Montmartre

373 56 7
                                    

.

.

.


"Lisa ya, hurry up."

Rose dengan buru-buru berjalan menuju mobil yang sudah ada Jane dan satu teman pria nya.

Rose ini benar amnesia kurasa. Sehabis dengkulku dibuat lemas, sekarang suruh jalan cepat-cepat. Kalau bukan pacar sudah kupiting lehernya.

"Why so hurry?" protesku.

Rose membukakan pintu untukku sembari tersenyum sumringah. Membuat hatiku hangat tiba-tiba. Tidak jadi ngomel.

"Sudah siap ya. Yok berangkat." kata Jane pada temannya bernama Justin.

Aku duduk di belakang bersama Rose. Rose sendiri terkadang kelepasan merangkul lenganku atau pinggang, atau pundakku santai. Aku sendiri yang malah kaku tidak berani melakukan skinship padanya.

Kayaknya akunya saja yang kurang santai. Huft memulai mode sahabat baik.



Sampailah di bukit Montmartre.

"Kalian duluan ke atas aja, aku dan Justin mau cari minum dulu." pamitnya ke Rose dan aku.

"Okay, nanti kabarin ya." sahut Rose. Ia sudah berjalan ke depan sambil menggandeng tanganku untuk mengikuti langkahnya.

"Hei, kaku bener kaya kanebo kering." ejeknya.

"Uh aku hanya khawatir bule Justin mencurigai."

"Why? kenapa dia?"

"Karena dia bule."

"Haha, justru kalau kau kaku begitu, malah lebih mencurigakan baby. Just do it like usual."

"Seperti mencium pundakku tiba-tiba gini ya?" singgungku pada kebiasaan Rose yang sering kalau keenakan bergandengan. Berlanjut dengan mencium pundakku.

Itu manis, tapi aku tak tahu itu hanya kepadaku atau pada yang lain juga. Namanya juga kebiasaan.

"Itu tanpa direncanakan, Jane juga tau aku sering begitu."

"Ha? padanya juga begitu?"

"Tidak sengaja, pada Alice juga gitu. Jisoo juga."

"Yang benar saja Rosie."

"Tapi kalau sadar ya, tidak jadi nempel bibirnya. Lagian itu cuma di pundak yang masih tertutup baju. Tidak seperti dirimu yang tidak pakai apa-apa." bawelnya sayangku ini. Aku pun mencubit punggung tangannya yang sedang ku genggam.

"Hmm pemandangan indah bukan?" katanya waktu sudah sampai atas. Aku terkesima karena pemandangan dan juga kecantikan Rose dilihat dari samping.

"Benar. Indah sekali."

"Ih lihat kesana babe." Salah tingkah dia kulihatin.

"Hehee habis kamu juga indah."

"By the way, kamu tidak capek kan?" tanyanya yang ini baru sadar apa gimana.

"Harusnya nanyanya dari keluar hotel tadi sayangku."

"Jadi capek beneran ya?" Dia mulai khawatir.

"Tidak-tidak, aman kok asal gak disuruh buru-buru saja."

Rose mulai bergelayut manja di lenganku.

"Miane. tapi kau senang kan?"

"Yang disini apa di shower tadi?"

"Hihhi. Dua-duanya."

"Semuanya senang, asal ada kamu."

Aku mencolek ujung hidung Rose ketika dibelakang sudah ada Jane dan Justin tiba-tiba.

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang