Part 19

384 32 2
                                    

"Nah itu dia mas Dewa." ucap Varriel yang membuat Ersya mengikuti arah pandang Varriel. Dia cukup tersentak sesaat melihat siapa sepupunya Varriel.

"Jadi ini cewekmu?" tanya Dewangga dengan tertawa lirih, dia menepuk pundak Varriel. "Pinter juga kamu nyari cewek Riel."

"Y--"

"A-aku bukan pacarnya kak Varriel, kak." Ersya langsung memotonh ucapan Varriel. Jika sampai dia mengatakan kalau dirinya adalah kekasih Varriel, meskipun itu hanya berbohong. Tapi tetap saja Ersya tidak mau kalau nanti Dewangga tau sebenarnya dia sudah menikah dengan temannya itu.

Mendengar itu, Varriel menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Dia sungguh tidak enak hati dengan Ersya. Pastinya itu sangat mengganggunya.

"Mas, langsung ke intinya saja." Varriel langsung mengajak Ersya kembali duduk dan berhadapan dengan Dewangga. "Perkenalkan dia Ersya Maharani. Dia yang mau melamar berkerja di sini, mas." sambung Varriel memperkenalkan Ersya kepada Dewangga.

Namun tanpa di duga, Dewangga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ersya. Melihat itu tentunya Ersya melirik Varriel, dia seolah bertanya dengan hal apa ini. Dan Varriel yang mengetahuinya, dia langsung menganggukan kepalanya.

Ersya menerima uluran tangan Dewangga. Dia sedikit gugup dengan apa yang akan di ucapkan oleh Dewangga. Bukan tanpa sebab, Ersya tidak munafik jika Dewangga yang banyak di idolakan oleh banyak wanita itu sangatlah tampan. Namun bagi Ersya, tidak ada yang bisa menggantikan tamannya seorang Arhan.

"Aku, Dewangga. Panggil saja Dewa, atau mau panggil sayang juga boleh. Haha.." ucap Dewangga dengan sedikit bercanda.

Tentu hal itu membuat Ersya sedikit tidak enak kepada Varriel. Dia tau kalau Varriel menyukainya, namun bisa-bisanya sepupunya itu malah mengatakan hal seperti ini.

Dewangga menghentikan gelak tawanya. Dia melirik Ersya. "Aku hanya bercanda, jangan terlalu serius ya." Dewangga berdiri dari duduknya yang langsung membuat Ersya dan Varriel ikut berdiri dari duduknya.

"Kamu di terima berkerja di sini, besok kamu bisa mulai berkerja. Selamat ya."

Wajah Ersya seketika langsung berbinar, dia langsung berjabat tangan dengan Dewangga dan mengucapkan rasa terimakasih nya.

"Terimakasih, pak. Terimakasih banyak. Saya akan berkerja setelah pulang sekolah."

"Jadi kamu masih sekolah?" tanya Dewangga menatap Ersya.

Ersya mengangguk. "Iya, saya masih sekolah menengah atas." jawabnya.

"Kelas berapa?"

"Kelas 3, akhir semester ini saya lulus."

Dewangga mengangguk. "Baiklah tidak apa-apa, kamu bisa mengambil shift malam." 

"Dan jangan panggil saya bapak, apa muka saya ini terlihat seperti bapak-bapak?" sambung Dewangga sambil tertawa lirih.

Ersya menggaruk tangannya yang tidak gatal, dia tersenyum kikuk kepada Dewangga. "Em, maaf kak."

"Sudah, semuanya sudah clear? ayo sekarang kita pulang." ajak Varriel, dia menarik tangan Ersya.

"Kenapa aku seperti pernah mendengar namanya? Ersya Maharani, nama yang indah." batin Dewangga.

Ersya tersenyum manis kepada Varriel, dia tentunya berterimakasih kepada Varriel. "Sekali lagi terimakasih ya kak, kalau begitu aku pulang duluan ya."

"Iya sama-sama, semoga ini bisa membantu kamu ya." Varriel tersenyum kepada Ersya. "Kamu yakin tidak mau aku antar?" sambung Varriel yang memastikan Ersya tidak mau di antar-nya.

"Hmm, tidak usah kak. Aku bisa sendiri."

"Baiklah kalau begitu hati-hati."

Ersya masuk ke dalam sebuah taksi yang sudah dia pesan sebelumnya. Ersya memejamkan matanya untuk sesaat. Rasanya sangat bahagia akhirnya dia bisa memiliki perkerjaan yang bisa membantunya.

"Apa aku perlu membicarakan ini kepada kak Arhan? bagaimanapun dia suamiku, aku harus berbicara kepadanya." gumam Ersya.

Sesampainya di apartemen milik suaminya. Ersya turun dari taksi, dia langsung bergegas masuk ke dalam. Saat sampai di sebuah lift, Ersya dibuat terkejut dengan seseorang yang dia kenal sedang berada di dalam loby apartemen.

Deg.

"Kenapa mereka berada di sini, apa kak Arhan yang mengundang mereka?"

Ersya yang memakai hoodie yang cukup besar, dia memakai hoodie tersebut dan menutup wajahnya dengan menggunakan masker.

"Semoga saja Kak Saddil tidak mengenaliku, jika dia mengenaliku. Habislah aku." lirih Ersya was-was, dia takut jika Saddil mengenalinya.

Ya, sejak di perkemahan waktu itu. Dia juga cukup banyak berbicara dengan salah satu pemain timnas indonesia yang tak lain adalah Saddil.

"Hey kamu!!"

Deg.



SUAMIKU IDOLAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang