22: Untuk kamu

91 13 1
                                    

"Hidup itu sekali, mati juga sekali jadi perbanyak-banyak perbaiki diri. Punya rencana atau tidak punya rencana terobos aja yang penting badan sehat, umur panjang biar bisa kerja nampung hidup. yang penting kita harus punya pendirian tidak mungkin kita hidup harus selalu ikut kata orang. Contohnya, Ayah meskipun suka sana sini tapi pendirian Ayah satu yaitu nikahin ibu kalian. Intinya hidup itu harus punya pendirian harus punya rencana, ya anak-anak Alfahri. Ini pesen buat kalian, Bang Naka jagain adek-adeknya, kasih tau kalau salah kasih tau dengan cara yang baik jangan ngomel-ngomel sambil kayang, ya. jagain ibu juga, Bang Anan jangan main tarik kolor Haikal aja kalo mau bangun dari duduk entar kolornya Haikal melar loh entar Ayah sama Ibu yang repot karena pastinya Haikal minta dibeliin kolor baru lagi atau kalau nggak dia bakal ngerampas kolor punya kamu, kamu taukan kalau Haikal itu anaknya mirip ibu-ibu yang kalah arisan dan dia pasti bakal ngomelin kamu mirip kayak waktu ngomelin Rafa karena perkara sarung. Buat Bungsunya Ayah sehat-sehat ya dengerin kata abang-abangnya jangan sering makan mie bila perlu pantangin karena nggak baik. Buat ibu yang ayah cintai dan sayangi makasih udah jadi istri dan ibu buat anak-anak kita. Buat anak tengahnya Ayah, perjuangin kalo malpu tinggalin kalo tidak sanggup tapi ayah percaya kalo Abang kuat, abang bisa ngelakuin semuanya, semangat buat skripsi jangan males biar ntar lulus cepet dapet kerja kaya bang Naka, oke. Sepertinya Ayah cuma segitu aja nulisnya soalnya asam urat ayah kambuh gara-gara makan emping kemaren."

Ibu mengusap air matanya dan berusaha menyembunyikan sedihnya saat membaca surat yang Ibu temuin dilemari saat beresin baju-bajunya. Naka yang melihat Ibu menangispun mendadak melipir kearah kamar lalu duduk didekat ibu, "surat dari Ayah?" Ibu menoleh lalu mengangguk Naka mengambilnya dan membaca semuanya, entah perasaan apa yang dia rasakan seusai membaca surat itu.

"nggak nyangka udah hampir 2 tahun Ayah ninggalin kita, Naka berharap Ayah selalu bahagia." Ibu merangkul bahu kokoh anak sulungnya dan menepuk bahunya beberapa kali.

Kini laki-laki itu berperan sebagai tulang punggung sekaligus pengganti Ayah, meskipun dia takan bisa seperti Ayah yang hebat dalam segala hal dan patut menjadi idola bagi anak-anaknya. Terkadang tugas menjadi anak sulung itu terkesan enak tapi nyatanya anak sulung itu tidak boleh ada kata mengeluh karena anak sulung harus selalu tersenyum untuk mengemban tanggung jawabnya.

"Woy Adnan gue udah nemuin nih kolor hello kitty lo!! Jadi lo nggak punya hak buat nyeruduk gue!" Teriak Haikal melewati kamar Ibu namun berhenti saat matanya tak sengaja melirik kamar Ibu dan mendapati Naka juga Ibu yang saling diam menatap secarik surat. Anak itu urung memberikan kolor milik adnan yang dia kewer-kewer lalu berjalan masuk, "kenapa?"

Belum ada jawaban Haikal melirik kearah kertas ditangan Naka, belum juga dia baca, suratnya sudah diambil oleh Adnan yang entah kapan datangnya Haikal merengut dengan tingkah Adnan, "yah kolor Haikal mlorot."

Pukh

Haikal memukul leher Adnan kala anak itu tak melihat situasi Adnan pun mendadak terdiam dia melirik kearah Ibu dan Naka yang sudah melihat kearahnya Adnan langsung menutup wajahnya dengan kertas itu. Mrmang anak Alfahri yang akhlaknya bener cuma Naka sementara yang lainya ketinggalan pas pembagian Akhlak makanya minus semua. Adnan membaca kembali surat itu dan mencoba memahami apa isi didalamnya dimana ada pesan-pesan
dari ayah untuk mereka.

Kepergian beliau memang sempat memudarkan cahaya pelita dirumah ini, Namun mereka selalu ingat untuk tak menangisi sesuatu yang sudah hilang ataupun pergi karena hal itu tidak baik. Ibarat sebuah air dimusim kemarau kita tidak boleh berlebihan membuang-buang air atau lebih tepatnya kita tidak boleh berlarut dalam kesedihan dan tidak boleh terlalu banyak membuang air mata karena pada akhirnya sesuatu yang Tuhan ambil suatu saat nanti Tuhan pasti akan mempertemukanya kembali.

"Hai everyone." Mereka menoleh kearah pintu dimana sosok Rafa sudah berdiri dengan senyum manis, bukan senyuman manis Rafa yang menarik perhatian Haikal tapi isi saku celananya yang sudah menggembul entah sebenarnya anak itu mengantongi apa, "saku lo mentul amat Raf, lo ngantongin apaan?" Tanya Haikal beranjak mengintrogasi si bungsu, "tadi pulang main gue nyolong jambu si santi yang mendoyot pinggir jalan. Abisnya tiap gue pulang sholat dari masjid suka ngejedot tuh jambu ya udah tadi gue ambil aja."

"Rafa emangnya udah izin?" Tanya Ibu, Rafa bergantian menatap Ibu lalu Haikal yang sudah berkacak pinggang didepannya, "udah, Rafa udah teriak minta izin tapi rumahnya sepi tapi Rafa udah izin kok." Haikal mengernyit penasaran jika sepi lantas siapa yang mengizinkan Rafa, "kek gimana lo izinnya kalo rumah itu sepi emang ada yang jawab?"

"Kek gini, Santi gue minta jambunya ya? Terus 'ambil aja' udah kek gitu?" Haikal masih rada kurang percaya karena setaunya santi itu emaknya pelit banget ada yang megang jambunya aja udah diteriakin sambil ancang-ancang pake sapu ijuknya, lah ini bagaimana bisa Rafa semudah itu mendapatkan jambunya, "gue tanya lagi yang jawab 'ambil aja' nya siapa?" Tanya Haikal memasang muka songong minta ditabok, "Gue sendiri yang jawab, kan udah dibilangin kalo rumahnya sepi."

"Itu namanya nyolong Rapa pahrenza anaknya bapak Pahri!!" Ucap Adnan dan Haikal bersamaan pasalnya mereka juga merasa heran kok buk Inah bisa bisanya boleh jambunya diminta sama orang begitu aja sebelum dilempar dulu sama sapu lidinya, Ibu dan Naka menggeleng melihat tinggkah Rafa dan kedua Abangnya itu. "Buk Rafa salah yah?" Ibu tersenyum lalu bangun dan menghampiri anak bungsunya Ibu mengelus surai hitam anak bungsunya itu.

"Jelas salah dong, tapi ya udah mosok mau dilem ning genahe maning, wong jambune wes dijukut toh piye." Seketika bahasa Jawa ibu keluar meskipun begitu mereka mengerti apa yang Ibu katakan, karena emang aslinya Ibu orang jawa dan nikah sama Ayah yang asli Ibu kota, "sek, aku juga tadi habis diusir sama tukang bakso." Ucap Haikal duduk didekat Naka sambil sandaran dilengan Naka, "lo jelek kali makanya tukang baksonya nolak." Adnan mendapat lemparan bantal dari Haikal Alfahri, "gue ganteng mirip Haechan nct gini lo kata Jelek mata lo harus diperiksa ke dokter kandungan."

"Udah lanjut jadi alasan lo bisa diusir sama tukang bakso gimana ceritanya?" Tanya Naka merelai peperangan yang mungkin tidak terduga akan terjadi, "jadi gini, mang beli bakso?"

"terus, terus." Pinta Naka yang mulai serius menanggapi cerita Haikal bahkan Rafa dan Ibupun sudah duduk dikasur berdempetan dengan Naka dan Haikal sementara Adnan duduk dikursih depan meja rias.

"Ditanya lagi kan, 'berapa mangkok mas?' Gue jawab dong, 'saya beli bakso mas bukan beli mangkoknya' si mang bakso jawab lagi, 'iya berapa mangkok mas?' Gue kesel dong orang dibilang gue bukan beli mangkok gue cuma mau beli baksonya, 'mas saya beli baksonya bukan mangkoknya dibilangin juga' ,eh si mamang baksonya marah sambil bilang gini, 'mas mending pergi sendiri atau saya siram dulu pake kuah baksonya' gue bertanya-tanya emang letak kesalah gue dimana coba?"

"Lonya yang salah amang bakso bilang lo mau pesen baksonya berapa mangkok, gue tekankan kalo lo beli mangkoknya...eh baksonya maksudnya, lo beli baksonya mau berapa mangkok, satu kah? Dua kah? gito marpuah!!" Sungut Naka yang rasanya sudah ingin menendang adeknya jauh jauh dari muka bumi ini.

Sementara Haikal sudah ampun ampunan karena tengah dipiting diketiak Adnan yang kebetulan belum mandi dan Ibu juga Rafa hanya menyimak dengan menggeleng kepala, "gue mendingan mabok setela jeruk dari pada mabok bau ketek Adnanda jafindra yang baunya mirip bunga bangkai." Rengek Haikal saat sudah lepas dari ancaman ketek Adnan yang baginya adalah racun dunia.

...
See yiu babay

"Kal nikah yuk?"

"Strobery mangga apel sorry nggak lepel." Jawab Haikal dengan menggoyangkan pinggul bahenolnya.

Maaf ya temen-temen aku trobos aja nggak pake jeda-jedaan soalnya aku sibuk banget jadi sekalian aja udah gitu. Maaf ya😌 dapet cinta dari Rapa nih💚

Diary HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang