Psycho!

290 44 2
                                    

.

.

.

“Lisa, ini Hyeri masih gangguin aku deh.”

“Mana sih? Diapain kamu?”

“Dia telpon tuh. Habis syuting MV, kulihat lagi miskolnya sudah sampai 7 kali.”

“Lah kemarin jadi kamu chat gak?”

“Udah sayang, dia udah baca tapi gak di balas.”

Aku dan Rose sudah kembali ke Seoul. Dan tengah ada di kantin YG. Aku kesini hanya untuk mengambil izin cuti, karena Rose yang memintanya. Katanya aku harus full di rumah saja selama masa penyembuhan.

Ya masuk akal karena dancer harus menggerakkan seluruh tubuhnya.

Sementara Rose masih melanjutkan syuting MV yang kali ini bagian dance di studio. Aku sangat excited menantikan penampilannya.

Sementara kemarin aku melihat Jennie sudah muncul foto teasernya. Seksi dan juga menggoda. Sama seperti imagenya selama ini.

“Aku harus mengurus motor, sepertinya masih ditahan di kantor polisi.”

“Tidak bisakah kamu diam di rumah Lisayang?”

“Iya setelah itu aku langsung pulang.”

Rose tersenyum lalu melanjutkan makan, sambil masih membahas tentang Hyeri.

“Kalau dia telpon diangkat saja. Dengar saja apa yang dia ingin katakan.”

“Lalu?”

“Ya tidak usah dibalas. Hanya didengarkan saja.”

“Bareng kamu kan?”

“Wo iya dong.”

Aku mengelus kepalanya, dan tidak sadar sedang di depan umum begini. Ah udah terlanjur.

“Aku balik ke studio dulu ya, see you later.”

Rose berpamitan dengan hanya menjabat tanganku. Pengennya juga dicium dikit gitu kan.

Akan sangat menyenangkan jika kita bisa open relationship. Tapi di negara ini mana bisa. Yang ada kena banned dan karir bisa berakhir.

Lebih baik aku menghubungi Ryujin yang katanya sudah kembali ke rumah, dan sedang beristirahat juga.

“Hei Ryu, how’s your day?” tanyaku basa basi.

“Better un, kamu gimana?”

“Yaah aku sedang ambil cuti satu minggu kayaknya. Badannya gimana? Apa ada luka baru atau sejenisnya?”

Memar aja sih un, di leher bawah telinga ini juga. Unnie gak usah minta maaf lagi loh ya.”

“Hahhaa, ya gimana ya. Aku masih gak enak gara-gara membuat kita berdua bergelimpangan di jalan.”

Hehehe tidak apa-apa. Lumayan memacu adrenalin sih.”

Adrenalin pala lu. Ingat Lisa tidak boleh galak-galak lagi sama Ryujin.

“Gila memang. Kapan-kapan aku traktir ya. Sebagai wujud nyata permintaan maaf.”

Boleh, mau bilang gak usah repot-repot, tapi juga rugi sendiri nanti aku.”

“Dasar bocah kematian. Upss.”

Kenapa unnie?”

“Tadinya aku tidak boleh mengataimu, tapi kok kamu ini minta dikatain sih Ryu. Heran aku.”

Ryujin cekikikan di seberang telepon.

Oh iya, motormu sudah ada di garasi apartemen yang lama ya unnie. Aku tidak tahu alamat tempat tinggalmu yang baru. Jadi aku minta dikirim ke sana saja sama tukang derek kemarin.”

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang