Motor Haikal berakhir masuk bengkel dikarenakan akinya rusak, seusai menaroh motor dibengkel terdekat mereka pulang kerumah berjalan kaki, "Pak bahrul, Vananya buat Rafa aja ya?!" Teriak Haikal kala melihat Pak bahrul tengah menyiuli burung beo kesayanganya didepan rumah dengan penampilan khas bapak-bapak yang hanya menggunakan kaos dalam berwarna putih berpadu dengan sarung yang sudah melekat diperut buncitnya.
"Kagak ada, vana masih kecil belum boleh pacaran. Punya uang berapa kamu mau macarin anak saya, huh?" Rafa menggeplak bahu Haikal bisa-bisanya dia mengatakan itu. Haikal tergelak sambil lari menghindari pukulan Rafa "Abang, ngapain bilang-bilang gitu."
"Ayo kejar, Fa. Jiwa mageran kayak kamu mana bisa ngejar."
"Awas ya bang the reall karma!!"
Haikal tak memperdulikan Rafa dia terus berjalan menghadap Rafa tanpa melihat didepanya ada genangan air.
Byurr
Bener apa yang Rafa bilang kalau karma itu cepat datangnya. Haikal mengusap wajahnya yang terkena cipratan air hal itu disebabkan oleh pemotor yang melintasi genangan air yang ada disampingnya. Rafa bersorak kegirangan melihat wajah Haikal yang mirip kain basah. Udah lecek bau basah pula.
"Kan apa aku bilang kalau karma itu ada." Haikal mencak mencak kesal. Beruntung dia tidak menginjak genangan air kotor yang dibelakangnya kalau jadi. Entah apa yang Ibu pikirkan nanti.
"Udah mirip kain pel muka gue." Ucap Haikal dengan raut wajah masamnya.
Dalam hati Rafa berbisik senang, 'baru nyadar kalo dia sebelas duabelas sama kain pel yang tinggal gusrut' .Rafa emang tidak ada takut takutnya sama Haikal belum saja dia dipiting Haikal diketiaknya dan disuruh merasakan aroma bau semerbak wangi. Seperti kala itu dia pernah merusak sarung kesayangan Haikal selain mengomel 24 menit haikal juga memiting kepalanya. Bener-bener Abang kurang asem sama adeknya.
Tapi meskipun begitu Rafa paling dekat dengan Haikal bukan berarti dia tidak dekat dengan Bang Naka, dan Adnan. Selain karena hobi ribut ternyata mereka juga memiliki golongan darah yang sama.
Meskipun Rafa selalu mengeluh dengan tingkah Haikal yang menyebalkan selalu mengganggunya, mengerjainya tapi Haikal selalu berusaha melakukan hal yang terbaik untuknya dan selalu bersikap dewasa diwaktu tertentu.
Bahkan Pendengar yang baik baginya meskipun masih ada Bang Naka yang lebih dewasa dari Haikal tapi entah mengapa Rafa lebih memilih Haikal karena baginya bahasa yang Haikal berikan lebih mudah baginya.
"Abang makasih yah."
*****
Gubrakk
Tenyata oh ternyata nasib sialnya belum berakhir meskipun udah sore, Haikal yang bangkit dari duduknya setelah merenungi menatap semut yang berlalu lalang didepannya memanjati rumput justru mendapatpan tanparan oleh jendela yang dibuka tanpa permisi lagi. Sang pelaku menyembulkan kepalanya kala mendengar suara jendela yang menabrak sesuatu.
"Kal, awas kena." Peringat Naka, Haikal memastikan penglihatanya takut mendadak picek menggeleng-gelengkan kepala berusaha menyingkirkan burung yang berterbangan dikepalanya. "Udah kena Nayaka Asyahri!!" Teriak Haikal setelahnya.
"Bang Naka pulang!!"
Sorak gembira tercipta kala Rafa datang dari warung ditanganya penuh dengan bumbu dapur yang Ibu pesankan. Bocah itu berlari kegirangan kala melihat Naka dijendela bersama Haikal dengan jidat yang sudah memerah.
"Hai sayangku." Balas Naka melayangkan flaying kiss. Rafa masuk kedalam rumah sebelum menemui Naka dia memberikan belanjaan yang Ibu pesan barusan, "Ibu sengaja yah nyuruh Rafa ke warung biar nggak tau kalo Bang Naka pulang?" Rafa sedikit dibuat merajuk pasalnya Rafa tidak diberitahu apapun kalu Naka akan pulang Hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Haikal
Ficção GeralRumah singgah pun kalau tidak dijagai dengan baik dia akan runtuh, rumah singgah memang memberikan banyak kebahagiaan. Meskipun pada akhirnya kebahagiaan itu akan hilang. _Haikal Alfahri