"Aku akan kembali menuju Gungtan, rencana kita akan di mulai dari sini. Siapkan semua nya""Baiklah ----"
***
Para prajurit Ranggana beserta Alice, Kesya, Dila, dan Jolie sedang makan bersama. Mereka membawa camilan dan perlengkapan kemah untuk keseharian.
"TOLONG AKU!?!"
Semua nya reflek menengok. Aden, Arzan, dan Rafka pun reflek menodongkan senjata.
Jolie menyatukan alis nya, "Kayak suara Anjani" gumam nya.
Alice menengok pada Jolie, "Benar, Sangat mirip suara Anjani" ucapnya.
Bian pun terbangun dari duduk nya, "Ayo kita harus mencari nya!".
Mereka semua mengangguk. Seluruh Prajurit Ranggana---kecuali para perempuan segera maju mencari Anjani.
Mereka semua menyusuri hutan, hingga tak tau lagi arah. Mereka tersesat dalam hutan.
HT mereka tak dapat menjangkau HT Dila, mereka tersesat bersama.
Arzan berdecak, "Bagaimana ini!?".
Gilang menjauh, ia melihat sebuah pita terikat pada pohon yang tinggi menjulang. Dalam pita itu ada kertas yang tergulung.
"TEMAN TEMAN! KEMARILAH!" teriak Gilang.
Prajurit Ranggana saling menatap, siapakah yang akan masuk ke dalam gudang Thomas?
Bian menghembuskan napas berat, "Biar aku saja--"
"AKU TAK SETUJU!" bantah Rafka. Rafka menatap mata Bian dengan sendu, Bian tersenyum lalu mengangguk. "Baiklah" lanjutnya lesu.
Arzan menepuk pundak Bian, "Aku mempercayaimu, kembalilah pada pelukan kami lagi, oke?" ucapnya. Bian pun mengangguk.
Semua Prajurit Ranggana berpelukan bersama, seperti teletubis. Suasana menjadi sendu.
"Yang namanya Ranggana selamanya bertujuh, nggak boleh berkurang!" seru Dion.
Arzan tersenyum, "Pastikan, setelah kita pulang dari sini. Raga kita masih melekat, kita masih bernafas. Bahagiakan orang tersayang kita" ucapnya.
Bian menitikkan air mata nya. Membuat suasana kini sangat emosional dan sendu.
"Hey lihatlah, Bian menangis" Rafka mengejek Bian yang sudah berulang kali mengelap air mata nya.
Bulir bening yang tak dapat di bendung lagi oleh Arzan pun meluncur. Membuat Dion, Aden, Gilang, Zaidan, dan Rafka ikut terbawa suasana.
"Seorang laki tak boleh menangis, terlebih kita prajurit Ranggana" ucap Aden dengan senyum lebar nya.
Rafka segera mendekat, memegang kening Aden, "Nggak panas, tapi kok eror ya?". Seluruh Ranggana kecuali Dion dan Zaidan keheranan pada Aden. Aden yang cool dimana?
Gilang merangkul Aden, "Efek nggak liat Kesya".
"Ciyee" ucap Prajurit Ranggana bersamaan. Bahkan kata "Ciye" sudah salah di pergunakan oleh mereka.
***
Alice berlari kencang, ia tak peduli kaki nya yang terluka karena terpleset tadi.
"Aku mohon tuhan, pertemukan ku dengan Ranggana"
Alice terus berlari, bahkan keringat sudah beberapa kali meluncur melalui pelipis nya.
Alice memilih untuk berhenti pada suatu pohon, ia lelah. Terlebih tas yang Alice bawa cukup berat.
Di sisi lain, prajurit Ranggana sedang menyusun strategi bila di kepung pasukan Thomas. Namun, Dion melihat suatu yang membuat nya menarik.
"Gilang, temenin aku kesana plis. Ini demi kesejahteraan kita bersama!" rengek Dion. Gilang pun mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUTURE ELITE SQUAD
Ficción General7 insan indah dengan canda gurau sederhananya. Tapi, sebuah guncangan dahsyat menimpa bumi begitu hebat. Hingga tersisa satu raga. Apa yang harus satu raga tersebut lakukan? Hingga akhirnya mereka kembali karena adanya mesin waktu, namanya Ranggana...