(Seminggu kemudian setelah insiden)
4 prajurit Ranggana yang sudah membentuk prajurit kopassus baru yakni Bian, Rafka, Gilang, dan Arzan tengah berada di tempat kejadian.
Tempat dimana kisah pilu hembusan napas terakhir oleh 3 prajurit hebat.
Gilang menyenderkan tubuhnya pada tembok yang sudah cukup mengelupas cat nya. Ia membiarkan arang hitam bekas ledakan mengotori tubuhnya.
Langkah nya tak dapat bergerak sedikit pun. Kaki nya terasa berat melihat di hadapannya terdapat garis kuning polisi, sebagai tempat Dion, Zaidan, dan Aden saling merangkul untuk terakhir kalinya.
Bian sudah tak henti hentinya mengeluarkan air mata bening nya. Ia juga berkali kali menghembuskan napas panjang.
Rafka. Disitulah ia memimpin. Setelah kemarin Rafka seharian menangis dan mogok makan selama 2 hari. Akhirnya ia berani mendekatkan dirinya pada sebuah tembok itu.
Rafka menangis deras, melihat ilustrasi kertas tebal bertuliskan nama Dion, Zaidan, dan Aden beserta gambar mereka bertiga saling berpelukan.
Arzan, anak itu yang paling berusaha kuat. Namun, kenyataan sebaliknya. Ia merasa sangat terpuruk, karena gagal menjadi seorang kapten.
Arzan memukul dada nya kuat kuat yang selalu bergejola rasa sesak yang mendalam.
"S-sakit za-zaidan, a-aden, Di-dion. S-sakit d-da-da a-aku..." ia berusaha mengucapkan kalimat itu.
Arzan hanya bisa mengepalkan tangannya erat. Kursi roda yang ia tumpangi, berhasil membuatnya tak bisa bergerak seleluasanya.
Mereka semua mendekat satu sama lain. Mereka saling menguatkan dnegan sebuah pelukan. Mereka menangis deras atas gugurnya 3 prajurit Ranggana.
Berita tersebut, telah menyebar kemana mana. Kapan mereka kembali? Aden, Dion, Zaidan, kalian bertiga sudah terkenal di seluruh dunia.
Mereka semua berdiri tegap dan lurus. Tak lupa hormat.
"Lapor, Prajurit Ranggana telah kehilangan 3 prajurit nya. Kini tersisa 4. Saya kapten Arzan mewakili atas 4 prajurit rang---gana.."
Lagi lagi, mereka berempat kembali di guyur air mata dengan tidak sopan meluncur kebawah.
"Kami telah membalas dendam kalian pada penjahat penjahat biadab itu. Laporan selesai, ganti."
Tubuh jangkung Bian meluncur kebawah begitu saja. Tangannya tak henti memukul lantai yang keras, hingga nengeluarkan darah segar.
"Permisi, jam sudah selesai mohon segera keluar." seorang polisi akan segera menutup kasus. Namun mereka berempat menggeleng dengan cepat.
"kami akan terus disini!" bela Rafka. Emosi nya sudah cukup memuncak.
"Maaf kalian bisa pergi."
Polisi itu menggeret mereka satu satu untuk keluar secara paksa.
"Mengapa kalian begitu memaksakan?" suara bergetar dari Arzan terdengar miris. "Tidak ada jam besuk layaknya rumah sakit disini. Kita berduka, bukan menjenguk orang. Mengapa kalian egois?" lanjutnya.
"Maaf ini tugas kami!?"
"Memang nya iya. Anda tau siapa kita? Kita adalah 4 dari prajurit itu. Kita punya hak untuk disini lebih lama. Jika anda bersikap seperti itu, anda yang egois!" Rafka sudah naik pitam saat ini.
"Penyiar berita seben--"
"Apakah kau lebih mementingkan berita di banding kami? Setelah ini juga, tempat ini akan di tutup. Apakah kami tidak dapat melihat teman kami lagi? Makam itu hanya makam kosong, anda tau itu kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FUTURE ELITE SQUAD
Tiểu Thuyết Chung7 insan indah dengan canda gurau sederhananya. Tapi, sebuah guncangan dahsyat menimpa bumi begitu hebat. Hingga tersisa satu raga. Apa yang harus satu raga tersebut lakukan? Hingga akhirnya mereka kembali karena adanya mesin waktu, namanya Ranggana...