Meet Jennie

361 50 14
                                    

.

.

.



Jen _ Lily, like u ever said. I will come back and finish everything. Thanks for everything. ILY _



Melihat apa yang tertera di ponsel. Aku tidak tahu harus membalas apa. Aku senang dia kembali. Sungguh. Tapi 3 kata terakhir itu yang sulit dimengerti.

ILY sama dengan I love you.

Daripada kepedean, Ya sudah tinggal di skip aja apa susahnya.



L _ Good choice Jen. Hwaiting for the final. _

.

.

.

Pukul 8 malam aku sudah pulang terlebih dahulu. Rose bilang langsung ke rumah saja, karena ia belum packing untuk pindah. Dan belum ada pembicaraan kesana.

Di depan gerbang, aku melihat penampakan Jennie di depan rumahnya. Anak itu kembali ke rumah, sudah tidak di dorm JYP lagi. Should i go there?

Aku pikir dia sudah terlanjur melihat mobilku juga. Jennie sedang menelpon seseorang. Ketika aku keluar mobil, ia melihatku dan mematikan sambungan teleponnya.

"Hei Lily, Whatcha doin there?" tanyanya yang sepertinya belum mengetahui kalau aku akan tinggal bersama Rose.

"Hm, ngapel."

Hish padahal aku sudah janji untuk berkata jujur kepada Jennie. Kenapa sih mulut.

"Sepertinya yang punya rumah belum kembali, mampir dulu sini." ajak Jennie. Tidak bisa kutolak karena aku juga ingin tahu bagaimana dia sekarang.

"Okay, tapi diluar saja ya, gerah."

"Boleh, di dalam juga tidak akan kugigit kok."

Wajahnya terlihat tanpa make up. Sepertinya sedang bersantai seharian ini. Kalau tebakanku benar sih. Aku ambil kursi depan rumah dan duduk disana.

Dipisahkan oleh sebuah meja bundar, Jennie mengambil tempat duduk di seberang.

"Well, mau minum apa?"

"Tidak usah repot-repot, tapi kalau ada sih sirop marjan juga boleh."

Ia tertawa dengan gummy smilenya. Lucu sekali, eh aku tidak boleh memuji wanita lain.

"Adanya bir bintang. mau?"

"Air putih aja deh, biar sehatan dikit."

Jennie mengangguk sambil ketawa ngakak. Ia kembali dengan gelas plastik dan sebotol air putih dingin. Mantap. Aku langsung minum tanpa ragu-ragu. Haus bung.



Setelah kelar, barulah aku memulai pembicaraan.

"Jadi kau sudah kembali berlatih untuk final?"

"Yeah, seperti itulah. Mereka benar-benar payah tidak ada aku." ucapnya sombong.

"Yeah minggu lalu sampai kalah peringkat dengan rivalmu."

"Sayang sekali padahal aku inginnya di final bersamamu. Maksudnya YGX."

Aku tertawa kecut. Mana bisa itu, mustahil.

"Kau tidak berniat, berbaik-baikan dengan anggotamu?" tanyaku.

"Untuk apa? I will go solo after that show."

"Really?"

"Yeah, aku tidak mau berada dalam satu team idol dengan orang-orang toxic. Mereka iri padaku, apalagi."

STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang