"Kisah ini berawal dari jepretan karet yang salah sasaran."
🤘🤘🤘
Jam menunjukan pukul lima pagi, Ala baru saja keluar dari kamar mandi setelah melakukan ritual paginya. Setelah itu ia memakai seragam almamater sekolahnya, kemudian mengisi perut agar semakin semangat untuk menghadapi matematika di jam pelajaran pertama.
"Kamu jadi kayak anak TK beneran dek kalau pakai seragam itu," ujar Yasser dengan senyuman jahil.
"Biarin, anakmu ini 'kan baby face." Jawab Ala dengan menyunggingkan senyum manis yang dibuat-buat.
Namun memang kenyataannya seragamnya ini seperti seragam anak TK, rok hijau terang dengan motif kotak-kotak, kemeja putih, dan dasi yang senada dengan rok.
Setelah menyelesaikan kegiatan mengisi perutnya, Yasser mengantarkan Ala ke depan gang memastikan putrinya naik angkot dengan selamat. Mereka berdua menunggu sekitar sepuluh menit, dan angkot langganan Ala pun tiba. Ala mencium tangan Yasser, tepat pada pukul enam pagi Ala berangkat menuju sekolah. Ini memang masih sangat pagi, tapi jika tidak segera berangkat Ala akan terlambat karena perjalanan dari kota Batu ke kota Malang memerlukan waktu sekitar 30 menit jika naik angkot.
Lima belas menit berlalu, sampailah Ala di terminal Landungsari. Ia turun dari angkot, dan beralih naik angkot selanjutnya. Hari ini kota Malang tidak begitu macet, jadi ia bisa tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Ala menghela napas panjang ketika berhadapan dengan puluhan anak tangga, kelas X berada di lantai tiga jadi ia selalu naik turun melewati anak tangga ini. Angkatan kelas X hanya satu kelas, angkatan kelas XI da XII terbagi menjadi dua kelas karena Lab School Nusantara memiliki dua jurusan yaitu IPA dan IPS.
Ala meletakkan tasnya di kursi, dan duduk dengan napas yang masih tidak beraturan. Di sebelahnya ada Laila—teman Ala dari masa MPLS.
"Kenapa lo? Kambuh asmanya?" tanya Laila yang masih fokus dengan ponselnya.
"Sembarangan kalau ngomong, gue cape abis naik tangga," jawab Ala tanpa ekspresi.
Laila hanya ber-oh ria. Lima menit kemudian bel masuk berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Sepertinya pagi ini kelas X jam kosong, ini bukan yang pertama kalinya hampir setiap hari kamis pagi kelas X jam kosong. Hal ini dikarenakan guru matematika yang sering datang terlambat ke sekolah.
"Papa telat lagi, Al kayaknya," ujar Laila kepada Ala. Mereka berdua memang menyebut pak Satrio atau guru matematika dengan sebutan 'papa' mungkin karena keakraban yang terjalin antara mareka dengan papa, eh maksudnya pak Satrio.
"Biasalah, Lai. Kapan sih tuh orang gak telat?" jawab Ala, diikuti dengan gelak tawa keduanya.
Belum puas tertawa, jepretan karet sampai ke bangku Laila. Sang empu hanya tertawa ketika jepretannya bisa mendarat mulus dan mengagetkan kedua gadis remaja tersebut.
"Kurang ajar, Edo." protes Laila dan bersiap membalas aksi Edo.
Terjadilah perang karet di antara keduanya, Ala hanya bisa menonton sambil sesekali mengambilkan karet yang terpental jauh. Peperangan masih berlanjut, hingga tiba saatnya Edo salah sasaran. Jepretan karetnya mengenai tepat di kepala Ala, Edo hanya menyengir dibalik maskernya sambil menyatukan tangan seperti orang meminta maaf. Ala yang terlihat kesal memberikan karet tersebut kepada Laila, tatapannya seolah menyuruh Laila menjepret Edo lebih keras lagi. Namun naasnya, karet itu tidak mengenai anggota tubuh Edo sedikit pun.
Bunyi bel istirahat menginterupsi seluruh murid Lab School Nusantara, Ala mengajak Laila pergi ke kantin. Mereka berdua turun ke lantai satu untuk membeli beberapa cemilan. Saat akan kembali ke kelas, ada tiga orang siswa yang sedang duduk di tangga.
"Permisi, kak," ucap Laila dan Ala bebarengan.
"Eh, Al," panggil Gama—siswa kelas XII IPS.
Ala hanya menoleh tanpa bersuara sedikitpun.
"Sandi wifi lab komputer apa?" tanya Gama.
"Buat apa?" bukannya menjawab Ala malah balik bertanya.
"Gue perlu, ada tugas," jelas Gama. Ala bimbang, ini kesempatannya untuk lebih dekat dengan orang yang dia suka, tapi di sisi lain ia sudah berjanji kepada bu Vira untuk tidak memberitahukan sandi wifi lab komputer.
"Engkok ae tak kandani." Jawab Ala yang langsung berlalu pergi menuju ke kelas. Gama menghela napas kasar, pasalnya dia tidak memiliki kuota internet sama sekali ditambah tidak mendapatkan sandi wifi dari Ala.
Sesampainya di kelas, Ala memakan bekal yang ia bawa dari rumah. Cemilannya ia simpan untuk istirahat kedua nanti.
"Lo yakin gak mau ngasih sandi wifinya, Al?" tanya Laila.
"Enggak, kalau dia mau dapet sandi wifi ya tinggal ikut olimpiade lah, enak aja main minta," gerutu Ala.
"Lo ada-ada aja, mentang-mentang kita dapet sandi wifi waktu ikut olimpiade online," jawab Laila dengan kekehan kecil.
"Eh tapi ini kesempatan loh, Al. Lo yakin gak mau pakai kesempatan ini?" Lanjut Laila.
"Gak dulu deh, ngapain. Gue juga mau move on dari Gama," jawab Ala.
"Buset dah, kakel lain lo manggilnya 'Kak' 'Mas' giliran Gama aja lo panggil pake nama." Laila menggelengkan kepala atas tingkah laku temannya ini.
Ala hanya mengangkat bahunya, kemudian melanjutkan makan siangnya.
🤘🤘🤘
Ala sudah berada di angkot ketika hari mulai senja. Tujuannya kali ini bukanlah ke rumahnya, tapi ke tempat bundanya berjualan. Setiap pulang sekolah ia selalu membantu Yuza melayani pembeli. Lokasi stand bunda Ala tidak jauh dari terminal Landungsari. Oleh karena itu setelah turun dari angkot, Ala bisa langsung jalan menuju stand bundanya.
Biasanya Ala pulang dari kota Malang sekitar pukul delapan malam. Terkadang Ala menyempatkan belajar dan mengerjakan tugas di stand Yuza. Agar sesampainya di rumah nanti ia bisa langsung beristirahat. Setidaknya menemukan teman baru di kota Malang membuatnya lebih senang. Ala berharap segera mendapatkan rejeki agar bisa pindah rumah sehingga ia tidak perlu melakukan pulang pergi sejauh 11 km, dan keinginannya untuk menutup rapat-rapat kenangan buruk di kota Batu akan terwujud sebentar lagi.
🙌🙌🙌
Kamus:
Engkok ae tak kandani
>> Nanti aja ku kasih tahu🤘🤘🤘
Hai-hai, para readersku...
Gimana nih part satunya?
Semoga kalian suka yaaa😻
❤Terimakasih sudah mampir❤
Silakan meninggalkan jejak👣—see u di part selanjutnya—
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Edo
Teen FictionKehidupan seorang gadis yang harus menjalani masa abu-abu putih di sekolah yang tidak ia inginkan. Namun siapa sangka, setelah masuk ke sekolah tersebut banyak hal yang tidak terduga datang ke kehidupannya. Bahkan ia memiliki kekasih yang tidak pern...