Liburan telah selesai

58 4 0
                                    


Mentari pada pagi hari sudah terbit setengah. Pukul 8 Dion akan mulai melakukan tugas.

"A'a teh kok pucet? Sakit?" Simbok kini khawatir dengan Dion. Wajah Dion pucat, dan harus mengangkat tas gunung nya yang besar.

"Simbok. A'a teh pusing sama flu katanya"  Cepu Indira.

Dion menyenggol bahu Indira pelan. Menandakan bahwa jangan memberi tahu siapa siapa. Tapi apalah daya, simbok dan Bapak sudah tau.

"A'a Dion kalau sakit bilang, trus ini gimana?" tanya Bapak.

"Nggak tau pak" cengiran tanpa dosa berhasil Dion terbitkan.

Simbok memberikan obat flu dan pereda pusing.

Simbok memeluk Dion. "Jaga kesehatan Di. Mbok khawatir kalau A'a sakit"

Dion hanya mengangguk lemah. Mata nya kini kian meredup, semakin lama menipis karena kantuk nya.

Indira berkacak pinggang. "Izin dulu A'a. Ntar kalau di medan perang gimana?"

"Nggak papa diajeng kesayangan ku. A'a kuattt" manja Dion.

Rasa khawatir oleh keluarga Dion terasa sekali. Membuat dion pun juga khawatir pada keluarga nya.

***

Rafka memegang dahi Dion. "Mas Dion. Kayak nya lo sakit deh"

"Nggak. Cuman ngantuk aja..."

Gilang menghela napas kasar. "Mesti lo lagi sakit kan?"

"Nggak gilang bastian yang imut nan ganteng dari sabang hingga merauke"

Gilang memaksa. Gilang menaruh kepala Dion untuk menyandar di bahu nya. Agar Dion bisa istirahat.

"Rekor Eldion Surawijaya tidak mengganggu Gilang Bastian yang katanya cakep nya dari sabang hingga merauke" ujar Gilang.

Dion hanya terkekeh pelan. Dion memutuskan untuk tidur di bahu Gilang. Dari pada menerima ocehan dari prajurit Ranggana.

"Lagi sakit?" tanya Aden sambil menunjuk Dion yang sedang tertidur.

Gilang mengangguk lembut.

Para prajurit Ranggana jadi mengkhawatirkan Dion. Terlebih Kapten Arzan. Setelah ini mereka akan ke medan perang, lalu di lanjutkan ke daerah terpencil.

Pesawat yang mereka tumpangi untuk menuju suatu daerah terpencil yang masih belum tau memasuki negara mana.

Mereka melalui lautan, hutan dan masih banyak lagi.

Saat ini hanya Zaidan yang terjaga. Semua prajurit Ranggana tengah tertidur lelap.

Zaidan memandang langit siang yang indah. Namun, adiksi nya teralih pada sebuah helikopter yang berbalik arah dengan pesawatnya.

"Prajurit Ranggana. Di informasikan pesawat akan tiba dalam 30 menit lagi. Mohon bersiap siap" pengumuman oleh kopilot pesawat.

Semua prajurit terbangun dengan mata sipitnya karena masih setengah sadar.

"Bareface Bian ucukkk" puji Dion.

Arzan memegang dahi Dion. "Kau sepertinya udah tidak apa apa sersan Dion"

Dion mengangguk ceria. Lalu melakukan hormat pada prajurit Ranggana, sebagai tanda bahwa Dion yang usil telah kembali.

***

Prajurit Ranggana telah sampai pada daerah terpencil. Tepatnya daerah Gungtan. Daerah terpencil yang kekerasan, konflik, tumpah darah ada dimana mana. Tak ada pemerintah disana. Daerah Gungtan masih belum di ketahui masuk di negara mana.

FUTURE ELITE SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang