Papat

11 2 0
                                    

"Berawal dari diem-dieman, berujung ngobrol sampai tertidur lelap."

🤟🏻🤟🏻🤟🏻

"Nih uang lo," Laila menyodorkan uang Rp 20.000 kepada Edo.

"Ngapain? 'Kan udah gue kasih, kok dikembaliin?" tanya Edo.

"Gak papa, lo 'kan niatnya mau titip lumpia terus gak jadi, yaudah gue sama Ala sepakat buat ngembalikan uang lo," jelas Laila.

"Gak usah, buat jajan aja, kalau lo gak mau biar dipake Ala aja uangnya." balas Edo dengan nada datar kemudian berlalu pergi.

Pria bertubuh tegap itu menyusul langkah teman-temannya menuju parkiran. Setelah saling berpamitan dan bertos ria, ia melajukan motornya menuju rumah yang jaraknya cukup jauh dari sekolah.

Sementara itu, di sisi lain ada Ala yang sedang duduk di stand Yuza sambil merenung, entah apa yang ia pikirkan. Setelah beberapa menit Ala mengakhiri sesi merenungnya, ia membuka whatsapp walaupun ia tahu tidak akan ada pesan masuk. Namun, satu notif muncul dari arsip chat.

+62 831 **** ****

Ala sampun di rumah?

Nih anak mau berulah apa lagi coba. Batin Ala ketika membaca pesan dari Edo.

Pada akhirnya Ala membalas pesan tersebut dan berakhir menjadi interakti berbalas pesan yang panjang. Ala menanggapi pesan Edo seadanya, tapi Edo selalu memiliki topik lain yang seolah tak pernah habis. Mulai dari menanyakan Ala makan dengan lauk apa, Ala sedang dimana, hingga membahas harga bunglon. Sedikit di luar nalar, tapi tetap Ala tanggapi untuk mengisi waktu luangnya. Sampai Ala tidak menyadari pamannya sudah datang untuk menjemputnya. Akhirnya bubble chat terakhir dari Edo hanya ia baca saja.

🤟🏻🤟🏻🤟🏻

Sampailah Ala di rumahnya, atau mungkin lebih tepatnya, di kamar kostnya. Sejak kecil Ala dan keluarga kecilnya tinggal di kost sampai sekarang. Ia langsung membersihkan diri, saat Ala keluat dari kamar mandi ia melihat pamannya yang sudah terlelap di depan televisi. Membiarkan pamannya terlelap dalam tidurnya, Ala merebahkan tubuhnya di kasur sambil memainkan ponselnya. Setelah memberi kabar pada Yasser, ia membuka roomchat yang berisi lima pesan. Siapa lagi kalau bukan Edo, entah mengapa akhir-akhir ini Ala menggunakan waktu luangnya untuk membalas pesan dari Edo. Namun setidaknya ia memiliki teman chat selain Laila dan sahabatnya.

Tak lama kemudian, Yasser dan Yuza datang. Paman Ala yang tertidur pulas juga sudah bangun dari mimpinya. Ala hanya mendengarkan percakapan ketiga orang dewasa itu, sembari terus membalas pesan dari Edo. Hingga pada akhirnya masuk notif telepon dari Edo. Ala dengan santai menggeser tanda hijau yang ada di layar ponselnya, tapi ia hanya diam tidak bersuara.

+62 831 **** ****

Kok diem? Ngomong dong

Setelah membaca pesan tersebut baru lah Ala mulai bersuara. Suara Ala cukup menginterupsi Yasser, Yuza, dan pamannya.

"Siapa dek?" tanya Yuza.

"Temen." Jawab Ala singkat, dibalas dengan anggukan kepala oleh Yuza.

Kemudian terjadi percakapan panjang antara Ala dan Edo, berawal dari topik bagaimana awal mula mereka masuk ke Lab School Nusantara, hingga topik random darinya. Mereka juga bercanda ria, sepertinya mereka memiliki selera humor yang sama. Namun dibalik itu semua, Ala sedang berusaha membatasi dirinya agar tidak oversharing kepada Edo. Percakapan mereka terus berlanjut sampai tengah malam, dan berakhir karena masing-masing telah masuk ke dalam dunia mimpi. Hanya percakapan mereka saja yang berhenti, menit durasi panggilan telepon antara Edo dan Ala tetap berjalan.

🙌🙌🙌

Kamus:
Sampun
>>Sudah

🤟🏻🤟🏻🤟🏻

Hai-hai para readersku...
Gimana nih part empatnya?
Semoga kalian suka yaaa😻
❤Terimakasih sudah mampir❤
Silakan meninggalkan jejak👣

—see u di part selanjutnya—

Mas EdoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang