"Setelah kepergian teman temanku kau baru datang?" Suara Gilang terdengar sedikit bergetar. Alice pun menggenggam tangan Gilang. Dengan lembut dia menepisnya.Bian pun ikut menatap tajam, lalu dia pun terjatuh.
Gilang masih menatap petinggi nya dengan tatapan dalam, dia menengok kearah Bian yang terjatuh menahan sakit, "Selamatkan Bian, letkol Varo dan Serasa Rafka. Cari golongan darah O. Sepertinya dia kehilangan banyak darah. Alice, bawa Jolie menjauh, kau juga. Keadaan kalian tak baik baik saja" Rafka segera membawa Bian.
"KENAPA KAU BARU DATANG SEKARANG DISAAT SEMUA PRAJURIT HEBATMU TELAH PERGI WAHAI PETINGGI!?!" teriak Gilang.
BUGHH
Gilang memukul petinggi itu dengan kuat, "MENGAPA, MENGAPA!?!" Gilang sudah emosi tinggi. Dia tak berpikir akan di keluarga, dia sudah kecewa. Tangannya di ikat oleh pengawal.
***
Kemarin adalah kejadian mengerikan dan melelahkan bagi mereka semua. Mereka--- korban dari kejadian ini semua.
Pemandangan yang saat ini Rafka lihat melalui kaca jendela pesawat yang mereka tumpangi tak indah. Hutan, hutan yang selalu menjadi saksi atas hilangnya Dion, Aden, dan Zaidan. Hutan yang menglihat orang orang menangis deru akan kehilangan. Hutan yang menjadi saksi semua orang berduka dan menangis.
Mereka semua kini telah di pulangkan ke rumah masing masing. Wajah mereka semua pucat, lesu, bulir bening dari mata mereka yang sudah membasahi pipi kini mengering. Mata mereka memerah dan terdapat sebuah lekungan karena terlalu lama menangis.
Gilang memijakkan kaki nya pada rumah yang selalu menjadi atapnya. Ada mama dan Papa yang tersenyum getir, ada juga Fauzan yang masih sibuk menangis.
"Mama...." Kaki Gilang tak dapat bertumpu lebih lama. Ia luruh dalam lantai rumahnya yang cukup dingin.
Mama dan Papa nya memeluk Gilang erat. Semuanya sudah tau kejadian ini, hingga mancanegara. Semuanya sudah ada di siaran berita. Semua nya berduka bersama.
Fauzan hanya tertunduk lesu, Adiknya masih mengalami koma dan lumpuh sementara yang akan cukup lama pengobatannya.
Fauzan hanya bisa merenung. Matanya memerah, tatapannya lurus. Pikirannya larut dalam imajinasinya.
Fauzan benar benar linglung, Fauzan hampir kehilangan sang adik.
"Emak, jangan suruh Arzan nyusul ya? Fauzan nanti kesepian.." gumamnya.
"Mas fauzan.."
Gilang dengan mama papa nya memeluk sarkas Fauzan yang terlihat buruk. Rambutnya berantakan, bibirnya pucat tak jauh befbeda dari Gilang.
"Kita saling menguatkan ya? Jangan ada yang jatuh oke?" pinta mama.
***
Dengan gaun putih yang kini berubah menjadi warna hitam karena eyeshadow nya yang berulang kali ia berusaha hilangkan dari matanya.
Make up cantik di pipi Kamila kini hilang begitu saja dengan eyeshadow hitam yang kemana mana.
Lili sudah sadar dari komanya, ia tetap di rumah sakit. Itu adalah kabar baik. Namun, saat ini ada kabar buruk. Sangat buruk.
Tak lain, Dika telah menghembuskan napas terakhirnya sebagai prajurit yang sangat perwira dalam insiden kecelakaan itu.
Semuanya menjadi kenangan. 7 bulanan, album pernikahan. Hancur semuanya sudah.
"Kembali ke pelukan ku ayang, aku mohon..."
Kamila memeluk kaki nya erat, tangisnya tak berhenti. Perit nya yang sudah mulai membesar itu ia pukul kencang kencang untuk menghentikan kesedihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUTURE ELITE SQUAD
Ficção Geral7 insan indah dengan canda gurau sederhananya. Tapi, sebuah guncangan dahsyat menimpa bumi begitu hebat. Hingga tersisa satu raga. Apa yang harus satu raga tersebut lakukan? Hingga akhirnya mereka kembali karena adanya mesin waktu, namanya Ranggana...