25. In the deep of my ocean

115 24 2
                                    

⚠️⚠️Warning!! Warning!!⚠️⚠️

Cerita ini banyak kekurangan, plot hole, typo bertebaran, belum lagi kesalahan grammar dan gaya penulisan yang berubah sesuai mood yang nulis__aku.

Take your chance and leave buat yang pengen cerita wow dan perfect, karena nggak mungkin didapetin disini.

Aku buat ini cuma buat seneng-seneng aja jadi mari kita sama-sama having fun.

▪️▪️⚫️⚪️⚫️▪️▪️














Karina dan Jovanov masih sama-sama membisu bahkan setelah 20 menit berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina dan Jovanov masih sama-sama membisu bahkan setelah 20 menit berlalu. Ruang santai Karina yang luas dan nyaman menjadi saksi kecanggungan dua mantan pasangan kekasih itu.

Jovanov yang selama ini ribut ingin diberi kesempatan deep talk dengan Karina seperti kehilangan kata-kata setelah perdebatannya tadi dengan Merry.

Sedangkan gadis di sebelahnya sedang berperang batin dan kebingungan dengan apa yang kini dia rasakan dalam hatinya. Ini perasaan Lucia atau egonya yang merindukan permintaan maaf walaupun harus dari mulut laki-laki lain.

Sadar betul Jovanov bukan prianya. Jiwa Karina mungkin ada di tubuh Lucia, tapi dia Karenina Gunawan, bukan Karina de Lucia. Pantaskah?

Lucia tolong aku, apa yang kau inginkan? Rasa lega dan hangat yang sedang aku rasakan ini, Ini perasaanmu kan?

Jovanov mengulurkan tangannya dan berhenti di depan tangan Karina yang entah sejak kapan terkepal.

Pria itu meminta izin untuk menggenggam tangannya, entah kenapa hal kecil itu membuat hatinya bergetar.

Karina bisa merasakan matanya mulai memanas. Cepat-cepat dipalingkannya wajahnya dari Jovanov yang masih memandangnya dengan lekat.

"Moon, My beautiful Luna" katanya lembut, Karina diam saja tanpa niat merespon karena sekarang tenggorokannya tercekat

"May I?" Jovanov mempertahankan suara lembutnya, masih menunggu jawaban Karina tanpa memberatkannya

"Princess" Karina terisak dan mengangguk samar

"Hey" Jovanov akhirnya bisa menggenggam tangan hangat wanitanya lagi tanpa desis kekesalan dan tatapan amarah. Diciumnya kedua punggung tangan dan jemari Karina berkali-kali, berusaha menyalurkan seluruh permintaan maafnya dan kerinduan yang ia pendam. Kegelisahan, kekhawatiran, kerisauan, kemarahan, kekecewaan, kelegaan, semuanya.

"I miss you" katanya " I'm sorry"

"Aku brengsek dan bikin kamu kecewa sedalem ini"

"Maafin aku"

Jovanov mengelus punggung tangan Karina dengan lembut, "Liat aku, please?"

Menurut, Karina memalingkan wajahnya dan kini berhadapan dengan tatapan sendu penuh kerinduan dari Jovanov.

"Hiks,"

"Aku punya permintaan" sambil masih mengelus tangan Karina, Jovanov juga tak melepaskan pandangannya "Kamu boleh ngatain aku nggak tau diri atau apa aja, tapi jangan tinggalin aku, please?"

"Aku lagi-lagi brengsek ya?" lirihnya

"Aku egois banget ya, Lu..." Jovanov membenamkan wajahnya dikedua tangan Karina "Cinta aku egois"

"Cinta itu egois. Tapi kelakuan kamu yang kemaren itu bodoh" Karina membalas monolog Jovanov

"Sama kayak kamu yang nggak mau aku pergi, aku juga nggak rela orang yang aku percayain hati aku buat dia jaga nggak anggep aku serius dan cukup berharga"

Jovanov mengerjapkan matanya, air matanya turun "Nggak gitu, Lu" dia menggeleng kuat "jangan pernah bilang begitu. Kamu selalu dan akan selalu yang utama buat aku"

"Bilang itu ke kubangan, karena aku nggak akan mau percaya lagi" Karina mengehela napas "kadang aku bertanya, kamu yang begini, aku yang begini, apa kita hanya terjebak kenangan masa lalu?"

"No, please Lu" Jovanov menjangkau pipi Karina dan mengelusnya "No, kamu harus percaya aku. Kamu harus izinin aku masuk lagi dalam hidup kamu. Kasih aku kesempatan.

Aku bakal buktiin, aku pantes dikasi kesempatan buat perjuangin kita, hubungan kita dan masa depan kita. We are worth it. Please? Please?"

Karina memandang mata Jovanov yang kini basah akibat air mata yang masih turun meski tidak sederas air matanya. Karina melepaskan tangan kanannya yang masih digenggam tangan kiri Jovanov dan mengulurkannya untuk menghapus air mata di wajah pria itu.

"We deserve our happy ending, Jo. We are worth it"








▪️▪️⚫️⚪️⚫️▪️▪️







Jeff mendengus melihat Troy yang tertidur di sofa apartemennya dengan tv yang masih menyala menampilkan film lama Karina.

Damn it, Jeff langsung mengalihkan pandangannya, meraih remot dan mematikannya.

Hatinya masih belum siap melihat wanita itu. Wanita dengan tanda lahir bulan sabit di telinga sebelah kanan dari masa lalu dan akan mempengaruhi masa depan nya.

Pikirannya jauh melayang pada dokumen bersampul biru yang didapatnya seminggu yang lalu.

Moon, masihkah ada kesempatan buat kita?.





▪️▪️⚫️⚪️⚫️▪️▪️








Pusing banget aku tu liat poto-poto Kayin di Thai, cuakkeepp banget polll!!🫶🫶🫶🫶🫶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pusing banget aku tu liat poto-poto Kayin di Thai, cuakkeepp banget polll!!
🫶🫶🫶🫶🫶






▪️▪️⚫️⚪️⚫️▪️▪️







Tbc





Mari kita selesaikan cerita masa lalu untuk menyambut masa depan cerah, yeaayy 🤸‍♂️🤹‍♀️

Chapt tentang Jovanov keliatan panjang soalnya dikit2 babnya, diselang yang lain juga 😆✌🏻











With Love,
040423

The Moon : A Chance [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang