"PRAJURIT RANGGANA, PRAJURIT RANGGANA!?!?!""Kenapa Jolie? Tenangkan dirimu dulu" Tanya Arzan. Jolie berkeringat dingin, nafasnya memburu.
"Anjani hilang kapten. Ada bekas darah di kasur nya" air mata Jolie menetes satu persatu.
"Aku takut, aku takut pada orang itu.."
"K-kemarin pukul 2 ada seorang memakai baju serba hitam menangkap Anjani. Orang itu melukai tangan Anjani dan pergi..." Jolie masih gemetaran.
Arzan mengambil HT yang berada di saku nya. "Anjani menghilang, segera ke ruang rapat!" ujarnya pada HT.
DOR! DOR!
Banyak warga yang mulai menembak pengungsian itu. Jolie dan Arzan pergi ke belakang gedung. Mereka berdua saling melindungi.
"jolie, kurasa disini tak lagi aman. Segera ke ruang rapat bersamaku. Ayo!" Arzan menggeret tangan Jolie paksa. Jolie melepaskan gandengan itu.
"Aku takut kapten, aku tak ingin mati.." Jolie lagi dan lagi mengeluarkan air mata indah nya.
"Jolie. Percaya padaku, aku akan melindungi-"
"KARENA ITU. AKU TAK INGIN KAU MATI KARENA KU KAPTEN!?"
Arzan menatap datar Jolie. "Kewajiban ku adalah melindungi orang kan? Kita akan selamat Jolie, kita"
Arzan menarik tangan Jolie. Mereka berdua berlari bersama menuju gedung rapat yang tergolong jauh.
DOR! DOR!
"AAAAAA!!!!!!"
Jolie terjatuh karena tersandung batu, Jolie menangis deras.
"Aku nggak bisa Kapten aku takut!"
Arzan menggendong Jolie ala bridal style dan berlari.
Jeglek
"Kapten kau baik baik saja?" tanya Rafka.
Dila mendekat ke arah Jolie yang sudah tertidur di gendongan Arzan.
"Dia hanya tertidur, bukan pingsan" ucap Arzan. Dila mengangguk, ia pergi untuk mengambil kotak p3k untuk mengobati luka di lutut Jolie.
Gilang menengok ke arah Arzan, "Kapten, para warga. Mereka meyerang kita" kata Gilang, dia melirik Jolie sebentar.
"BAGAIMANA BISA ANJANI HILANG KAPTEN BAGAIMANA?!!" teriak Bian histeris. Seluruh prajurit Ranggana harus turun tangan untuk menenangkan Bian.
"Kalau kata Jolie. Kemarin pukul 2 malam, saat itu ada seorang memakai baju serba hitam menggores tangan Anjani dan membawa nya" Arzan melirik kesan kemari melihat tanggapan prajurit Ranggana.
Prajurit Ranggana berkumpul, tak lupa kertas bukti yang mereka kumpulkan bertambah ilustrasi pisau.
Rafka membulatkan pisau ilustrasi yang melukai Anjani. "Menurutku, pisau ini ada bius nya. Anjani gampang terbangun tak mungkin ia tak sadar" Ucapnya.
Aden memilih untuk diam dan mengikuti arahan. Pikirannya tetap pada "Anjani itu jahat".
Aden mendekat ke arah Gilang yang masih sibuk memainkan bolpoin nya untuk memikir, dengan mata yang sudah seperti mata panda.
"kemarin kau menjaga malam, tidurlah" Ujar Aden.
Gilang mengangguk, apalah daya kantuk sudah menguasai tubuhnya.
Kembali pada prajurit Ranggana yng masih berpikir.
"LIAT CCTV NGGAK ADA CARA LAIN!" Rafka berlari menuju tempat cctv berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUTURE ELITE SQUAD
Ficción General7 insan indah dengan canda gurau sederhananya. Tapi, sebuah guncangan dahsyat menimpa bumi begitu hebat. Hingga tersisa satu raga. Apa yang harus satu raga tersebut lakukan? Hingga akhirnya mereka kembali karena adanya mesin waktu, namanya Ranggana...