Friends with Benefits °•° Part 06 by girlRin
Malam harinya, Azura berjalan menuruni anak tangga dengan keadaan masih mengantuk. Ia masih belum tidur karena harus mengerjakan tugas yang sialnya harus dikumpulkan besok pagi.
Niatnya sih tadi pagi mau ia kerjakan, tapi tidak bisa karena Jefian–teman satu rumahnya malah mengajak teman-temannya mampir dan mereka malah berisik bermain game di kamar Jefian. Sudah tau kamar mereka berseberangan, kalau pintu ditutup sih enggak masalah karena kata Cakra semua kamar itu kedap suara, tapi sialnya memang si Jefian suka mencari gara-gara dengan Azura, ia malah sengaja membuka pintu kamarnya dan membuat suara super bising hingga Azura harus beberapa kali menegur mereka. Sayangnya tegurannya malah dianggap angin lalu oleh Jefian dan malah ia makin menjadi-jadi, Jefian bahkan mengajak dua temannya karaoke di dalam kamar dengan suara yang teriak-teriak seperti di dalan hutan, alhasil Azura mengirimkan pesan ke Cakra. Pemilik rumah langsung menelpon Jefian dan beberapa saat kemudian, Azura sudah berdiri di ruang depan pintu kamarnya dengan tatapan seolah mengejek karena Jefian mengusir dua temannya dan kemudian menatap Azura dengan tatapan sinis.
Azura menuangkan susu yang ia ambil dari dalam kulkas di dapur dan begitu akan meminumnya, sebuah tangan mengambil gelas berisi susu tersebut. Gadis itu menoleh dan begitu tahu siapa yang dengan sengaja mengambil minumannya, ia langsung melotot kesal.
“JEFIAN! SUSU GUE!”
Jefian, si pelaku hanya menautkan alisnya seolah bertanya.
“Makasih, tapi gue rasa lo enggak butuh nih susu. Lo ’kan punya susu pribadi,” ucap Jefian sambil menyeringai.
Azura mendelik tajam dan mengambil benda terdekat di atas meja—sialnya itu pisau buat motong ikan, tau 'kan gedenya kek apa—dan mengarahkannya kepada Jefian.
Jefian melotot, “woi, setan! Taro tuh piso!”
“Bacot, gue sunat lagi lo ampe abis enggak kesisa!” Azura menaruh gelas yang ada di tangannya dan mulai mengejar Jefian yang sudah berlari kesetanan.
“Woi, udah woi! Bahaya! Itu bukan mainan, njir!”
“Bodoamat! Sini lo, sialan!”
“Njir, taro tuh piso! Buruan, setan!”
“Sini lo, anak monyet!”
Jefian saking takutnya sampai tersandung kakinya sendiri dan jatuh telengkup di lantai, melihat itu Azura langsung menduduki punggung Jefian dengan tangan masih memegang pisau, tentunya.
“Anjing! Woi, ampun! Gue ngaku salah! Jangan bunuh gue! Huwaaaaaaaaaa! Mama!” jerit Jefian.
“Bacot! Diem lo,” gerutu Azura karena Jefian mulai gerak-gerak seperti cacing kepanasan.
“Huwaaaaa, gue belum mau mati! Gue belum jadian sama Jennie Blackpink! Gue belum dinner sama cewek-cewek cantik! Gue belum nge—”
“Astaga! Kalian ngapain?!”
Baik Azura dan Jefian menoleh dan mendapati si pemilik rumah yang sepertinya baru pulang sedang menatap mereka dengan tatapan kaget. Cakra bahkan makin terkejut begitu melihat pisau di tangan Azura.
“Itu ngapain pegang pisau? Mau ngapain? Astaga, bahaya banget! Aura, taro pisaunya! Kalo kena orang bahaya, nanti orangnya luka trus masuk rumah sakit. Kalo mati gimana? Nanti semua keluarganya pada sedih,” ucap Cakra dengan panik.
Mulai cerewetnya. Batin Azura. Lagipula nama gue Azura, bukan Aura, setan! Lanjutnya dalam hati.
Melihat itu, Jefian menatap Cakra dengan tatapan seolah-olah tersakiti. “Bang Cakra, tolongin gue! Nih cewek jahat banget, masa gue mau disembelih! Katanya buat dia kurban, padahal gue bukan sapi!”
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS WITH BENEFITS ✔
RomanceUsai dikhianati oleh pacarnya, Azura meyakini bahwa sekarang tak ada lagi namanya hubungan yang benar-benar murni karena cinta. Hubungannya yang telah begitu lama ia jalin dengan pacarnya harus rusak karena kebodohan pemuda itu yang dengan seenaknya...