Telu

30 3 5
                                    

"Kemarin katanya sih suruh beli lumpia, tapi sekarang malah suruh beli jajan terserah."

🤘🤘🤘

Anila berhembus memberikan sedikit kesejukan pada murid kelas X yang saat ini sedang berdiri di lapangan sekolah. Masing-masing dari mereka mengenakan seragam olahraga bernuansa hitam dan abu-abu, semua memasang telinga dan mendengarkan penjelasan guru yang ada di depan dengan saksama. Setelah dirasa semua penjelasan sudah tersampaikan dengan baik, mereka berpencar kemudian mulai mempraktikkan teknik dasar permainan bulutangkis. Ketika teman-temannya sedang aktif, Ala justru duduk di kursi yang ada di pinggir lapangan, ia malah meminjamkan raketnya kepada teman sekelasnya yang tidak membawa raket. Kebetulan Ala bawa dua raket, satu ia pinjamkan kepada Laila, sedangkan satu lagi entah dipinjam siapa.

Netranya menangkap shuttlekock yang terlempar kesana kemari hingga mendarat di atas genteng greenhouse. Lapangan Lab school Nusantara memang dekat greenhouse, dan lapangannya juga tidak cukup besar seperti sekolah lain. Ala menggelengkan kepala melihat ulah teman-temannya, sesekali ia ikut tertawa ketika ada hal random yang dianggap lucu. Saat asik menonton, Laila menyodorkan raket kepadanya, Ala pun melempar tatapan tanya kepada Laila.

"Ayo coba, biar bisa juga." kata Laila, Ala pun berdiri dan mengambil raket di tangan kanan Laila.

Ia mencoba bermain bersama teman-temannya, tapi kenyataannya Ala memang paling payah di pelajaran olahraga. Guru olahraganya saat SMP saja menyerah ketika mengajari Ala, untung saja karena nilai sikap Ala yang baik jadi nilai olahraganya di rapor juga ikut baik. Sekali, dua kali Ala bermain, ia mulai memahami sedikit teknik dasar. Ingat, hanya sedikit, itu pun hanya memahami bukan menguasai.

Ala kembali duduk di tempatnya tadi, raketnya sudah ia berikan pada temannya yang lain. Entah kebetulan atau tidak, Ala melihat Edo yang sedang melakukan smash, ia jadi teringat dengan kejadian lumpia, kira-kira bagaimana kelanjutannya? Mengenai itu akan ia tanyakan pada Laila nanti.

Tidak terasa jam olahraga sudah selesai, sekarang waktunya mata pelajaran seni budaya. Mata pelajaran yang terlihat santai tapi sangat dihindari oleh murid Lab School Nusantara. Kata mereka gurunya tidak ramah. Seluruh murid kelas X berkumpul di depan laboratorium IPA, disinilah mereka akan belajar seni budaya. Kali ini mereka diberi tugas menggambar dengan menggunakan teknik garis. Ala dan Laila langsung mencari beberapa contoh gambar di pinterest, setelah itu mereka mulai menggambar mengikuti contoh tersebut.

"Eh, Lai. Ngomong-ngomong nasib lumpia kemarin gimana?" tanya Ala

"Nanti katanya dia mau ngasih uangnya," jawab Laila.

"Hah? Berarti lo beneran mau beliin dia lumpia?" tanya Ala lagi.

"Ya gitu deh, nanti sisa uangnya kan gue pakai jajan, hahaha... Canda, Al." Ala hanya ikut tertawa, memang temannya yang satu ini agak sengklek.

Ia melanjutkan kegiatan menggambarnya, Ala tidak berharap mendapat nilai bagus di pelajaran ini karena pada dasarnya ia memang tidak begitu bisa menggambar. Asal nilai tugas seni budayanya tidak kosong itu sudah cukup bagi Ala. Ingatlah bahwa kemampuan Ala ada pada bidang akademik, seni sastra, dan seni tari, bukan pada seni gambar atau lukis apa lagi olahraga. Sekarang saja dia sedang berpikir bagaimana caranya menggambar balon udara dengan teknik garis.

"Al, Edo pinjem pensil." ucap Laila, Ala pun menyerahkan pensilnya pada Edo yang berada di hadapannya.

"Tuh anak aneh, deh. Pinjemnya ke lo napa ngechatnya ke gue dah." Protes Laila.

Mendengar tutur kata Laila, Ala membuka ponsel kemudian membuka arsip chat whatsapp dan benar saja ternyata Edo sudah mengirimkan pesan kepadanya lebih dulu, tapi belum ia balas. Setelah membaca chat dari Edo, Ala kembali menutup ponselnya, dan meneruskan tugas gambarnya.

Mas EdoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang