"Setelah lumpia sama bakpia, obat batuk juga jadi korban."
🤟🏻🤟🏻🤟🏻
Hari ini mega mendung menyelimuti kota Batu, cuaca seperti ini membuat suhu udara menurun. Selain itu, letak kota Batu yang berada di lereng gunung membuat suhu udara menjadi semakin dingin. Ala bergegas untuk berangkat sekolah, sebelum hujan menghadangnya atau memperlambat perjalanannya ke sekolah. Seperti biasa, Ala berangkat dengan naik angkot. Jika saja memiliki kendaraan, mungkin ia sudah diantar oleh Yasser.
Perjalanan cukup lancar, Ala sampai di sekolah dengan selamat dan tidak diguyur oleh hujan. Justru saat ia sampai di sekolah hujan turun dengan deras. Keadaan seperti ini membuat Ala enggan melepas jaketnya. Ditambah lagi dengan tenggorokannya yang gatal dan batuk yang tidak sembuh-sembuh dari beberapa minggu yang lalu. Angin dingin berhasil menembus dinding kelas, tubuh Ala meresponnya dengan bersin yang tak kunjung berhenti diiringi dengan ritme pernapasan yang semakin cepat, pada saat-saat seperti inilah menandakan alergi dingin Ala sedang kambuh.
+62 831 **** ****
Ala nanti edo kasih obat, diminum yaa
obat apa?
Obat batuk alaa, dari kemarin ala kan batuk-batuk terus
iya deh, makasii
"Buset dah, Al lo udah seminggu deket sama Edo tapi tuh nomor belum lo save," ujar Laila ketika melirik layar ponsel Ala.
"Iya-iya ini gue save." Balas Ala kemudian menambahkan nomor Edo ke kontak.
Hari ini berjalan seperti biasa, tidak ada yang menarik semua hanya berjalan seperti semestinya. Namun entah mengapa hari ini seperti melelahkan bagi Ala, mungkin ini juga karena kondisi badannya yang kurang sehat. Ala menjadi malas untuk melakukan kegiatan lainnya. Sesampainya di rumah ia segera membersihkan diri kemudian merebahkan tubuhnya di kasur.
"Dek, pinjem bulpen dong," suara Yuza menginterupsi Ala yang hampir terlelap.
"Ada di tas, Bun," jawab Ala
"Ini obat dari siapa?" tanya Yuza ketika menemukan obat batuk di tas putrinya.
"Dikasih Edo." jawab Ala santai. Yuza hanya ber-oh ria tanpa menanyakan lebih lanjut tentang Edo.
🤟🏻🤟🏻🤟🏻
Keesokan harinya saat Ala tiba di sekolah, ia melihat teman-temannya sedang membersihkan kelas dan koridor lantai tiga. Memang keadaan koridor menjadi lebih kotor dari biasanya, banyak air yang menggenang akibat hujan deras kemarin. Setelah mengamati kegiatan teman sekelasnya, Ala masuk untuk meletakkan tas. Setelah itu salah satu guru menyuruhnya untuk mengepel lantai kelas. Ala segera mengiyakan perintah tersebut dan segera mengambil pel lantai.
Ternyata di dalam kelas ada Edo yang sedang menyapu, Ala segera masuk kemudian mengepel bagian yang telah di sapu Edo, dan Edo menyapu bagian lainnya. Mereka berdua bekerja dengan cepat karena sepuluh menit lagi bel berbunyi. Setelah selesai menyapu, Edo memantau Ala yang masih mengepel dari depan kelas. Tidak lama kemudian, lantai kelas sudah bersih dan mengkilat. Ala berniat turun ke lantai satu untuk mengembalikan pel lantai tapi ditahan oleh Edo.
"Aku aja yang ngembalikan," ucap Edo sambil mengambil pel lantai dari tangan Ala.
Entah hanya perasaan Ala saja atau memang nada bicara Edo saat ini berubah, seperti lebih rendah dari biasanya, dan juga... Sebentar, 'aku' ? Sejak kapan pria di depannya ini merubah penyebutannya menjadi aku-kamu.
"Batuknya Ala sudah sembuh?" tanya Edo menginterupsi Ala yang sedari tadi tidak merespon ucapannya.
"Sudah kok, makasi yaa." jawab Ala.
Edo tersenyum mendengar jawaban Ala, meskipun Ala tidak bisa melihatnya tapi ia masih bisa melihat mata Edo yang menyipit.
🙌🙌🙌
Hai-hai para readersku...
Gimana nih part limanya?
Semoga kalian suka yaaa😻
❤Terimakasih sudah mampir❤
Silakan meninggalkan jejak👣—see u di part selanjutnya—
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Edo
Teen FictionKehidupan seorang gadis yang harus menjalani masa abu-abu putih di sekolah yang tidak ia inginkan. Namun siapa sangka, setelah masuk ke sekolah tersebut banyak hal yang tidak terduga datang ke kehidupannya. Bahkan ia memiliki kekasih yang tidak pern...