"Abang tau nggak, Bang Haikal kayak gini kenapa?" Adnan menggeleng kala melihat Haikal dan Bang Naka menuruni tangga, "dia pasti habis dicekokin tomat sama tuh kuyang."
Haikal melempari Rafa dengan tatapan tajam dan dibalasi tajam pula oleh bocah itu sepertinya Rafa sudah sangat kesal dengan balasan yang Heni berikan untuk kakaknya. tidak bisakah dia baik hati sedikit setelah apa yang Haikal lakukan untuknya. Tidak bisakah dia mengerti akan keadaan Haikal yang selalu saja tersakiti oleh perlakuannya.
"Dikira apaan dicekokin, dek. Tapi bener sih mending lo udahan aja sama Heni gue kasihan sama lo yang selalu nelangsa mulu." Haikal sudah bergelayut dilengan Bang Naka lalu menunjuk mulut Adnan untuk tidak mengatakan hal itu lagi.
"nggak usah ganggu hubungan gue mending urusin aja tuh hubungan lo sama keduabelas cewek lo tuh." Ucap Haikal julid.
Adnan sudah mengancang ingin membogem mulut Haikal itu. karena apa yang bocah itu katakan tidaklah benar adanya, mana mungkin dia mempunyai kekasih sebanyak itu. Dalam urusan bertahan mungkin Adnan patut mengacungi jempol pada Haikal, tapi untuk urusan bergunta-ganti pacar tidak ada yang bisa menandinginya. Sebegitu bangganya Adnan dengan dirinya sendiri.
Ibu hanya menggeleng menghadapi kelakuan anak-anaknya yang semakin hari semakin ada aja keributan, Haikal kini mau ke dokter karena suruhan Ibu yang mengancam akan menangis jika Haikal tidak mau.
"Kayaknya Bang Anan betah banget gunta-ganti pacar. Nggak kasihan sama cewek yang udah Abang sakitin berkali-kali?" Tanya Rafa diangguki setuju oleh Haikal yang masih bergelayut dilengan Bang Naka padahal dirinya sudah tidak tahan karena rasa dingin yang menusuk.
"Bukan nyakitin, Fa. justru dengan begitu abang bisa tau tempat mana yang benar-benar cocok dan nyaman untuk abang berlabuh. ibarat sebuah kapal laut yang berlayar dan terombang-ambing badai pastinya nahkoda akan mencari tempat aman dan nyaman untuk melabuhkan kapalnya agar orang-orang didalamnya juga bisa aman." Crocos Adnan.
"Udahkan?" Semuanya menoleh kearah Haikal yang sudah lesu, "Iya udah. kita naik motor Anan aja yah. Mobil Abang belum jadi soalnya." Karena seminggu yang lalu mobil Bang Naka habis ditabrakin kepohon sama Adnan gegara Adnan yang mau belajar mobil. Jadi mobilnya lagi berdua sama Heyangnya si Haikal dibengkel.
"ntar dulu, maksudnya kita gebet tiga gitu?" Tanya Adnan menunjukan empat jemarinya dan diturunin satu sama Rafa, "tiga bang bukan empat. Soalnya Rafa nggak ikut." Adnan mengangguk mengiyakan soalnya dia anti sama yang namanya gebet tiga soalnya takut dikatain cabe-cabean.
"Dahlah biasa gebet tiga juga lu."
"Udah buruan ntar keburu tutup kliniknya." Bang Naka yang sedari tadi sudah kena puyer tujuh karena mereka akhirnya merelai.
****
Dipimpin Bang Naka mereka telah sampai didepan kelinik Dokter Nurul setelah tadi nyasar ke tempat klinik Bidan Nurul dan itu arahan dari Adnan, dikira adeknya mau periksa kandungan. Sudah gebet tiga bawa motornya ugal-ugalan, sudah mah hampir nyerempet bokong orang. Mereka heboh dibuatnya sesekali disuguhi suara Adnan yang sudah misuh-misuh akibat bonceng tiga dan berakhir dia duduknya paling ujung.
"turun."
Adnan turun terlebih dulu karena posisinya paling belakang, dia kesal karena hampir kejengkang karena Bang Naka membawa motornya kurang pro ada polisi tidur ngerem mendadak ada ayam lewat tancap gas. hal itu jelas membuat Adnan muak dan kesal bayangkan saja betapa bahayanya orang yang duduk paling ujung antara nyium kepala bulat Haikal atau kepalanya nyium aspal.
"Lu kalo nggak ikhlas nggak usah ngikut." Ketus Haikal berjalan menyusul Bang Naka, "ya lo ngomong gitu karena lo ditengah. coba lo yang dibelakang udah kejedag duluan lo." Semua orang yang mengantri menoleh kearah mereka bertiga membuat mereka saling melirik satu sama lain. Lalu meminta maaf karena telah membuat kebisingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Haikal
Ficção GeralRumah singgah pun kalau tidak dijagai dengan baik dia akan runtuh, rumah singgah memang memberikan banyak kebahagiaan. Meskipun pada akhirnya kebahagiaan itu akan hilang. _Haikal Alfahri