26: Jus jambu tanpa modal

66 9 0
                                    

Sebenernya sebuah hubungan itu ibarat sebuah skripsi kalo kata haikal karena apa? Karena dia harus selalu memikirkanya. Kalian coba lihat seorang pemuda yang mengenakan baju putih berbalut hoodie abu-abu itu, dia tengah duduk dibawah rindangnya pohon meneduh bersembunyi dari cahaya mentari siang. ditanganya telah menggegam sebuah ponsel bercasing warnah merah dia baru membelinya semalam, lebih tepatnya hadiah dari Heni. entah mengapa tiba tiba saja perempuan itu memberikannya hadiah untuk pertama kalinya setelah sekian lama mereka menjalin hubungan.

Karena kebanyakan Haikal yang lebih sering memberikan sesuatu pada Heni ya meskipun hanya hal kecil dan sederhana saja.

"Mau sampe kapan lu disini?" Suara Jay mampu membuatnya menoleh ke samping dan mendapati bocah yang sudah menenteng tasnya dipundak berniat beranjak pergi ke kantin.

"Sampe gue bener-bener bisa yakinin hati gue kalo Heni nggak bener-bener cinta sama gue, jay." Ucapnya diakhiri helaan nafas lalu terkekeh kecil sembari menatap keatas langit, "kal, buka mata lo kalo heni itu cuman bikin lo sakit. Gue sebagai temen lo nggak terima ngeliat lo cuman dijadiin badut sama cewek lo." Haikal tersenyum dan bangkit dia menepuk bahu Jay lalu melangkah pergi. Haikal mencoba menerima ucapan temennya kali ini pikiranya mencoba menelaah apa yang Jay ucapkan karena sepertinya hatinya juga sudah benar benar lelah.

Dia akan memikirkan semuanya dengan baik agar tidak ada penyesalan diakhirnya dia mana dia akan ikhlas dengan sebuah pilihannya.

Jay dan Haikal berpisah karena haikal akan menemui dosen untuk masalah skripsinya yang bulan kemaren sidang, "Kal." Anak bekaos hitam itu menoleh ke belakang dan mendapati Anya saraswati perempuan itu berlari kecil ditangannya memegang sebuah plastik berisi jus jambu, "nih buat lo." Tiba tiba sekali tanpa hujan dan angin perempuan itu memberikan jus padanya, "ngapa lu ngasih kek gua? Lo tau gua gak suka jus jambu nyet."

"Nyet, nyet. Anya gua anya."

"Ya, maksunya, nya. Lo tau kan?" Anya membenarkan tali tasnya lalu menarik tangan Haikal untuk menerima plastinya, "gua salah beli jus, Mampus gak tuh." Perempuan itu menepuk jidatnya setelah berahasil memindahkan jusnya ditangan Haikal, "nape sih lu?"

"Kan gua disuruh bu nindi beli jus, nah gua salah beli karena gua lupa beliau mintanya jus apa nah terbitlah jus jambu di otak gus padahal aslinya tadi pas gua tanyaiin balik bu nindi minta jus alpukat, bjir gak tuh." Crocosnya Haikal hanya manggut manggut saja sdsekali berdecak, "ya udahlah kal, lo terima. gua mau balik beli jus lagi terserah tuh jus mau lu minum lo buang lo kasih ayam juga terserah." Anya kembali berlari kecil meninggalkan Haikal dengan jus jambu itu.

"Nya tapi Any, woy yah betina." Anya tak mendengar teriakan Haikal karena perempuan itu sudah terburu buru untuk segera mengganti jus milik buk nindi.

"Gua apain jus nie ya kampret si anya, ohh depan ada ruang seni." Haikal tersenyum lalu kembali melangkahkan kakinya.

****

"Hai cantik."

"Ekal, kok kesini nggak ngasih tau." Heni meletakan kuasnya ditempatnya lalu berbalik menghadap laki laki itu, "kamu pasti haus karena nggak ketemu aku, ditambah pasti capek sama revisi skripsi juga jadi..." Haikal menjeda kalimatnya dan menunjukan jus jambu dari balik tubuhnya, "jadi aku bawain ini." Heni melihat haikal yang sudah menunjukan jus jambu dihadapannya terlihat gurat sumringah tergambar jelas tanpa dibuat-buat seperti dulu lagi.

"Niat amat kamu." Haikal menggeret kursih milik rosa yang kini orangnya tengah ke toilet, "apa sih yang nggak bisa buat heyang." Haikal menautkan anak rambut milik kekasihnya itu tak hanya menautkan anak rambutnya Haikal bahkan mengambil gelang rambut yang ada ditangan Heni membuat sang pemilik kebingungan, "mau ngapain?"

Haikal diam tak menggubris dia memutar kursih milik heni membelakanginya dengan asal pemuda itu mengikat rambut kekasihnya, "biar tambah cantik, sayang rambutnya kalo kena cat, hum." Heni terdiam dia berpikir kalo haikal memanglah laki laki yang tulus sederhana yang pernah ia temui, mungkin sejak awal dirinya memang tak pernah sungguh-sungguh menaruh perasaan pada laki laki didekatnya ini, entah sejauh mana dia telah merobek-robek hatinya dengan sikapnya yang tak menghargai setiap usaha yang Haikal berikan padanya.

Terkadang Heni sendiripun masih labil kadang dia berniat sungguh-sungguh dengan Haikal namun adakala masalalunya kembali dan seolah-oleh menghantuinya agar membuatnya tidak pernah lepas dari ikatan lama. Cinta pertama memang tak ada yang pernah bisa menggantikannya, tapi bagi Heni dia ingin membuktikan bahwa dia bisa lepas dari hubungan lamanya dengan Jidan yang masih terjalin tanpa sepengetahuan Haikal.

"Kal, kamu beneran nggak bakal ninggalin aku kan?" Setelah selesai mengikat rambut Heni Haikal kembali menatap wajah Heni yang tengah bertanya dengan sorot mata yang menuntuk akan sebuah jawaban.

"Ngomong apa sih, nggak kok nggak akan sayang ku." Haikal mengacak rambut Heni yang semula tertata rapih kini acak-acakan karena bocah laki laki itu mengacak-acak rambutnya.

"Udh minun dulu."

"Mau dengerin kamu nyanyi boleh?" Haikal menoleh spontan merasa aneh dengan perempuan disampingnya yang tiba-tiba minta dinyanyiin, "tumben, kangen ya?" Haikal menyelipkan tawa disela pertanyaanya membuat perempuan itu memukul bahunya sepontan, "buru, ya udah pundung." Haikal mengacak rambutnya dia mengambil gitar yang entah milik siapa yang tertinggal diatas meja.

"Woy minjem ya permaisuri gua mau dengerin gua nyanyi nieh." Entah bocah itu mengatakanya pada siapa yang terpenting dia sudah bilang, Heni menggeleng dengan kelakuan kekasihnya, Haikal kembali ketempat semula dengan sebuah gitar.

"Lagu apa ya yang enak... oh ini aja."

~tapi mengapa hatimu berubah kau yang berjanji ku yang terluka masih ku ingat kata setia kau bilang takan buat ku kecewa namun kini kau menghilang tanpa rasa bersalah

Hadir mu hanya menambah luka baru saat hati ku tlah percaya cinta ini kan selamanya tapi mengapa hati mu berubah kau yg berjanji ku yang terluka~

Dua insan itu terhanyut dalam pikiranya masing-masing menikmati setiap irama lagu yang beralun merdu mengisi ruang seni ini.

"Kal, kamu setulus ini sama aku tapi aku malah hancurin perasaan kamu kal." Heni menatap wajah Haikal yang tengah terpejam menikmati lagu yang dirinya nyanyikan, "Bahagia itu sederhana, lu dideket gua pun rasanya udah lebih dari cukup hen." Haikal sekilas menyunggingkan senyum tanpa dirinya sadari, "perasaan itu memang ada namun cintanya yang nggak ada, ibarat minum kopi tanpa gula rasanya pahit, hubungan dibuat karena dua orang saling mencintai tapi tidak berlaku untuk orang yang mencintai satu hati tapi hati lainnya hanya mencintai orang lain."

See youu bayy

Masih adakah yang nunggu? Oke selamat malam jaga kesehatan baik² ya orang baik.

perasaan akan tentang mu memang akan selalu membekas namun ingatan akan dirimu perlahan memudar seiring berjalannya waktu.
_raa

Diary HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang