Ara mengikat rambutnya erat. Dia sedang memilih milih untuk pemilihan jurusan kuliah. Pilihannya yakni jurusan "Kedokteran". Impian sejak SMP yang tidak pernah ia ganti hingga SMA."Sial, gua nggak keterima!!??" Ara melempar HP nya pada kasurnya yang empuk. Melihat tanda berwarna merah yang artinya dia tak keterima jurusan kedokteran.
Sudah 4 kali Ara mencoba, namun hasilnya gagal. Tak punya pilihan selain merokok, itulah pikiran Dila dalam menghilangkan stress.
Ara keluar dari kost-kostan nya. Namun, dia masukkan kembali rokok yang sudah ada pada genggaman nya karena melihat nama "ibuku" dalam nada dering nya.
"Ibu?"
"Gimana Ara? Keterima?"
Ara tersenyum getir, lidahnya kelu untuk berbicara kata "tidak".
"Nggak papa, Ara. Ara hebat, ayo berjuang lagi, oke?"
Ara mengangguk, "Iya Ibu. Makasih."
Telepon ia matikan begitu saja. Kata "berjuang" tak ada artinya bagi dia. Ia sudah mencapai batas maksimal, yang tandanya ia tak dapat memakai jas dokter yang sangat indah di matanya.
Ia berjalan menyusuri jalan dengan rokok yang ia hisap, membiarkan orang orang melihatnya penuh julid.
Ia hanya memakai celana pendek sepaha dan kaos putih yang menyelimuti tubuhnya.
Seorang lelaki dengan kasar mengambil rokok yang Ara hisap. Menginjaknya agar tidak muncul api lagi dari putung rokok milik Ara.
Ara melihat lelaki itu datar, "Kenapa? Siapa kau? Mengapa ikut campur?" tanyanya penuh.
Lelaki tersebut memasukkan tangannya di saku celana miliknya. Lalu menyerahkan Kartu nama nya pada Ara.
-Fandra R.-
Ara menaikkan alisnya, ia masih bingung apa maksud lelaki yang berada di depannya ini. Ia kembali mengamati lelaki itu dari bawah menuju atas, alias dari kaki kenuju kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUTURE ELITE SQUAD
General Fiction7 insan indah dengan canda gurau sederhananya. Tapi, sebuah guncangan dahsyat menimpa bumi begitu hebat. Hingga tersisa satu raga. Apa yang harus satu raga tersebut lakukan? Hingga akhirnya mereka kembali karena adanya mesin waktu, namanya Ranggana...