Friends with Benefits °•° Part 23 by girlRin
Azura menahan kekesalannya saat Jefian membawanya ke toilet yang sedang rusak. Dalam benak Azura tuh dia mengira Jefian akan mengajaknya ke UKS atau mungkin keluar sekolah, tapi sungguh di luar ekspektasi, Jefian malah memilih toilet rusak yang memang sama-sama berada di koridor yang jarang di lewati.
Otak ni orang isinya apaan sih? Beneran di luar dugaan. Batin Azura kesal.
Saat Jefian mendorongnya hingga menabrak pintu bilik toilet, Azura langsung menahan tubuh Jefian yang saat itu akan menciumnya lagi. Jefian malah mengerang kesal, “apaan lagi sih?!”
“Enggak di toilet juga, setan!” balas Azura tak kalah kesal.
“UKS ada yang jaga, gila. Lo mau jadi tontonan di sana?” ucap Jefian.
Azura mendelik tajam, “ya kalo gitu kemana kek. Ke hotel kek apa kek!”
“Enggak sempet, kelamaan di jalan ntar!”
Azura memutar bola matanya jengah, “ya itu lo aja yang kelebihan hormon!”
Jefian berdecak kecil dan kemudian menatapnya tajam, “mau apa enggak? Kalo enggak mau ya udah enggak usah. Gue bisa ke yang la—”
Azura langsung menarik kerah seragam Jefian hingga keduanya berada dalam jarak yang sangat intim. Azura langsung menatap Jefian dengan tatapan kesal dan marah. “Apa lo bilang tadi? Coba ulangi,” ucapnya.
Jefian menyeringai dan kemudian mengusap pipi Azura, “gue bilang, kalo lo enggak mau, masih banyak yang mau ngangkang buat gue. Cuma karena gue bilang main sama lo lebih enak, lo enggak bisa ngedominasi gue. Enggak sama lo, gue bisa kok ngebobol yang lain.”
“Berani lo ngelakuin itu, gue pastiin lo enggak bakal bisa nyentuh badan gue lagi.” Azura menatapnya sinis.
Jefian tertawa kecil, “yakin, cantik? Sanggup lo enggak gue sentuh, hm?”
Azura menyeringai, “kenapa enggak? Gue juga bisa kok sama yang lain. Mungkin nyari sugar daddy bahkan lebih baik daripada lo,” ucapnya menantang.
Jefian mencengkram dagu Azura dan kemudian menatapnya dengan tatapan mengintimidasi, “kalo gue yang jadi sugar daddy lo, gimana?”
Azura tersenyum tipis, “bisa ngasih apa emang lo?”
Jefian melepaskan dagu Azura dan kemudian menyentuh kancing baju Azura. Memainkannya bahkan membuka kancing teratas seragam gadis itu, “mungkin ... surga?”
Azura tertawa sinis, “memangnya definisi surga yang bisa lo kasih ke gue tuh surga yang gimana, ha?”
Jefian meletakkan tangannya di pinggang Azura dan menarik tubuh gadis itu agar semakin dekat dengannya. Jefian menatap Azura dengan tatapan menggoda, “I'll bring the heaven to you.” Azura memejamkan kedua matanya saat Jefian berbisik di telinganya.
Saat Azura membuka matanya, Jefian langsung mencium bibir gadis itu dengan penuh napsu. Bahkan Azura sampai harus memejamkan matanya lagi dan mengalungkan tangannya ke leher Jefian. Bunyi suara basah memenuhi bilik toilet tersebut. Bahkan terkadang terdengar bunyi debukan keras karena Jefian yang sesekali mendorong Azura ke pintu toilet.
“Anj—Jefi!” Azura tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jefian melepaskan ciumannya dan mendorong gadis itu agar menghadap pintu toilet. Jefian tak peduli, ia hanya sibuk mencium tengkuk leher gadis itu dan kemudian tangannya yang tak kalah sibuk menyusup ke dalam seragam Azura.
“Nghhhh ... ssshh, Jef! Lo ngapain, setan?!” Azura mendesis ketika Jefian membalik tubuhnya lagi agar menghadapnya.
Jefian hanya menyeringai dan kemudian membuka kancing seragam Azura. Tangan Azura bergerak menarik kerah seragam Jefian dan kemudian bergerak ke rambut pemuda itu, meremasnya. Ia mendesah tertahan saat Jefian mencumbu dadanya, sesekali menggigitnya hingga meninggalkan bekas gigi yang memerah.
“Lo ngapain, setan?” tanya Azura.
Jefian mendudukkan Azura di atas toilet duduk dan kemudian mencoba membuka resleting celananya sendiri. Azura yang melihat itu langsung menahan tangan pemuda itu hingga Jefian menatapnya kesal, “ngapain sih?” seru Jefian kesal.
“Kayaknya seks di toilet enggak keren buat kita. Hotel, gimana?” tawar Azura. Jefian berdecak kesal, “ya kali gue kudu nunggu?!”
Azura berdiri dan kemudian mengelus paha Jefian, “gue juga enggak mau nunggu, tapi gue enggak akan suka kalo ngelakuin itu di tempat jelek gini. Gue punya harga diri dan perlakuin gue kayak barang berharga, bukannya pelacur yang bisa lo seret main dimana aja. Oke?” Usai mengucapkan itu, Azura menggigit pelan daun telinga Jefian hingga pemuda itu harus mengerang kecil.
“Sialan! Awas aja lo abis ini. Enggak gue lepasin,” ucap Jefian. Azura mengancingkan seragamnya dan kemudian menatap Jefian dengan tatapan mengejek, “gue juga enggak berniat ngelepasin lo kok,” ucapnya.
Setelah memastikan pakaian keduanya sudah kembali rapi, Azura langsung mencium pipi Jefian secara singkat. “Belajar yang rajin, oke?” Azura mengedipkan matanya dan pergi meninggalkan Jefian yang masih mengerang kesal.
“Sialan. Liat aja tuh cewek. Gue pastiin dia enggak bakal bisa jalan besok,” ucap Jefian.
•
•
•Azura masuk ke kelas setelah hampir terkena hukuman karena terlambat masuk. Untung saja ia beralasan bahwa ia tadi ke UKS untuk meminta obat diare yang mana alasannya didukung dengan Amela yang sebelumnya mengatakan kalau Azura sedang pergi ke toilet. Begitu ia duduk di tempat duduknya, Amela dan Diora langsung menatapnya seolah bertanya darimana saja ia.
Azura tersenyum geli dan kemudian mengambil ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada dua sahabatnya lewat group chat mereka. Azura mengatakan bahwa ia baru saja melakukan sesuatu yang menyenangkan. Diora yang lebih dulu menatapnya seolah bertanya agar gadis itu menjelaskan lebih rinci yang mana dibalas oleh Azura dengan gelengan pelan. Amela sendiri malah menatap Azura dengan tatapan menyelidik. Ia bingung, apa yang baru saja dilakukan temannya. Kenapa Azura terlihat begitu senang dibuatnya. Apakah ada hal yang begitu menyenangkan hingga membuat Azura yang tidak pernah terlambat masuk kelas sampai harus terlambat hampir tiga puluh menit lamanya.
Azura yang merasakan diperhatikan oleh Amela pun hanya bisa mengangguk pelan. Amela yang melihat anggukan itu terfokus pada sesuatu. Ada tanda kemerahan di leher belakang Azura. Tidak terlalu jelas karena tertutup rambut tergerai Azura, tapi karena anggukan Azura tadi, rambutnya tersedikit tersingkap hingga Amela bisa melihat tanda kemerahan itu. Tidak terlalu jelas sebenarnya, tapi Amela cukup peka. Segera saja Amela membalas pesan Azura di grup dengan menanyakan apakah Azura digigit nyamuk karena ia melihat ada yang aneh di leher belakang Azura. Azura yang melihat balasan dari Amela langsung tersentak kecil kemudian dengan cepat mengubah tatapannya dengan senyuman kecil dan membalas pesan Amela bahwa ia tadi tak sengaja digigit nyamuk saat melewati tempat sampah di koridor. Amela terlihat berpikir, tapi kemudian ia mengangguk paham.
Mungkin beneran nyamuk. Batin Amela.
Azura sendiri di dalam hati mengutuk Jefian yang sembarangan meninggalkan tanda.
°•° To be Continued °•°
Note :
Disempetkan walau lagi stres tak tertolong sama proposal skripsi. Maaf ya kalo dikit banget ngetiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS WITH BENEFITS ✔
RomanceUsai dikhianati oleh pacarnya, Azura meyakini bahwa sekarang tak ada lagi namanya hubungan yang benar-benar murni karena cinta. Hubungannya yang telah begitu lama ia jalin dengan pacarnya harus rusak karena kebodohan pemuda itu yang dengan seenaknya...