Malam ini serasa berbeda dari malam yang lainnya perempuan itu menangkupkan wajahnya dibantal bersarung pink, mencoba mengerti tentang isi pikiranya kali ini. Entah kenapa setiap kali dia jalan dengan Jidan pasti terbesit wajah Haikal yang tengah tertawa, tawa yang sering membuatnya candu bahkan membuat siapapun tak tega menghentikan tawa candunya. Bahkan setiap dia mendengar Haikal tertawa karena hal sederhana dia tak berani untuk menegurnya atau menghentikan tawanya itu.Tapi di ingat kembali bagaimana dirinya bisa menyakiti laki-laki itu bagaimana bisa dia tega menyakiti hatinya yang bahkan begitu tulus mencintai dirinya, Heni menenggelamkan wajahnya dibantal untuk menyembunyikan tangisnya namun bukti tak bisa hilang karena bantalnya sudah berubah basah.
"Oon ya gue. Nyakitin hati yang tulus demi hati yang telah memperlakukan gue dengan begitu jahatnya."
Awalnya Heni menerima Haikal hanya sebagai pelarianya saja. memang dia mencintai Haikal tapi belum sepenuhnya tapi Heni terlalu sibuk mengejar cinta Jidan memberi laki-laki itu kesempatan dengan embel-embel akan merubah sikap kasarnya. sampai-sampai dia membiarkan hati yang tulus mencintainya terluka begitu saja tanpa tau kesalahan apa yang telah dia perbuat dan dimana letak kesalahnya.
"Kal, Maafin aku." Heni meratapi perlakuaanya selama ini dia menyembunyikan hubungannya dengan Jidan selama satu tahun ini, Heni tak berani untuk bercerita siapa jidan dan Heni tau akhir-akhir ini mengapa banyak desas-desus dikampus yang tengah membicarakan dirinya dan Jidan, bahkan mungkin Haikal telah mengetahuinya dan Mungkin Haikal tengah bertanya-tanya kenapa dan ada apa?
Suara tangisan itu mampu didengar oleh Mahen yang tak sengaja lewat depan kamar adiknya saat dia hendak ke dapur. Mahen memundurkan langkahnya mendekatkan telinganya dipintu, mencoba mendengar lebih jelas apa yang tengah terjadi dikamar adiknya. terakhir kali Mahen masuk kamar Heni ketika memperbaiki lampunya setelah itu tidak lagi karena anak itu selalu mengunci kamarnya seolah privasinya tak ingim diketahui dan diganggu.
"Hen."
Mahen mengetuk pintunya namun tak ada jawaban, diapun perlahan membuka pintu kamarnya dan melihat adiknya yang tengah menangis didepan ponselnya. Mahen melangkah masuk ke kamar Heni didalam kamarnya hanya ada beberapa alat lukis, lukisan beruang coklat dengan tanda tangan dibawahnya, lalu beberapa foto polaroid Heni dan satu foto polaroid Heni dengan orang yang cukup Mahen kenal yakni Jidan, Mahen melihat kearah Heni,
"lo ngedrakor apaan sampe bengkak gitu mata?" Tanya Mahen karena yang dia tau Heni selalu menangisi drakor yang tengah dia tongton diponselnya atau laptopnya.
"Abang, kenapa gue jahat banget bang."
Mahen yang tak mengerti apa mengernyit bingung dengan ucapan yang dilontarkan adik perempuan satu-satunya itu, "jahat kenapa sih? Gue nggak ngerti, coba lo jelasin kenapa?" Mahen duduk ditepi ranjang membuat perempuan itu merubah posisinya menjadi duduk sesekali mengelapi ingusnya yang beler, "Bang, gue udah selingkuhin Haikal." Bukanya mereda setelah mengatakanya Heni justru semakin keras menangis,
"maksud lo, lo nyelingkuhin Haikal? Udah berapa lama lo nyelingkuhin dia dan sama siapa?" Pertanyaan Mahen seolah menuntut penjelasan, karena pasalnya dirinya juga pernah menyelingkuhi Hanum kekasinya sendiri dan rasa sakitnya bukan di Anum saja tapi didirinya juga.
"gue balikan sama Jidan tanpa Haikal tau dan gue udah satu tahun ini jalan sama dia." terdengar helaan nafas yang Mahen buat dia tidak tau apa lagi yang akan dia katakan, "Hen, Haikal itu anak baik dia sayang sama lo tulus banget dan kalian udah 2 tahun jalan. Kenapa lo lakuin ini?" Mahen berusaha lembut bicara dengan Heni agar perempuan itu bisa leluasa menceritakan semuanya. Meskipun Heni tak pernah bercerita tentang masalahnya tapi mahen tau kalau adiknya tengah mempunyai masalah.
"Sebenarnya gue nggak suka sama haikal."
"kalo lo nggak suka sama haikal harusnya lo jangan terima dia, lebih baik kalo lo mau nyakitin dia mending kamu tolak biar sekalian sakitnya jangan kayak gini, cukup Abang yang pernah nyakitin perasaan oranglain tapi lo jangan , Hen."
Heni menyenderkan kepalanya dibahu Mahen dengan sigap laki-laki itu merangkul pundak adiknya, "gue harus gimana bang?" Suaranya begitu parau terdengar, Mahen mengusap jejak air mata Heni, "jalan yang terbaik adalah jujur, bilangin semuanya dengan baik-baik sebelum terlambat, Paham."
Heni mengangguk Mahen mengelus surai indah adik satu-satunya itu Mahen tau jika sebenarnya Heni balikan dengan Jidan Namun dia diam berpura-pura tidak tau dia kasihan jika sampai Haikal tau kalau adiknya telah mempermainkan perasaanya karena Mahen tau sesomplak-segesreknya Haikal dia adalah anak yang baik dan tulus.
*****
"Jayyyy!!!"
Jay yang merasa terpanggil menghenyikan motornya dan menoleh kebelakang dimana dia melihat Haikal tengah berlarian seperti dikejar rentenir karena tidak pernah bayar hutang. Haikal menetralkan nafasnya yang terengah engah disamping motor bebek Jay, "Lo habis kelilit hutang?"
"Maksud lo?"
"Ya habisnya lo lari larian mirip dikejar rentenir gara gara nunggak bayar hutang." Haikal menggeplak belakang helm Jay membuat sang pemilik mendengus kesal. Haikal duduk dijok motor Jay lalu memukul bahunya, "Jay go~~~" soraknya dengan tangan melambai diudara sementara Jay sudah misuh-misuh.
"lo pikir gue ini sepinya uncle muthu, gila lu." Ketusnya menyalakan motornya untuk melanjutkan setengah perjalananya yang sedikit lagi sampai parkiran kampus, padahal jalan sedikit lagi aja nyampe tapi namanya Haikal dia itu males.
"Lo kenapa bisa lari-larian gitu?" Tanyanya melepas helm dan menautkanya dikaca sepion, "gue habis dikejar badak bertanduk tiga." Jay mengernyit dengan siapa yang Haikal maksud banteng bertanduk tiga itu, "dimana-mana badak tanduknya satu." Haikal melotot saat melihat Adnan berjalan cepat kearahnya, dia menelan ludah bulat bulat lalu turun dari motor jay untuk kabur, "Kal, mau kemana lo?!!"
"Dibelakang lo ada banteng tanduk tiga, gue duluan!!" Jay menoleh kebelakang dan mendapati Adnan yang berjalan cepat untuk mengejar Haikal, "beneran, kal. serem juga adnan kalo ngamuk." Lirih Jay menepi takut dia kena imbasnya Adnan menarik tas milik Haikal lalu memutarnya 90 derajat menghadap dirinya, "mau kemana lo?"
"Sumpah, beneran gue kagak tau dimana sempak hello kitty lo." Ucapanya menunjukan dua jarinya karena dipikir-pikir siapa juga yang mau memakai celana dalam bergambar hello kity. begini-begini juga Haikal masih normal dan waras meskipun dia juga sering pake kolor warna pink gambar beruang dan dia hanya memakainya saat dirumah saja, tolong garis bawahi.
"Bisa nggak lo jangan kenceng-kenceng ngomongnya?"
"ya gue nggak bakal kenceng kenceng ngomongnya kalo tangan lo nggak nyubit pinggul bahenol gue goblok." Geregetnya mencoba melepaskan tangan Adnan dari pinggangnya. Adnan pun melepaskan tanganya karena mereka berdua sudah menjadi bahan tontonan warga kampus yang berlalu lalang.
"Kalo sempak gue belum ketemu cemilan lo gue tuker sama wiskesnya Lusi, tuh sempak soalnya limited edition." Bisik Adnan melenggang pergi meninggalkan Haikal yang mengomatkamitkan mulutnya sembari mengelus pinggangnya yang memar karena cubitan maut Adnan.
"Kampret emang lo jadi abang."
...
See you the next partPliss perkara CD doang gegernya ampe kampus😭🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Haikal
General FictionRumah singgah pun kalau tidak dijagai dengan baik dia akan runtuh, rumah singgah memang memberikan banyak kebahagiaan. Meskipun pada akhirnya kebahagiaan itu akan hilang. _Haikal Alfahri