09: Yakin Rafa cuek?

75 19 1
                                    

Rafa fahrenza namanya begitu indah sama halnya dengan orangnya, Rafa tidak populer? Itu salah besar anak itu lebih populer dari pada Abangnya. Rafa digilai oleh banyak teman perempuannya karena tatapan sejuk dan sikap cueknya, membuat semua teman perempuannya merasa tertantang untuk dekat dengan Rafa. Mau berlembar-lembar surat yang ditaroh didalam brangkarnya Rafa tidak akan pernah menyentuhnya. sama sekali tidak.

Memang jual mahal sekali Adiknya Haikal ini. Padahal kalau dirumah dia itu jadi tukang adu domba sama Ibu, percaya tidak percaya tahta tertinggi diantara Haikal dan kedua abangnya telah dipegang kuat oleh Rafa jadi siapapun tidak boleh menolak permintaanya, kecuali Bang Naka, karena Rafa menakuti Naka yang diam-diam menghanyutkan.

Apa hobinya? Memotret, menyendiri, menyumbat telinganya dengan heandseat sampe budek, biar kalau disuruh Haikal dia bisa bilang 'Hah?!' Dengan keahlian memotret Rafa sering dibutuhkan oleh Guru untuk mendokumentasikan kegiatan sekolahnya.

"Raf, ada yang nitip ini sama lo." Rafa menghentikan langkahnya kala Nizam menyondorkan sebuah plastik berlogo Indomart, "Buat lo aja." Ya seperti itulah kebiasaan Rafa karena dia sendiri tidak mau dari pada kebuang mending dikasih keoranglain kan. Bukannya dia tidak menghargai pemberian orang lain tapi dia tidak mau menerima suatu barang jika dirinya tidak merasa meminta. Jika dirinya merasa telah membantu oranglain dan orang itu memberinya sesuatu tanpa pamrih mungkin dia akan menerimanya dengan senang hati.

"jangan mengambil sesuatu yang bukan hak kita, kalaupun merasa tidak enak dengan itu lebih baik diterima lalu dikasih sama orang yang lebih butuh dari kita." Itu kata Ibu, Rafa akan selalu ingat pesan itu.

"Lo serius?" Rafa mengangguk lalu meninggalkan Nizam dengan plastik indomart yang bermacam-macam isi. Meskipun isinya makanan kesukaannya dia lebih baik minta sama Haikal atau Bang Adnan saja.

Rafa melewati kerumunan siswi yang sudah menunggunya didepan kelasnya entah itu kakak kelas maupun adek kelas bahkan seangkatanya. Bagi teman perempuan seangkatanya sudah satu kelas dengan Rafapun sudah merasa lukcy, kata mereka. Terkecuali Nirvana tetangganya, Nirvana maharani anak pak bahrul yang terkenal dengan lemparan sendal jepitnya kala ada pria yang main kerumah Vana sebut saja begitu. "Rafa dicari sama gilang diparkiran."

Rafa mengurungkan niatnya yang akan duduk ditempatnya memutar balik tubuhnya untuk bertemu dengan gilang anak nakal disekolahnya yang tak henti hentinya memalaki siswa. Apakah uang jajan yang orangtua mereka berikan tidak cukup.

****

Rafa melihat barisan siswa yang tengah dimintai uangnya. Gilang dan sahrul memanfaatkan ketakutan mereka padanya jadi dengan mudah mereka memberikan uangnya. "Sana lo besok bawa yang banyak uangnya, goblok."

"Ngapain lo nyari gue?"

"Wus Rafa dateng juga, gimana duit yang udah gue janjiin udah lo bawa nggak?"

Rafa sempat menjadi korban bully dan sering kali dipalak oleh mereka, semenjak dia bercengkrama dengan Haikal dia menjadi tidak takut lagi dan dia ingat apa yang Haikal bilang padanya waktu itu, "jangan mau ditindas sama mereka, kamu harus lawan karena sejatinya cowok itu kuat bukan lemah. Kalo mereka nindas kamu jangan takut tapi kamu harus lawan mereka buat apa belajar bela diri tapu dianggurin, sia-sia aja Adnan sampe teklok ngajarin lo. Kalo mereka nggak pake kekerasan maka kamu juga jangan, Paham."

"Tapi kalo mereka mukul gimana?"

"Ya lo pukul lagilah, masa gitu aja nanya." Rafa mengangguki ucapan Abangnya sambil mengemut permen.

"Gue nggak bawa, lagian buat apa gue kasih uang gue buat lo." Rafa memasang heandseatnya dan memutar arah berbalik.

"Wah ngelawan, lang. Harus kita apain nih anak?"

Diary HaikalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang