Kini semua orang sudah berkumpul di lapangan, mereka membuat lingkaran dengan ditengah-tengah nya berdiri sebuah api unggun yang menghangatkan malam mereka.
"Baik, karna murid-murid sudah berkumpul kembali, bapak persilahkan kakak-kakak timnas untuk menemani malam kalian."
Prok...
Prok...
"Selamat malam semuanya." Sapa Asnawi yang berada di tengah-tengah.
"Selamat malam juga, kak." jawab semuanya dengan kompak.
"Gimana rasanya malam hari berada di hutan?" Tanya Sadil sambil menatap ke sekelilingnya.
"Dingin banget, kak!" Teriak salah satu siswi.
"Mau kakak bantu hangatin?"
"MAU BANGET!!!" Teriak siswi itu lagi yang mendapatkan gelak tawa dari semua orang.
Sedangkan Ersya? dia saat ini sedang menundukan pandangannya, karna sendari tadi, sang idolanya itu terus menatap ke arahnya.
"Gausah ger gitu, Ersya! mana mungkin kak Arhan terus merhatiin kamu, dasar!" batin Ersya, tanpa sadar dia menjitak kepalanya sendiri.
Gelaga Ersya tentunya membuat beberapa orang menatap ke arahnya. Termasuk Saddil dan Asnawi, keduanya menatap ke arah Ersya.
"Kamu kenapa, Dek? Pusing?" tanya Saddil.
Deg.
Ersya terkejut bukan main saat dihadapannya kini semua orang menatap ke arahnya. Mereka berbisik-bisik seolah membicarakan Ersya.
"E-emm... enggak, kak. Aku gak pusing, cuma tadi gatel aja hehehe." Jawab Ersya sambil cengengesan.
Tanpa sadar, sudut bibir Arhan terangkat saat mendengar jawaban dari Ersya. Sungguh, entah kenapa ada getaran aneh di dalam hati Arhan. Dia merasakan hal yang aneh ketika berhadapan dengan gadis yang mengidolakannya itu.
Egi menyikut lengan Arhan, dia menatap ke arah sahabatnya itu. "Kesambet apaan? senyum senyum terus dari tadi."
Arhan tidur menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu. Justru dia berdiri dan memulai pembicaraannya.
"Baik, karna semuanya sudah pas dan lengkap. Kakak minta kalian buat kelompok dengan jumlah 10/kelompoknya."
"Izin bertanya, kak." Ucap salah satu siswa laki-laki, dia mengacungkan tangannya.
Asnawi mempersilahkan siswa itu bertanya. "Iya, silahkan."
Siswa itu berdiri dari duduknya. Dia mengambil mic yang diberikan oleh Saddil.
"Sebelumnya aku mau nanya, kak. Kita melakukan penelusuran ini sudah dipastikan aman, kan? tidak akan ada bahaya apapun? dan tidak ada jalan yang ekstrem?" Tanya siswa tersebut.
Egi mengambil mic, dia maju ke depan. "Tentu saja tidak ada, Dek. Kita ber-empat sudah memastikan tidak ada jalan yang ekstrem, dan guru-guru sudah memastikan itu. Kami juga mempunyai surat izin atas penelusuran ini." Jawab Egi dengan lantang.
Mendapatkan jawaban dari Egi, tentunya membuat semua orang bernafas lega. Setidaknya kini mereka sudah aman, ya walaupun nanti kaki mereka akan merasakan pegal.
"Sudah jelas kan, anak-anak? sekarang, bapak persilahkan kalian membuat kelompok kalian. Ingat, satu kelompok 10 orang."
"Baik, pak!"
Semua siswa dan siswi langsung membentuk kelompok mereka. Begitu dengan Ersya, saat dia hendak masuk ke dalam kelompok temannya. Terlebih dulu tangannya di tarik oleh Varril.
"Lu sama gua aja, Sya. Kelompoknya dia udah penuh, dan kelompok gua kurang 1 lagi." Ucap Varril.
Ersya mendongak untuk melihat kelompok temannya dan memang benar kalau kelompok temannya itu sudah penuh.
Ersya menganggukan kepalanya. Dia akhirnya masuk ke dalam kelompok Varril.
"Sudah?"
"SUDAH, PAK!" Jawab mereka dengan kompak.
"Baik, silahkan kepada kakak-kakak timnas untuk menjadi capten di tim-tim mereka." Ucap guru, dia mempersilahkan Arhan, Asnawi, Egi, dan Saddil, untuk memimpin kelompok tersebut.
Jantung Ersya rasanya berhenti berdetak disaat Arhan yang memimpin kelompoknya.
"Astagfirullahalazim, kuatkan hatiku ya allah, kuatkan imanku. Aghh! Kenapa dia selama di dekatku? Apa dia jodohku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU IDOLAKU
Romance"Kagumi saja dia sebagai idolamu. Jangan pernah berharap bahwa kamu dapat memilikinya." Kata itu yang selalu di ucapkan oleh Ersya setiap kali melihat idolanya. Namun, justru takdirnya berkata lain. Takdirnya berkata bahwa Ersya dapat memiliki idol...