part 16

417 26 9
                                    

"Kenapa hatiku rasanya sangat sakit? ya tuhan, jangan sampai aku benar-benar mencintai kak Arhan, kehadiranku sangatlah salah di dalam hubungan mereka." batin Ersya.

Ersya mengambil kartu kredit yang diberikan oleh suaminya. Dia memandang kartu tersebut dengan seksama, dia kembali menaruh kartu itu di meja. "Aku rasa, aku tidak pantas untuk mendapatkan ini kak, aku akan bekerja untuk menghidupi diriku sendiri." Lirih Ersya. Dia berdiri dari duduknya dan menaruh kartu itu di sebuah laci yang berada tepat di samping kamar suaminya.

Dia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Ersya mengambil ponselnya yang sudah dia hari ini di-nonaktifkan olehnya. Sesaat Ersya mengaktifkan kembali ponselnya. Banyak sekali notifikasi pesan dan panggilan yang masuk ke dalam ponselnya.

Ribuan pesan dari teman-teman kelasnya mulai masuk ke dalam ponselnya. Belum lagi pesan-pesan dari kedua sahabatnya itu, dan seseorang yang menyepamnya dengan beberapa pesan.

"Maafkan aku Sisil, Vina. Aku harus merahasiakan ini dari kalian, aku harap kalian mengerti." Lirih Ersya. Dia mulai membalas pesan-pesan dari kedua sahabatnya itu.

Setelah membalas pesan-pesan dari kedua sahabatnya. Ersya juga membalas pesan dari kakak kelasnya yang tak lain adalah Varril. Dia sungguh tidak enak hati saat Varril memberikannya sebuah foto yang dimana Varril tengah mencarinya.

Ersya menutup kembali ponselnya. Dia mengambil tas slempang nya yang biasa dia pakai. Ersya keluar dari kamar, namun sebelum itu dia membuka instagramnya terlebih dulu.

"Apa aku harus memberitahukan kepada kak Arhan kalau aku mau keluar apartemen? ta-tapi aku takut kalau kak Arhan saat ini sedang bersama kak Sella." ucap Ersya sambil memandangi instagram suaminya.

Saat hendak menutup ponselnya. Ersya dibuat terkejut dengan sebuah notif WhatsApp dari seseorang yang tidak dia kenali.

Nomor tidak di kenal:

"Ini nomor saya, simpan."

"Apa ini kak Arhan?" Lirih Ersya, dia memandangi nomor tersebut yang tidak sengaja dia terpencat tombol memanggil.

Astaga! Ersya menepuk jidatnya. Dia mengerutuki tangannya yang tidak bisa diajak kompromi, saat ini pasti Arhan sedang berpikir kalau dirinya sangat sama dengan wanita-wanita lainnya.

Karna tidak mau ambil pusing, Ersya secepatnya mengirimkan pesan kepada Arhan. Karna sebagai suaminya, dia berhak meminta izin kepada suaminya untuk berpergian dari rumah.

Tanpa menunggu jawaban pesan, Ersya langsung bergegas keluar dari apartemen tersebut. Dia menggunakan jasa gojek untuk menemui kedua sahabatnya itu.

Sesampainya Ersya di sebuah kedai mie ayam yang menjadi langganannya dan langganan kedua sahabatnya. Ersya meneguk selivanya dengan susah payah sesaat melihat kedua sahabatnya itu sudah menatap tajam ke arahnya.

Gluk!

"Mampus gue, mau ngomong apa coba?" gumam Ersya. Dia berjalan dengan santai menghampiri kedua sahabatnya. Ersya tersenyum manis dan memeluk kedua sahabatnya itu.

Namun entah kenapa justru kedua sahabatnya itu malah menangis sambil memeluknya. Hal itu tentu membuat Ersya terkejut bukan main, pasalnya mereka berdua sangatlah jarang terlihat menangis, bukannya tidak pernah menangis namun mereka seorang pelawak dan bukannya seorang pelawak itu tidak pantas menangis? ya itulah keduanya.

"Sialan lu Ersya! Kemana aja hah? hampir aja gue mau dangdutan buat ngerayain kepergian lu," ucap Sisil dengan asal yang membuat Vina langsung mencubit sahabatnya itu.

"Oon apa sengklek lu hah? sahabat pergi malah nanggep dangdut," sahut Vina dengan emosi.

Melihat kedua sahabatnya. Ersya tertawa dan tersenyum manis, dia mengusap kedua air mata sahabatnya itu. "Sudah, jangan menangis. Aku baik-baik saja, lihatlah... aku masih utuh bukan?"

Vina dan Sisil mengangguk sambil memperhatikan tubuh Ersya, sahabatnya. "Iya, kamu masih utuh.. Hiks.. kemarilah, kita sangat merindukanmu..." Sisil dan Vina menyambut Ersya untuk kembali memeluk mereka.

"Tubuhku memang masih utuh, tapi tidak dengan hatiku." ~Ersya

SUAMIKU IDOLAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang