FWB : 30

5.9K 143 10
                                    

Friends with Benefits °•° Part 30


Begitu tiba di rumah, Azura langsung mengejar Jefian yang sudah lebih dulu naik ke lantai dua menuju kamar mereka. Telat sebelum Jefian membuka pintu kamarnya, Azura langsung menahan tangan pemuda itu.

“Bokap lo Arjuna? Arjuna si pemilik Perusahaan terkenal itu? Arjuna yang digadang-gadang jadi orang terkaya itu? Itu bokap lo?” tanya Azura.

Jefian mendelik malas, “iya. Bokap gue. Ngapa? Pengen jadi sugar baby Bokap gue? Enggak usah deh, Bokap gue bucin mampus sama Emak gue. Emak gue juga galak kayak maung. Ada yang deketin lakinya aja bisa dia bikin mampus,” ucap Jefian.

“Bukan gitu, babi! Gue kaget. Lo anak orang kaya. Gue kira lo enggak sekaya itu,” ucap Azura.

“Ya, emang. Itu 'kan duit bokap-nyokap gue, bukan punya gue.” Jefian membalas.

“Jefi, dengerin dulu!” Azura kembali menahan Jefian yang ingin masuk ke dalam kamarnya. Jefian mendesah malas, “apa lagi?”

Azura merona tipis, “makasih udah nolongin gue tadi.” Jefian mengangguk, “iya, sama-sama. Bokap lo kayak anjing sih,” jawab Jefian. Azura mengangguk setuju, “memang anjing dia. Kayak anak kesayangannya, polos-polos bangsat,” ucap Azura setuju.

Jefian terkekeh kecil, “yaudah. Masuk kamar lo gih, gue ada urusan penting.” Azura menatapnya bingung, “urusan apaan?” tanyanya.

Jefian mendelik, “gue sange, udah gue mau nyolo di toilet.” Azura mengangguk paham, “oke. Dah, sana.” Jefian menatapnya kesal, “kok gitu doang?” Azura menatapnya bingung, “memang lo mau gue gimana?” tanyanya polos.

Jefian mengerang frustrasi, “astaga! Tanggungjawab kek, gara-gara lo nih!” ucapnya. Azura mendelik, “dih! Apaan jadi gue? Gue enggak ngapa-ngapain, ya!”

“Ya, ngapain juga lo makan kue tadi di restoran pake gaya eksotis gitu? Tegang nih adek kecil gue,” ucap Jefian. Azura menatapnya tajam, “otak lo aja tuh yang mesum, bangsat!”

“Ayolah, Ra. Tolongin gue,” ucap Jefian. Azura menyeringai, “oke, tapi ada syaratnya.” Jefian berdecih, “pake syarat segala. Apaan, cepet!”

“Putusin semua cewek lo dan lo cuma boleh seks sama gue, enggak boleh yang lain.” Jefian menatapnya kesal, “enggak bisa gitu dong!”

“Bisa. Gue enggak mau kena HIV, ya. Lo main kemana-mana bisa-bisa bawa penyakit!” ucap Azura.

“Gue mainnya pake kondom,” ucap Jefian.

“Enggak peduli, setuju atau enggak ya lo sendiri yang rugi.” Azura keukeh.

Jefian mendelik malas dan kemudian mengambil ponselnya. Ia mengirimkan pesan singkat yang berisi memutuskan semua pacarnya. Ia mengirimkan pesan itu dengan pesan siaran hingga semua pacarnya mendapatkan pesan itu. Ia tunjukkan pesan itu kepada Azura dan langsung dimatikan dayanya oleh Azura.

“Oke. Udah, ’kan? Sekarang, tepatin!” ucap Jefian.

Azura mendorong pintu kamar Jefian dan Jefian langsung menyerobot masuk. Ia kunci pintu kamarnya dan langsung menyeret Azura ke atas kasur. Azura yang diserang begitu saja tentu saja kaget, tapi begitu melihat betapa bernapsunya si Jefian, ia langsung melepaskan resleting celana Jefian ketika Jefian mulai melepaskan atasannya sendiri.

“Eummmphhhhh ...” Begitu hanya tertinggal celana dalamnya saja, Jefian langsung mencumbu bibir Azura hingga menindih gadis itu di atas kasurnya. Azura sendiri hanya mengarahkan tangannya ke rambut Jefian dan meremas rambut pemuda itu. Tangan Jefian sesekali membuka kancing baju Azura hingga terbuka dan menampakkan bra hitam yang dipakai Azura.

FRIENDS WITH BENEFITS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang