FWB : 21

6.8K 147 5
                                    

Friends with Benefits °•° Part 21 by girlRin

Sekitar jam tujuh malam, Azura selesai menata makanan buatannya di atas meja makan. Ia kebetulan membuat cukup banyak, jaga-jaga kalau Cakra pulang. Gadis itu melepaskan apron yang ia pakai dan langsung berjalan menuju kamar Jefian untuk memanggil pemuda itu.

Ketukan pertama, tak ada respon. Azura kembali mengetuk pintunya, kali ini dengan cukup keras dan berhasil. Tak butuh waktu lama, Jefian langsung keluar dengan keadaan rambut masih sedikit basah, kaos putih lengan pendek dan celana pendek warna abu-abu.

“Oh, udah jadi makanannya?” tanya Jefian. Azura mengangguk, “ke bawah gih.” Azura mengajak Jefian untuk ke ruang makan.

Begitu keduanya sudah sampai di meja makan, Jefian langsung berdecak kagum saat melihat banyaknya makanan terhidang di sana. Bahkan bau harum makanan tersebut benar-benar membuatnya merasa sangat lapar.

“Ini beneran lo yang masak?” tanya Jefian.

Azura menepuk dadanya seolah menyombongkan diri, “tentu dong!”

“Enggak delivery nih? Enggak percaya gue lo yang masak,” ucap Jefian.

Azura mendelik sinis, “gosah makan aja, setan!”

Jefian terkekeh kecil, “canda doang elah. Nih banyak banget, enggak bakal abis kalo gue yang makan ni mah.”

“Gue bikin banyak, jaga-jaga kalo Kak Cakra balik. Jadi, dia bisa makan juga.” Azura menjelaskan.

Entah kenapa, Jefian merasa tak suka. “Katanya cuma buat orang spesial? Bang Cakra juga spesial gitu? Lo naksir dia, ya?”

“Sembarangan. Dia 'kan sakit, harus makan makanan sehat. Jangan makan makanan instan apalagi junk food. Tambah sakit yang ada. Kebetulan gue lagi masak, ya sekalian aja. Lagian gue juga udah bikinin dia bubur 'kan? Anggap aja gue bersedekah ke yang membutuhkan,” ucap Azura.

“Selama gue di sini, lo kalo makan bareng gue, cuma beli di warung depan trus lo panasin doang. Waktu bikin sarapan juga gitu. Makanya gue enggak percaya lo masak sebanyak ini. Keliatannya enak pula, awas aja ya rasanya enggak enak,“ ucap Jefian.

Azura tersinggung, “enak aja! Makanan yang gue bikin tuh pasti enak! Kalo enggak enak, lo boleh seks sama gue seharian penuh,” ucapnya tanpa pikir panjang.

Jefian menyeringai, “yakin lo? Emang lo kuat gue gempur selama itu? Waktu itu aja enggak sampe tujuh ronde udah pingsan,” balasnya.

“Ya, itu 'kan pertama kalinya. Inget, ya. Kalo enggak enak. Lo enggak boleh curang. Kalo enak ya bilang enak, jangan bilang enggak. Itu namanya lo nyari kesempatan!” ucap Azura.

Jefian duduk dan mulai menyantap makanannya. Azura duduk di sampingnya sambil menunggu reaksi Jefian. “Gimana? Enak?” tanya Azura tak sabar.

Jefian mengangguk. “Enak. Bener kata nyokap lo. Kalo lo mau buka restoran pun, itu mah masalah gampang.”

Azura bertepuk tangan untuk mengapresiasi dirinya sendiri, “tuh kan! Gue bilang juga apa!”

Butuh beberapa menit hingga akhirnya Jefian menyelesaikan makannya. Ia bahkan sedang mencuci piring bekas makannya sedangkan Azura mulai menyimpan makanan yang masih banyak tersisa. Bisalah untuk dipanaskan lagi besok, kalo tak basi.

“Bang Cakra ngirim pesan nih. Katanya dia disuruh temennya nginep di rumahnya. Takut Bang Cakra malah ngerjain pekerjaan kalo dibiarin pulang,” ucap Jefian setelah selesai mencuci piring dan mengecek ponselnya.

Azura yang juga baru selesai dengan kegiatannya hanya bisa mengangguk paham. “Bener juga sih, daripada dia kerja trus begadang. Ntar bukannya sembuh malah tambah sakit. Bisa kena tipes nanti tuh,” ucapnya.

Jefian menyimpan ponselnya dan berkata, “kalo gitu gue mau ke kamar duluan. Mau nonton bola. Lo gue tinggal gapapa?“ tanya Jefian.

“Biasanya juga kita urusan sendiri-sendiri. Kayak sama siapa aja lo. Duluan aja,” ucap Azura.

Jefian mengangguk dan kemudian berjalan menuju kamarnya. Meninggalkan Azura yang kemudian mencuci tangannya dan baru menyusul untuk ke kamarnya juga.



Sesampainya di kamar, Azura langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dan menonton di YouTube melalui ponselnya. Kebanyakan dari video tersebut adalah cuplikan drama-drama yang sedang viral.

“Duh, jadi spoiler, 'kan? Mana gue belum nonton lagi,” gerutu Azura sambil langsung melewatkan video-video tersebut.

Tak sengaja video cuplikan sebuah film muncul di layar ponselnya. Itu bukanlah drama yang belum ia tonton, Azura sendiri sudah pernah menonton cuplikan tersebut jadi dia tak merasa kesal. Alih-alih merasa kesal, ia malah menatap adegan itu dengan tatapan serius.

Ngomong-ngomong, adegan yang dia lihat adalah adegan di film Fifty Shades of Grey, adegan dewasanya.

“Gue penasaran deh, kira-kira main kayak gini tuh sakit apa malah enak, ya?” gumam Azura.

ᕙ⁠(⁠ ͡⁠◉⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ͡⁠◉⁠)⁠ᕗ Ya, adegan di film-film itu taulah, adegannya gimana. Hehehe....

Azura menutup ponselnya dan kemudian menatap ke arah pintu kamarnya yang tertutup. “Apa tanya ke Jefi aja, ya? Eh, tapi nanti dia keenakan lagi. Malah seneng dia pasti bisa seks sama gue,” ucapnya.

Azura menatap layar ponselnya yang telah mati, “tapi gue penasaran dong. Gimana?”

Azura langsung melemparkan ponselnya ke arah samping dan menatap langit-langit kamarnya, “tapi Jefi pernah ngiket mata gue waktu dia seks sama gue. Apa jangan-jangan dia tau yang begituan, ya? Jangan-jangan dia juga tau lagi mainan buat begituan? Duh, berpengalaman banget tuh anak. Pantesan aja, cara dia main tuh enak banget.“

Tiba-tiba, Azura merasa kesal. “Berarti dia udah sering seks sampe bisa sehebat itu? Ih, ganteng juga enggak. Modal kelebihan hormon mah iya. Dasar cowok buaya. Burungnya enggak bisa dijaga. Pasti udah pernah hinggap dimana-mana.”

Azura terdiam sejenak dan langsung memukul pelan mulutnya, “kok gue malah kesel sih? Harusnya gue enggak peduli. Mau dia udah pernah seks sama siapa kek, bukan urusan gue. Hubungan kita tuh cuma sebatas temen seks. Mau dia tidur sama siapa kek selain gue, harusnya gue enggak peduli. Bener! Gue enggak boleh baperan! Inget, Ra. Cuma temen seks. Temen seks!” Azura terus-menerus mengingatkan dirinya.

Merasa tak berguna, Azura langsung bangun dan mengacak-acak rambutnya pertanda ia kesal. “Aish! Kenapa gue malah tambah kesel sih? Gue kenapa, Tuhan? Masa gue cemburu kalo dia seks sama siapapun selain gue? Pacarnya juga bukan!”

“Azura! Lo tuh kenapa sih?! Sebelumnya juga enggak gini. Masa lo naksir sama tuh anak setan? Dia tuh cuma manusia kelebihan hormon doang. Sangean. Lo enggak boleh suka sama dia! Enggak boleh, Ra! Dia tuh pengaruh sesat buat lo. Dia cuma mau badan lo doang. Lo enggak boleh naksir sama dia. Enggak boleh! Enggak boleh pokoknya!” Azura kembali mengingatkan dirinya sendiri.

Ya, setelahnya siapa yang tau? Mungkin saja ia benar-benar akan naksir dengan orang yang hanya menginginkan badannya saja?


°•° To be Continued °•°

FRIENDS WITH BENEFITS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang