19: Rumah singgah

74 16 0
                                    

"Aku hanyalah perlabuhan dan rumah singgah untuk mu."

___

"Nan, gue nebeng yah?" Haikal berteriak dari kamarnya dia masih pagi sudah berteriak minta nebeng padahal jam kampusnya masuknya siang jadi dia masih ada waktu untuk istirahat karena sebenarnya dirinya masih begitu lemas, "kagak muat bokong lo buat bonceng dijok gue." Haikal menelan ludah kala Adnan menghina bokongnya, "Lo pikir bokong gue dongdangan langseng!! kalo pelit, pelit aja sih Nan nggak usah nanggung seperempat." Ucap Haikal kesal tapi beda dengan Adnan yang terkikik pelan didalam kamar ketika langseng berukuran besar melintas dibayanganya.

"Haikal Alfahri silahkan keluar karena sudah ditunggu Ibu direktur." Entah apa yang akan dia dapat saat Rafa memanggilnya keluar karena disuruh Ibu. Haikal turun dari ranjangnya dengan raut khas belum mandi ditambah dengan celana kolor berwana pink bergambar beruang. Dia mengekor dibelakang Rafa mengikuti langkahnya memasuki kamar Bang Naka ternyata disana tidak cuma dirinya yang dipanggil ada Adnan dan Bang Naka juga.

Bang naka yang merasa Haikal datang pun menoleh membuat Ibu juga ikut menoleh, "Abang duduk deket Bang Naka." Pinta Ibu, Haikal menatap memelas kearah Bang Naka karena takut jika Ibu sudah mode serius seperti ini, bocah itu duduk diranjang didekat Bang Naka mereka berempat saling menunduk tak ada yang berani menatap Ibu yang kini sudah duduk dikursih milik Bang Naka.

"Kenapa kalian rahasiain masalah sebesar ini?" Tanyanya namun tak ada jawaban yang menjawab pertanyaan itu, "kalian tau nggak apa yang ibu mau bahas hari ini?" Tanya Ibu sekali lagi mereka mengangguk secara serentak.

"jadi jawab?" Suara Ibu begitu lembut tak ada nada marah ataupun kasar saat berucap dengan anak-anaknya bahkan sebenarnya Ibu tidak pernah bisa marah. "Naka yang tertua diantara mereka minta maaf karena Naka yang minta mereka untuk nggak ngasih tau Ibu karena Naka takut ibu khawatir." Jelas Naka, terdengar helaan nafas Ibu yang tidak tau lagi mau mengatakan apa.

"Jujur Ibu mengapresiasi rasa tanggung jawab kalian tapi untuk hal berbohon tentang masalah ini Ibu kecewa sama kalian. Haikal masuk rumah sakit karena minum sunligh dan itu karena kecerobohan Rafa kalo Haikal sabaran sedikit dia tidak akan meminum air sabun cuci itu. Dan Bang Naka salah karena meminta mereka untuk nggak memberitahu Ibu tentang ini kalo ada masalah yang lebih besar lagi kalian akan sama kayak gini? Nggak kasih tau Ibu." Mereka menggeleng mereka menyadari kesalah hang telah mereka lakukan sampai membawa merea ketempat sidang dan membuat Ibu khawatir.

"Bu, Haikal minta maaf." Ucap Haikal duduk dibawah menggolerkan kepalanya dipangkuan ibu, Ibu mengelus kepala bocah itu.

"Ibu nggak marah, cuma Ibu khawatir karena Ibu taunya dari oranglain bukan dari anak-anak ibu sendiri. Kok bisa oranglain dikasih tau tapi Ibu sendiri nggak, Pokoknya jangan diulangin lagi Ibu takut kalian kenapa-kenapa." Naka bangun dari tempatnya dan memeluk Ibu dari belakang pria itu melingkarkan tanganya dileher Ibu lalu mencium pipi sang Ibu begitupun Adnan dan Rafa.

"Kalian anak-anak ibu. Ibu nggak mau kalian terluka yah." Terkadang tempat singgah paling nyaman adalah pangkuan seorang Ibu dan pelukan hangat seorang Ibu juga belaian lembut Ibu. Tak ada tempat lain selain Ibulah tempat kita berpulang dan mengadu tentang semua masalag kita.

"Abang jangan ke kampus dulu hari ini huh?"

"Tapi Haikal ada presentasi hari ini nggak mungkin Haikal nggak pergi." Ucapnya jujur kali ini dia jujur tidak mungkin dia sudah capek-capek mengerjakan power point tapi tidak mendapatkan nilai. "Ya udah bareng Adnan."

Diary HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang