Mengingat jika dirinya lupa mengapeli Heni lelaki itu uring-uringan diatas kasur, gara-gara semalam motor yang baru selesai balik dari bengkel sudah dibawa lari oleh kang gembel Adnan. dia membawa motor Haikal untuk mengapeli Eka pacar ke sepuluh Adnan.
Itu kata Haikal dan Rafa karena mereka berdua setiap mergokin Adnan membawa perempuan, mereka berdua selalu mencatatnya dibuku khusus DPDSJ yaitu DAFTAR PACAR DAN SIMPENAN JAFINDRA dan pastinya ide itu dimulai dari Haikal yang berawal cuma iseng dan kini malah keterusan.
Pacar Adnan yang sebenarnya dan yang Haikal tau adalah Rahayu karena Rahayu pernah mengirimi dia pesan untuk menanyakan Adnan dan saat ditanya kembali siapa dia. Rahayu membalas jika dirinya adalah pacar Adnan, sebebarbya dia belum tau seperti apa wajah Rahayu karena dia belum pernah melihatnya. jika Rahayu tau Adnan sering gunta ganti pacar bagaimana reaksinya itulah yang Haikal amat sangat penasaran.
Haikal menggulung tubuhnya diselimut dia merasa heran mengapa setiap dia uring-uringan dan galau hujan selalu saja turun padahal ini bulan Desember. Namanya juga bulan Desember. "Hujan gue tau lo ngertiin gue, tapi bisa nggak sehari aja cerah gitu. gue gedek banget kalo tiap hari harus ngelap si Heyang yang udah mirip traktor bajak sawah dan risih kalo sandal gue basah mulu."
"Ditambah... sumpah hari ini gue juga gedek banget sama Adnan!!!"
"Woy!! brisik monyet suara lu udah mirip kayak gledek." Haikal bangkit dari rebahanya dan mendapati Adnan yang baru kembali dari kamar mandi terlihat ada handuk dibahunya seperti tukang becak, "terserah gue. kalo lo nggak suka nggak usah dengerin suara emas gue."
Haikal merebahkan kembali tubuhnya. Namun, seketika dirinya ingin mencabik-cabik Adnan saat bocah itu dengan seenaknya melempar handuk anyep tepat didepan wajahnya.
"Bang Naka, tolong bawain golok!!"
Benar-benar Si Haikal selalu saja membuat rumah rameh dengan teriakannya hal yang tak terduganya adalah kedatangan Bang Naka yang benar saja membawa golok, membuat Adnan terkesiap menempel dipintu kamar Haikal kala melihat golok yang baru saja diasah dua minggu lalu. "Nih, Buat apa emangnya?" Haikal menunjukan senyumnya bukanya menjawab anak itu malah tersenyum sembari menunjuk nunjuk Adnan.
"Mau belah titit Adnan jadi dua bagian." Ucapnya menunjukan dua jari.
Bang Naka sontak menganga tak percaya ternyata dia dikerjani oleh adiknya yang tengah adu mekanik, "Heh nggak boleh, ntar Anan nggak bisa pipis." saut Ibu yang tak sengaja lewat depan kamar dan mendengar ucapan Haikal, Ibu lantas ikut masuk dan mengambil alih golok dari tangan Bang Naka.
"jangan main benda tajam kalo berantem. kalo adu mulut silahkan aja sampai mulut kalian ngeluarin busa atau sampai akhir pekan pun nggak masalah kalo kalian mau." Semuanya diam saat Ibu berucap Ibupun pergi untuk mengembalikan golok ketempatnya.
"Abang sih ngapain bawa-bawa golok."
"Lah kan kamu yang minta."
"Ini semua salah Bang Anan."
Adnan lagi Adnan lagi lelaki itu selalu saja kena diakhir, "Abang, ponselnya bunyi." Ketiga laki-laki itu menoleh secara bersamaan kala suara Rafa memanggil dari ruang tengah membuat mereka bertiga berlarian dan saling adu cepat. Padahal mereka tidak tau yang Rafa panggil itu siapa. Suara rusuh membuat Rafa heran ketika melihat ketiga Abangnya saling mendahului turun dari tangga.
"Mana?"
Mereka bertiga mengulurkan tanganya dengan senyum penuh harap dan mengatur nafas, Rafa mengerutkan dahinya tidak mengerti apa yang mereka bertiga maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Haikal
General FictionRumah singgah pun kalau tidak dijagai dengan baik dia akan runtuh, rumah singgah memang memberikan banyak kebahagiaan. Meskipun pada akhirnya kebahagiaan itu akan hilang. _Haikal Alfahri