"Lucu deh, rambutnya kayak air mancur."
🤟🏻🤟🏻🤟🏻
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Ala masih terjaga bersama buku dan alat tulisnya di atas meja belajar. Tugasnya belum juga selesai sedari tadi, padahal rasanya sudah tiga jam Ala mengerjakan tugas ini. Ponselnya berdering menandakan ada pesan masuk. Ia sudah tahu siapa yang mengirim pesan untuknya. Roomchat pria itu sudah Ala keluarkan dari arsip chat lantaran Ala lelah jika harus bolak-balik membuka arsip chat hanya untuk membalas pesannya. Tangannya bergerak mengambil ponsel yang dari tadi tidak disentuh, lalu ia membuka aplikasi whatsappnya.
Edo Firmansyah—Lab School
Ala
Ala
Oh ala
Dah bubuk kah?belum, masih nugas
Dah malem ala
Ayo bubukiya ntar lagi
Sekarang ala
Tugasnya besok aja dilanjut di sekulAla memutar bola matanya malas, tapi entah mengapa ia malah menuruti perintah Edo. Ala membereskan meja belajarnya, memasukkan bukunya ke dalam tas. Kemudian merebahkan dirinya di kasur, mematikan data seluler ponselnya, setelah itu ia terlelap. Jarang-jarang Ala tidur di bawah jam sebelas malam, biasanya ia tidur selalu di atas jam sebelas malam.
Keesokan harinya Ala mengerjakan tugasnya saat di angkot, karena ia tahu sampai sekolah nanti tidak akan ada waktu untuk mengerjakan tugas. Apa lagi ini tugas matematika yang akan dibahas pada jam pertama. Walaupun Pak Satrio biasanya terlambat bisa aja beliau datang lebih pagi, intinya Ala tidak ingin mengambil resiko. Setelah dua puluh menit akhirnya tugas Ala selesai, bersamaan dengan angkot yang berhenti di terminal landungsari.
🤟🏻🤟🏻🤟🏻
Sore hari telah tiba, bel pulang juga sudah berbunyi. Namun Ala masih di sekolah menunggu redanya hujan. Ala menunggu di koridor lantai satu sambil berbincang-bincang dengan Nuri.
"Gabut nih, Al. Hujan-hujanan yuk," ajak Nuri.
"Ayo deh, besok seragamnya juga gak dipakai," Ala menyetujui ajakan Nuri. Sebelum melakukan aksi hujan-hujanan, Ala melihat sekeliling berharap Edo tidak memantaunya saat ini.
Setelah aman, Ala mengikuti langkah Nuri yang mulai keluar dari koridor. Namun naasnya ada tangan yang menarik tangan Ala, mencegahnya untuk melakukan kegiatan tersebut.
"Mau kemana, cantik?" tanya Edo.
Ala tersenyum kikuk. "Enggak, kok. Gak kemana-mana," jawab Ala. Nuri menertawakan Ala dari kejauhan.
"Masuk yuk, ke Lab IPA. Disini dingin," ujar Edo.
"Gak mau," tolak Ala.
"Udah, ayo masuk," Edo menarik paksa Ala dan membawanya masuk ke laboratorium IPA, disana ada Wisnu yang juga menunggu hujan reda.
Kini Ala dan Edo duduk sebelahan. "Mau hujan-hujanan tadi, hm? Mau sakit? Iya? Ala itu punya alergi dingin, punya asma juga, kalau ngedrop piye hah? Mana gak bawa jaket lagi," omel Edo.
"Iya maaf, jaketnya ketinggalan, tadi keburu-buru," jawab Ala dengan nada rendah
"Oke dimaafin, lain kali gak boleh gitu." Edo mengusap kepala Ala.
Ala menemukan karet gelang di atas meja, tangannya bergerak mengambil karet tersebut, kemudian ia mulai menguncir rambut Edo. Sang pemilik rambut hanya bisa pasrah, seolah ia akan menuruti apapun keinginan gadis di hadapannya ini. Ala tertawa senang melihat rambut Edo yang berdiri seperti air mancur, Edo yang melihat Ala tertawa ikut menyunggingkan senyumnya walaupun Ala tidak bisa melihatnya.
"Ala sudah jam lima, Ala pulang naik apa?" tanya Edo.
"Harusnya naik angkot, tapi kayaknya udah gak ada deh jam segini," jawab Ala.
"Yaudah, naik maxim aja ya? Dodo pesenin." Tawar Edo, Ala hanya menganggukan kepala.
Keduanya bersiap untuk pulang, Ala memasukkan sepatunya ke dalam tas. Tak lama kemudian muncul notif pemberitahuan bahwa driver maxim sudah sampai di tempat penjemputan. Edo yang melihat notif tersebut mengajak Ala menuju ke gerbang sekolah.
"Eh sebentar, Ala," suara Edo menginterupsi Ala yang akan berjalan menuju ke gerbang menerobos hujan.
"Apa?" tanya Ala. Edo tidak menjawab pertanyaan Ala, ia langsung memakaikan hoodie kesayangannya ke tubuh Ala.
"Nanti Dodo kehujanan dong kalau hoodienya ku pakai," protes Ala.
"Udah gak papa, kalau Dodo yang kehujanan itu masih aman 'kan Dodo kuat, tapi kalau Ala yang kehujanan itu bahaya. Nurut aja, oke?" Ala hanya mengangguk pasrah mendengar tutur kalimat dari Edo.
Mereka berdua menerobos hujan tanpa menggunakan alas kaki. Sesampainya di gerbang sekolah, Ala langsung naik ke motor driver maxim.
"Hati-hati ya mas bawa motornya." Ucap Edo kepada driver maxim.
🤟🏻🤟🏻🤟🏻
Hai-hai para readersku...
Gimana nih part sebelasnya?
Semoga kalian suka yaaa😻
❤Terimakasih sudah mampir❤
Silakan meninggalkan jejak👣—see u di part selanjutnya—
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Edo
Teen FictionKehidupan seorang gadis yang harus menjalani masa abu-abu putih di sekolah yang tidak ia inginkan. Namun siapa sangka, setelah masuk ke sekolah tersebut banyak hal yang tidak terduga datang ke kehidupannya. Bahkan ia memiliki kekasih yang tidak pern...