Rafka menyedot minuman jus semangka nya, "Samuel tuh kayaknya saingan basket ku dulu waktu SMA deh" ucapnya lalu menengok ke arah Bian."Lah, katanya dulu kita satu sekolah" Bian menyeruput kopi panas yang ia minum.
"SMP CUY. GIMANA SIH, MALAH LUPA!"
Bian menyuruh Rafka diam karena suara toa nya membuat semua orang di cafe menengok.
"Shut! Iya kan kita beda kelas"
Rafka menarik napas panjang, "Emang nya Samuel pernah apain kamu?" tanya nya.
"Banyak sih--"
"Paling parah."
Bian menyatukan alis nya. "Kalau paling parah...."
***
Sekolah Bian dan Samuel sedang melakukan perjalanan wisata. Wisata itu adalah wisata perairan, sebagian besar adalah danau.
Bian di geret paksa Samuel melalui kerah baju nya. Samuel dan teman temannya berhenti di pinggiran danau yang jauh dari pengunjung. Sangat sepi.
"Kenapa kalian mengajakku kesini??" Bian memainkan kuku nya takut.
"Formal banget sih deck. Tapi, seharusnya memang gitu" gelak tawa pecah Samuel sangatlah kencang.
Bian di geret paksa melalui kerah bajunya. Semakin mendekat ke pojok.
"Jangan, aku tak mau masuk dalam danau. Aku nggak mau..."
"Danau ini sangat hijau, sepertinya sangat dalam kan?"
Bian meremat bibirnya hingga berdarah, panik attack nya kembali kambuh.
"Ewh, keringat mu!"
BYURR!!!!
"T-tolong S-samuel. A-aku tak bisa b-berenang. Tolong!!??"
Samuel dan teman temannya pergi begitu saja meninggalkan Bian yang hampir tenggelam.
Semakin lama Bian lelah, semakin dalam.
Bian tak dapat bernafas, seperti di kekang. Bahkan, Bian berpikir. Ini adalah saat terakhirnya ia hidup.
BYURR!!
Penglihatan Bian semakin meremang, Bian tak tau siapa yang akan menyelamatkan nya di dalam situasi ini. Terlebih danau yang sangat sepi tak banyak pengunjung.
Bian sudah berusaha semaksimal mungkin, matanya kini tertutup rapat.
"Dek, sadarlah..."
Seorang laki laki berusaha membuat napas buatan dan membantu Bian.
Tubuh kaku, bibir pucat nan dingin tubuh Bian, membuat orang itu semakin ketakutan dan gemetar.
"Aku mohon, kamu harus bertahan..."
"uhuk uhuk!"
Bian terbatuk kuat, mata nya masih meremang.
Lelaki tadi langsung menggendong Bian ala giddyback menuju tempat wisata yang ada di dekat sana.
"P-PAK, BAPAK TOLONG! ADA ORANG PINGSAN?!!"
Bian masih bisa mendengar teriakan lelaki itu, teriakan penuh khawatir.
Bian dapat merasakan dan mendengar. Hanya saja Bian tak dapan berbicara dan melihat karena tubuh nya lemas tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUTURE ELITE SQUAD
Художественная проза7 insan indah dengan canda gurau sederhananya. Tapi, sebuah guncangan dahsyat menimpa bumi begitu hebat. Hingga tersisa satu raga. Apa yang harus satu raga tersebut lakukan? Hingga akhirnya mereka kembali karena adanya mesin waktu, namanya Ranggana...