Nayaka Asahri anak pertama dikeluarga selain Adnan, Haikal dan Rafa. ibu masih punya anak cowok paling gede Yaitu Bang Naka, anak Ibu empat cowok semua padahal ibu berharapnya dikasih anak cewek satu tapi ternyata Tuhan ngehadirin Rafa sebagai anak bontot dengan perpaduan cantik dan ganteng dikeluarga mereka, tapi bagaimana lagi.. minta anak tidak seperti request kue princes. Ibu bersyukur sudah dikasih anak banyak yang tampan dan memiliki keistimewahanya masing-masing.Saat ini Naka tengah merantau dibanjar, untuk membantu menghidupi keluarganya untuk jajan adik-adiknya meskipun Ibu punya usaha sendiri, tapi Naka tetap harus menjalankan tugas seorang anak pertama yang harus menafkahi keluarga dikala seorang Ayah sudah tidak ada lagi. Jadi anak pertama itu tanggung jawabnya besar kalau dia tidak bisa apa-apa dia sendiri yang akan malu.
Haikal duduk dibalkon kamar menghirup udara malam yang basah akibat gerimis turun membuat bau ampo tercium dimalam hari, Namun bau itulah yang Haikal sukai selain parfum punya Rafa. Entah mengapa dia suka sekali memakai Parfum adeknya padahal dirinya punya varian parfum dari yang smooth sampai yang strong bahkan minyak nyongnyong pun ada minyak yang biasa digunakan saat acara hajatan atau juga minyak yang biasa digunakan untuk sesajen dimalam jum'at.
Pikirannya menerawang kembali dimasa lalu dimana dia masih SMP masa dimana Haikal lagi imut-imutnya, Menurutnya. tapi menurut Bang Naka saat itu Haikal tengah nakal-nakalnya. nakalnya Haikal bukan keluyuran malam seperti anak lainnya tapi nakalnya Haikal adalah jahil pada Naka, anak itu sering sekali membuat Naka naik darah.
sesabar-sabarnya Naka kalau sudah marah dia akan berubah 180° menjadi diam, Marahnya Naka bukan membentak atau memukul justru Naka lebih memilih mendiami.
"Selain kangen Ayah, gue juga kangen sama Abang, cepet pulang bang gue kangen. Kangen bikin abang darahnya naik satu." Haikal terkekeh mengingat kelakuannya saat Naka pulang kerumah. lelaki itu masuk dan merebahkan tubuhnya dikasur berbalut seprai bergambar momin.
seprai hadiah dari Haikal untuk Naka, dia membelinya dari uang tabungannya berhubung tabunganya cuma ada 100 ribu jadi Ibu menambahinya 50 ribu. Haikal membelinya sebagai hadiah ucapan selamat atas kelulusan Naka yang mendapatkan nilai terbaik dari 50 siswa dikelasnya.
Naka tidak tau mengapa Haikal memilih karakter moomin. Karena menurut Haikal, Naka itu mirip moomin karena lucu seperti tokoh kudanil gembrot itu. Bahkan Naka pun tak habis pikir dengan alasan yang diberikan oleh adeknya.
"Abang, balik ngerantau lagi. kamu jagain ibu yah, jagain Rafa juga jangan berantem mulu sama Rafa yang akur sama Adnan."
"Kalo sama Rafa kayaknya nggak bisa deh Bang mungkin sama Adnan bisa dibicarakan soalnya aku masih sayang leher. sementara Rafakan sebelas dua belas ngeselinnya sama kucing tetangga yang suka nyolong jemuran ikan asin punya Ibu." Rafa yang tak terima disamakan dengan kucing tetanggapun melempar Haikal dengan bantal sofa.
"Liat, yang ngeselin tuh Bang Haikal masa aku disamain sama kucing tetangga yang suka ngehamilin kresek, mana nggak mau tanggung jawab itu kucing." Rafa sering lupa kalau sendirinya punya kucing. Btw kresek itu kucing punya Arip dia dinamain kresek karena kalo ngeong itu ada bunyi kreseknya.
Haikal dan Naka tergelak, bukan apa-apa mereka tertawa karena komuk Rafa yang lucu saat marah, bukanya nyeremin jatuhnya ngegemesin. "Uch adeknya Abang, sini abang mau nyium." Haikal mendekat kearah Rafa mencoba untuk menyosor bak angsa. namun Rafa keburu keluar dari sana karena baginya ciuman Haikal lebih menyeramkan dari pada Marahnya Bang Naka.
"Abang deketin aku, cemilan dikamar abang yang disembunyiin dibawah kolong kasur aku ambil!!" Ancam Rafa berteriak karena Haikal mengejarnya dengan bibir dimanyun-manyunin bagi Rafa itu menjijikan.
"Aaa Ibu, Bang naka. Tolong Rafa, aku udah dilecehin sama Bang Haikal kampret!!"
Haikal tersenyum kala mengingat dirinya yang sering bertengkar dengan Rafa sampai-sampai harus membuat Naka pusing tujuh keliling. Tapi tidak dengan Adnan yang suka dengan keributan.
"Gue kangen bang."
Dia merebahkan tubuhnya dikasur karena untuk malam ini dia akan menginap dikamar Naka, untuk melepas rindu yang bersemayan dan bergulat dengan raganya yang berusaha menyembunyikan rapat-rapat rasa rindu itu.
****
Rafa keluar dengan malas dari kamarnya menghampiri meja makan, Ibu yang tengah memasak menoleh kearah bungsunya, "Rafa kenapa? Masih pagi kok murung?" bocah itu menghela nafas panjang lalu menggolerkan kepalanya dimeja, "Rafa kangen sama Ayah sama Bang Naka bu." Ibu terkesiap dia mendadak menghentikan aktifitasnya kala bungsunya bilang rindu pada Ayah dan Naka.
"Bang naka kan seminggu lalu baru telepon kok udah kangen lagi." Padahal sebenarnya Ibu juga kanget sama Naka hanya saja Ibu tidak mau menunjukannya, bukan hanya rindu pada Naka saja Ibu sebenarnya merindukan Ayah juga.
"Morning everyone."
"Morning malika."
"Kenapa bocah ini Buk?" Tunjuknya sembari mengambil jus dalem kulkas, "Kangen Bang naka sama Ayah."
Haikal tersenyum menghela nafas beberapa kali dia meletakan jusnya diatas meja lalu duduk disamping Rafa, "kangen itu wajar, kenapa sih kangen sama Bang Naka, emang sama Abang kamu nggak kangen? Besok juga Adnan pulang kan rameh nih rumah.""Nggak mau Abang rese suka ngentitin parfum Rafa. Bang Anan bosenin."
"Ya elah parfum murah 10 ribu doang diributin mana 30 ribu dapet tiga lagi." Rafa mendelik kesal jika tau itu murah mengapa dia masih saja memakai parfumnya.
"Kalo tau murah makanya Abang beli jangan pake punya ku terus!!"
Haikal menggaruk lehernya saat kalah telak berdebat dengan adiknya. Sementara Ibu melihat kearah Haikal yang berusaha membujuk adiknya supaya tidak murung lagi. sebenarnya Ibu tau kalau semalam Haikal menangis dikamar Naka sesekali mengatakan kalau ia kangen Ayah sama Naka. Tapi anak itu berusaha untuk tidak menunjukannya.
"Ya udah deh kalo kamu kangen banget sama Bang naka nanti malem Abang coba teleponin." Rafa mengangguk Haikal mengacak rambut Rafa lalu dia melanjutkan minum Jus yang sempat ia tunda.
*****
"Kal cita-cita kamu apa?"
"Cita-cita ku mendapatkan hati seorang Heni salsabila."
"Itu bukan cita-cita Haikal." Itulah pembuka obrolan disore hari dibawah pohon mangga, Naka dikursih sementara Haikal diayunan. "Emang perlu yah manusia punya cita-cita? Bukannya manusia hidup hanya untuk meninggal aja?" Memang benar yang dikatakan Haikal manusia hidup hanya untuk mati, sebenarnya entah dari mana perkataan itu ia dapat.
"Memang benar, tapi kita dikasih kesempatan sama Tuhan buat punya impian yang kita mau disisa umur yang masih panjang. Makanya kita jadi manusia jangan selalu nyia-nyiain nafas dan karunia yang diberi. Jangan egois jangan lupa bersyukur, jangan muluk-muluk."
"Emang abang punya cita-cita?"
"dulu cita-cita Abang mau jadi masinis kereta, tapi ternyata Tuhan ngasih Abang perkerjaan jadi asisten ketua perhotelan dibanjar."
"Aku belum tau cita-cita aku apa bang, dulu mau jadi dokter, SMP mau jadi tentara, SMA mau jadi pilot dan sekarang kuliah ngambil jurusan seni musik tapi sebenarnya mau jadi penulis." Haikal menggaruk kepalanya keblinger sendiri dengan hidupnya, "itu hidup kamu jadi itu pilihan kamu, milih yang bisa nanggung hidup kamu dimasa depan dan bisa bikin kamu senang saat ngejalanin tanpa adanya keterpaksaan."
"Kalau masalah hati?"
"Masalah hati aku bukan pawangnya, kal. kata Ibu kalo masalah cinta Ayah jagonya."
Haikal mengusap foto Ayahnya yang tersenyum disampingnya ada Ibu wanita yang sudah berumur lanjut namun masih awet muda hingga sekarang, 4 anak laki-laki. Itu Naka, Adnan, Haikal dan Rafa. Foto itu diambil saat mereka masih imut-imut. Naka benar-benar pengganti Ayah setelah kepergian Ayah keluh kesah dan masalah Haikal tumpah ruahkan pada Naka. Tapi tidak semuanya Haikal ceritakan pada Naka, karena dirinya tau beban Naka pasti akan bertambah jika dia bercerita tentang masalahnya. Jadi Haikal lebih meminta nasihat dan pendapatnya saja. Dia sesekali menoleh mihat sekeliling kamar Naka.
...
See you the next part
Jangan lupa komen dan suprot aku ya.
Salam rumput goyang💚💚Btw happy birthday winwin ge💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Haikal
Ficțiune generalăRumah singgah pun kalau tidak dijagai dengan baik dia akan runtuh, rumah singgah memang memberikan banyak kebahagiaan. Meskipun pada akhirnya kebahagiaan itu akan hilang. _Haikal Alfahri