3 TAHUN KEMUDIAN"Kalian sengaja ku buat untuk membenarkan masalah. Aku tidak ingin kejadian dulu terulang, tolong jaga diri kalian baik baik. Mengerti?!"
"SIAP MENGERTI!!!"
Kolonel Varo. Nama yang berada di kanan Varo. Pria tersebut sudah bernaik pangkat, menjadi kolonel.
"PAHAM KOLONEL VARO!!"
Varo menepuk pundak kapten dari prajurit kopassus itu. Senyuman bahagia berhasil ia munculkan.
"Kamu berhasil mendirikan ini Galang Bastian. Congrats for you and Bian, Rafka." ucapnya.
Gilang melakukan hormat, sekaligus Bian dan Rafka. Ketiga orang itu sudah naik pangkat. Gilang menjadi Kapten, sedangkan Rafka menjadi Letnan. Seperti wasiat Zaidan dan Aden. Pangkat nereka berdua di berikan pada teman temannya yang membutuhkan. Untung saja, Gilang tidak di keluarkan dari militer setelah insiden memukul petinggi.
Dila tetap menjadi dokter, bukan lagi dalam dunia militer. Tapi, dalam dunia rumah sakit yang di pimpin dan di bangun oleh Pasya. Yang di wajibkan untuk menjadi dokter relawan bencana, karena daya tahan tubuhnya dan kekuatannya.
Di sisi lain, ada Alice yang berdiri di ruang pengadilan.
Kertas kertas HVS yang ia genggam dengan tangannya itu berisi foto foto TKP korban.
"Pasal 312 UU LLAJ, tabrak lari adalah kecelakaan lalu lintas dimana pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat dengan sengaja tidak menghentikan kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan kecelakaan lalu lintas kepada Polisi tanpa alasan yang patut." Tatapan Alice menajam, tak hentinya menatap sang pelaku tabrak lari, "Kurang apa bukti bukti ini, wahai pelaku? Jangan berusaha menjadi korban!" sambungnya.
Alice berjalan mendekat ke arah pelaku dengan tatapan tak berhenti menajam layaknya elang. Ia benar benar marah pada pelaku.
"Korban telah tiada. Apakah anda tetap tidak mengaku?" tanya nya cukup pelan.
Pelaku pun mengangkat tangan, tanda ia menyerah. Para hakim menyatakan kalau Pelaku akan di penjara selama 12 tahun lamanya karena kesalahannya.
"SIALAN!?" umpat pengacara si pelaku.
Alice tersenyum smirk, senyum kemenangan. Ia memberikan kertas HVS di tangannya, alice berikan pada hakim yang terhormat.
Alice mendapat beasiswa hukum di kampus UI oleh pemerintahan militer. Makanya, ia menjadi pengacara.
Alice menunduk dengan hormat. Ia mengambil tas selamping nya. Alice berlari kecil keluar dari ruangan itu.
Alice adalah pengacara hebat layaknya hotman paris. Karena kepinterannya, Alice menjadi pengacara idaman para korban. Terlebih, bayaran Alice yang tidak terlalu mahal. Alice hanya akan menerima bagi korban, bukan pelaku.
Jiwa baik nya masih melekat. Alice tahu betul bagaimana nasib para korban. Karena, ia juga pernah menjadi korban dahulu kala.
Alice menatap sendu keluarga itu, "sakit di balas maaf itu nggak adil. Tapi sayangnya aku tidak mau menyakiti orang lain"
***
"tarik napas yang panjang, hembuskan." Dila menekan sedikit di daerah perut pasiennya.
"Anda mengalami usus buntu, bapak. Mohon segera di operasikan ya," Dila membolak balikkan kertas di hadapannya. "Anda tidak memiliki alergi sedikit pun, saya rasa segera di operasi itu adalah pilihan yang baik pak."
Cahaya matahari yang memasuki ruangannya membuat wajah perempuan yang bernama Dila iti bersinar. Wajar, banyak dokter dan pasien disana menyukai nya. Apalagi aura tomboy nya karena rambut pendek dan celana yang selalu ia gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUTURE ELITE SQUAD
Fiction générale7 insan indah dengan canda gurau sederhananya. Tapi, sebuah guncangan dahsyat menimpa bumi begitu hebat. Hingga tersisa satu raga. Apa yang harus satu raga tersebut lakukan? Hingga akhirnya mereka kembali karena adanya mesin waktu, namanya Ranggana...