Si penjelajah waktu

131 7 0
                                    


"Hentikan pencaharian, sudah tidak ada harapan lagi" kata pak Ayes berhasil membuat orang orang disana yang mendengarnya terjatuh dan menangis deras.

"P-pak masih ada peluang 80% menemukan mereka, dan masih ada sekitar 450 mahasiswa dan mahasiswi belum di--"

"SUDAH KU BILANG HENTIKAN PENCAHARIAN. Apa kalian memiliki telinga---timsar?"

Timsar hanya bisa memasang wajah sedih, mereka menyesal tak bisa berbuat apa apa. Melihat para orang tua, kerabat, dan teman korban membuat Timsar semakin bersedih.

"Saya mohon pak, temukan anak saya.  Alfin masih hidup, Alfin tidak lemah" lirih ibu Alfin yang pipi nya masih basah karena tangisan nya.

BUGH!

Sebuah bogeman dari Raihan di lontarkan begitu saja pada Ayes.

"Bagaimana bisa anda menyerah begitu saja?! 450 dan 80% itu peluang yang besar!" Ujar Raihan, ia tak menangis, ia meluapkan emosi. "APAKAH ANDA TAK MEMILIKI HATI!?! TEMAN TEMAN SAYA MASIH ADA DI DALAM. ANAK DARI IBU BAPAK INI JUGA MASIH DI DALAM!?!" sambung nya dengan teriak.

"Maaf, Niara lebih penting dari pada ini. Ayo segera ke rumah--"

"Apakah anda tak bisa merelakan satu orang demi 450 teman saya?"

"Niara, lebih penting."

Ayes membalikkan badan, ia membawa timsar menuju rumahnya.

"AKU TAU DIA ANAK KESAYANGANMU, BISAKAH ANDA MERELAKANNYA DEMI KAMI!?!"

Dengan tatapan tajam, Ayes mendekat pada Raihan.

BUGH!

"Kamu hanya mahasiswa biasa, nggak usah banyak omong!"

BRUK!

Kesadaran Raihan menghilang, iya dia pingsan.

***

"SIAPA KAU!? LEPASKAN!"

Raihan di ikat kencang oleh sekelompok pria yang telah menculik nya.

"Lepaskan.." ujar perempuan bertopeng.

Raihan mendekat ke arah perempuan itu. Raihan menatap nya sinis.

"Ini aku Shella. Apa kabar? Jelas tidak baik baik saja bukan? Ayo jadi tidak?" tanya Shella.

Shella mengantar Raihan menuju ruang rahasia. Bahkan hingga di rantai.

Disana terdapat alat fisika yang tertancap kabel kabel berwarna warni.

"Mungkin kau tak dapat percaya. Ini adalah mesin waktu"

"Jelaskan dengan jelas, shella"

Shella tersenyum miring. Ia menyalakan lampu ruangan yang lumayan usang.

Shella mengambil remote yang banyak tombol nya. Bahkan ada sebuah meja bersama kursi disitu.

"Jika ku pencet tombol merah ini. Kita akan menuju masa depan. Di masa depan kita akan mengulang kejadian yang sama seperti disini. Tugas kita di masa depan adalah merubah takdir"

Raihan tertawa. "Kau mimpi apa semalam?"

"Aku tak bercanda Raihan. Ini memang kenyataan. Mesin ini adalah mesin menuju masa depan"

"Lalu di masa depan kita kembali menjadi bayi?"

"Iya. Kemungkinan kita akan lupa dengan kejadian saat ini"

Raihan langsung mengambil kesimpulan. "Berarti takdir yang terjadi sekarang akan terulang? Mereka bertujuh akan mati dan hanya tersisa aku?"

"Benar. Semua yang terjadi esok akan berubah. Kecuali takdir kematian, kita harus mengubahnya sendiri"

FUTURE ELITE SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang