulkan suara yang nyaring.

"Minji.." Minji menghentikan kegiatan menepuk pipinya saat namanya dipanggil,

"kenapa?" tanya Haerin menghadap kebelakang bangkunya lalu meraih jari jemari Minji, mencegah Minji untuk menepuk pipi nya lagi. Untuk sementara, Minji terpaku dengan netra Haerin yang indah, ditambah dengan sinar matahari pagi yang menambah kesan menarik Haerin.

"gak, gak apa-apa" Minji menggeleng cepat dengan senyuman nya untuk meyakinkan Haerin, Haerin mengelus punggung tangan Minji lalu kembali menghadap ke papan tulis.

"jahat lo" Minji melirik Eunchae bingung,

"udah dapat Haerin masih aja ke pengen kak Hanni, diambil Kyujin baru tau rasa" lanjut Eunchae menatap tajam Minji, yang ditatap hanya menghela nafas.

"ya"

~®®®~

Hawa disekitar sudah cukup damai dengan angin sepoi yang menghembus, Hanni berteduh dibawah pohon besar, mengistirahatkan hati panas nya dengan genangan air mata yang masih dapat ia tampung.

"kok sekarang udah bisa bohong, sih.." sudah banyak gumaman yang Hanni rapalkan, pandangan nya hanya bisa menatap lurus dengan tatapan yang kosong.

"kak Hanni" Hanni mendongak memeriksa sosok yang dihadapan nya ini, sesegera ia memeluk sosok itu.

Minji terdiam, masih berusaha untuk mencerna kejadian ini. Hanni memeluk erat tubuhnya, menyembunyikan wajahnya di dada bidangnya. Tangannya terulur untuk mengelus pelan pucuk kepala Hanni, sedang tangan nya yang lain ia lingkarkan di pinggang ramping Hanni.

Butuh beberapa menit hingga akhirnya Hanni melepaskan pelukan nya dari Minji, ia membawa diri nya untuk kembali duduk dibawah pohon besar itu, menepuk pelan tempat kosong disamping dirinya, menuntun Minji untuk duduk disampingnya.

"kamu jadi cowok jangan suka bohong ya, jangan kebanyakan bacot, apalagi kalau sama Haerin. Awas aja Minji kayak gitu" pandangan Hanni masih lurus kedepan dengan mata sembabnya setelah mengeluarkan kata itu, Minji mengangguk untuk merespon nya namun dengan senyuman terpaksa. Karena bagi Minji, itu sudah terlambat.

Dari kejauhan, ada kamera yang telah menangkap beberapa gambar mereka sedari tadi.

"Dih, apa-apaan, anjing!"

Ckrek!

~®®®~

"Hanni" Hanni mendongak setelah menyuapkan satu sendok mie ke dalam mulut nya, memandang Danielle yang sedari tadi menemaninya makan siang.

"kenapa?" Danielle hanya tersenyum, lalu membuka mulutnya lebar-lebar ketika sendok berisi mie itu tepat di depan mulutnya, menerima suapan dari Hanni.

"selesai makan langsung ke kelas, ya" Hanni mengangguk dengan mulut penuh  dan tatapan polos nya.

Danielle yang sedari tadi fokus dengan handphone nya langsung bangkit dari duduknya, mengantarkan Hanni ke dalam kelas. Danielle nampak memberi kode kepada Bae dan Jinni setiba di dalam kelas.

"mau kemana?" tanya Hanni menggenggam sebelah tangan Danielle.

"mau ngurusin pangeran sebelah" ekspresi kebingungan Hanni tercipta, Danielle pun melangkah mendekati Bae dan Jinni yang sudah di depan kelas lalu melenggang entah kemana.

~®®®~

Bughh!

"anjing, lo!" umpat Minji

"lo yang anjing!" balas Danielle, ia menarik kerah Minji lalu melayangkan sebuah tinjuan tepat diwajah sempurna Minji.

Bughh!

"apa-apaan lo, bangsat!" Bae dan Jinni terkejut, sontak membantu Danielle yang terjatuh akibat pukulan teman sekelasnya, Yujin.

"adek kelas kita, tolol. Ngapain lo gebukin" Yujin mendorong keras kepala Danielle dengan dua jari nya. Selain mereka, tidak ada orang sama sekali di samping ruangan perpustakaan berdekatan dengan parkiran sekolah.

Danielle tersenyum miring, lalu menunjuk Minji yang dibelakang Yujin.

"Dia gangguin hubungan gue sama Hanni!" Yujin menatap Danielle dan Minji bergantian,

"dia nyentuh Hanni, meluk-meluk Hanni! apa maksud lo, hah?!" lanjut Danielle dengan urat-urat tegang dilehernya

"Bukti?" Yujin mengulurkan tangannya sedangkan Minji bungkam,

"Jin.." Jinni segera mengeluarkan handphone nya, menunjukkan hasil jepretan dan rekaman nya kemarin sore pada Yujin. Minji ikut melihat, dirinya terkejut. Yujin mengembalikan handphone nya kepada Jinni.

"hahh, Minji-"

"gue gak berniat meluk kak Hanni, kak Hanni sendiri yang duluan meluk gue" Danielle memutar bola matanya malas,

"terus maksud tangan lo ngelus kepala Hanni apaan? gak usah sok jadi pangeran, sok jadi pahlawan, mentang-mentang muka lo lebih ganteng dari gue" Minji terdiam, dia juga lupa atau bahkan tidak tau mengapa tangan nya mampu mengelus kepala kakak kelasnya itu.

"diem, lo?" hanya Danielle yang bersuara sekarang, bahkan Yujin juga ikut diam, dirinya bingung bagaimana untuk membuat mereka berdamai. Tangan Danielle terkepal kuat, dirinya pun membuang nafas nya, sesuatu terlintas dipikirannya.

"jangan deketin Hanni lagi" Danielle pun berjalan pergi, meninggalkan tempat itu, menyadari tatapan dari guru nya dari lantai atas. Bae ikut pergi bersama Danielle, sedangkan Yujin mengangkat telepon yang baru saja berbunyi. Tinggal lah Jinni dan Minji berdua,

"jangan malu-maluin keluarga kita dengan tingkah lo itu" Minji menatap tajam Jinni,

"humph! sorry, otak gue encer" senyuman miring tercipta dibibir Minji,

"satu lagi, gue gak punya keluarga" Minji melenggang pergi setelah mengatakan itu, meninggalkan Jinni yang menahan emosi sedari tadi.

~®®®~

"Minji!" Minji tersenyum tipis mendengar nama nya dipanggil oleh Haerin.

"gimana acara keluarga nya kemarin?" tanya Haerin yang sudah berhadapan dengan Minji, yang ditanya hanya diam mencari jawaban yang pas. Memang benar ada acara keluarga, namun saat dipertengahan acara, Minji pergi entah kemana dan Jinni pun menyadari itu hingga Jinni pergi untuk mengikuti Minji diam-diam, lalu didapatilah Minji yang dipeluk oleh Hanni.

"Gak tau, aku fokus main game" Haerin menghela nafas nya,

"mau ikut gak besok?" lanjut Minji,

"kemana?"

"jemput adik aku, dia sekolah di asrama. Sekarang mau pulang kerumah, udah mau masuk SMA. Kalo mau ikut, aku jemput jam 11" Haerin mengangguk antusias, lengannya ia kaitkan pada lengan Minji. Mengunci erat agar tidak terlepas, berharap hubungan mereka juga tidak akan pernah renggang.

Kakak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang