7. menolak kenyataan

1.4K 93 2
                                    

Suasana semakin keruh, El yang terus memberontak dan marah-marah, sungguh, sebenarnya dada El sudah sesak.

Tapi dia harus menyelesaikan semua hal ini sekarang juga, dia tidak ingin menghindar dari masalah.

"El sudah cukup, pulang sekarang kata Dewa

"Diem Lo, dasar pembohong Lo semua" kata El

Sungguh El merasa di tipu, selama ini Dewa dan Gani ada di dekatnya, yang berarti dia juga dekat dengan keluarga nya.

Tapi kenapa mereka sama sekali tidak mencari kabar atau apapun yang menyangkut El, bahan Dewa dan Gani datang saat El sudah duduk di bangku kelas 7 SMP

"El, stop! Nanti Kau bisa sesak nafas" kata Gani

"Owh! Atau mungkin kalian sengaja buang gue bahkan berniat bunuh gue itu karena gue penyakitan Iya kan!" Kata El.

Mereka bahkan tidak bisa mendekati El, jika mereka mendekat maka El mengancam akan melukai mereka.

Sebenarnya mereka tidak masalah, mereka hanya khawatir jika nanti senjata yang di gunakan El justru membuat bocah itu dalam bahaya.

"EL SUDAH DADDY BILANG! KAMI TIDAK PERNAH MEMBUANG MU! KAMI KEHILANGAN JEJAK MU! KAMI BAHKAN KESANA KEMARI MENCARI INFORMASI DAN JEJAK MU! TAPI KAMI TIDAK BISA MENEMUKAN MU! SUDAH CUKUP KAU MEMBUAT MOMMY MU STRES DAN MENANGIS!" Bentak Albert

"Oke anggap saja kalian gak ngebuang gue, terus kenapa wanita yang lo sebut sebagai istri ninggalin gue sama wanita ular!" Kata El

Sungguh El sudah tidak tahan dadanya sudah sangat sakit. Nadya yang mendengar perkataan El

sungguh sakit hati. Tapi ini bukan salah El, saat

itu memang dia yang salah

meninggalkan El sendirian.

El berbalik ke arah Bunda Fani. Wajahnya kian pucat, nafasnya tidak beraturan.

Bunda Fani itu orangnya peka, jadi saat El berbalik ke arahnya dia langsung berlari ke arah El.

Tubuh El ambruk seketika, nafasnya memberat, wajah pucat

"Uhuk,, sa-sakit shh b-bunda" lirih El

Albert yang melihat itu segera berlari ke arah El lalu menggendongnya, sementara Nadya sudah histeris melihat putra bungsunya.

Bunda Fani, Lea, Shireen, dan Claudia berusaha menenangkan Nadya, mereka membawa Nadya ke mobil untuk menuju rumah sakit.

Sementara panti di jaga oleh beberapa bodyguard dan juga maid, Edgar yang memerintah kan mereka.

Albert sangat khawatir melihat wajah pucat El, anak itu terus memukul dada nya, berusaha meraup udara.

Dan sialnya mereka tidak punya inhaler, karena di keluarga Adhitama tidak ada yang memiliki riwayat Asma.

"S-sakit Bu-bunda" lirih El

Sungguh Albert ingin marah, kenapa El malah memanggil orang lain, sedangkan yang berada di dekatnya adalah dia.

"El sayang bertahan ya bentar lagi kita sampai" kata Albert

Mata El kian sayu, wajahnya kian pucat, inilah yang di takutkan Gani dan Dewa.

Setelah sampai di rumah sakit, Albert dengan cepat menggendong putra bungsunya, El di tangani oleh Dokter kepercayaan keluarga Adhitama.

Nadya dan yang lainnya sampai, mereka terlihat sangat khawatir. Nadya sungguh sesak melihat putranya yang pingsan tadi.

Mereka menunggu di depan Ruang IGD, hening tidak ada yang membuka suara, hanya isakan pilu dari Nadya saja yang terdengar

Tidak lama kemudian dokter keluar dari dalam, bersama dengan seorang suster

Elvian Or Elvano (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang