Part 21

408 46 7
                                    

Keduanya makan malam dengan hening, tidak ada percakapan di antara keduanya. Arhan maupun Ersya sama sekali tidak membuka percakapan di antara keduanya. Sampai Arhan menghentikan makannya.

"Aku sudah selesai, selesaikan dulu makan mu. Aku tunggu di balkon." ucap Arhan yang langsung berdiri dari duduknya. Dia berjalan ke arah balkon yang terletak tidak jauh dari ruang makan.

Ersya bergegas untuk menyelesaikan makannya. Dia membersihkan meja makan dan setelah itu Ersya menyusul suaminya ke arah balkon. Ersya membawakan Arhan segelas teh hangat.

"I-ini untuk kakak,"

"Terimakasih,"

Ersya mengangguk, dia ikut duduk di samping Arhan. Sungguh Ersya gugup jika seperti ini. Dia merasakan hawa panas dan dingin melingkar di sekitarnya.

"Ekhem, bukannya tadi kamu bilang ada hal yang ingin kamu katakan kepadaku?"

Ersya mengangguk. "I-iya, kak."

"Katakanlah..."

"Aku ingin meminta izin kepada kakak untuk berkerja di sebuah cafe, a-aku ingin berkerja untuk memenuhi semua kebutuhanku. Bagaimanapun kakak Suamiku jadi aku meminta izin terlebih dahulu." Jelas Ersya sambil menundukan pandangannya. Dia meremas ujung baju nya karna takut jika Arhan akan marah karna Ersya memanggilnya sebagai suamiku.

"Kenapa kamu berkerja? apa kartu itu tidak cukup untuk kebutuhanmu?" tanya Arhan sambil menatap ke arah Ersya.

Ersya menggelengkan kepalanya. "T-tidak kak, bukan seperti itu. Namun aku merasa tidak berhak untuk memakai kartu yang kakak berikan. Jika aku memakai itu, bukankah itu sama saja dengan memberitahukan semua orang tentang status kita?"

Deg.

Arhan terdiam seketika, hampir saja dia lupa dengan kartu yang dia berikan kepada Ersya masih menggunakan bank namanya. Dan pasti hal itu membuat beberapa orang terkejut terutama Marshella yang akan tahu hal itu.

"Tapi, bukannya kamu masih sekolah?"

"Aku mengambil shift malam. Aku akan berkerja setelah aku pulang sekolah."

"Baiklah, terserah padamu. Tapi ingat, jangan pernah memberitahukan bahwa kamu adalah istriku, kamu paham kan?"

Ersya mengangguk lemah, dia menundukan kepalanya. "Aku paham kak, tenang saja. Aku tidak akan memberitahukan siapapun tantang status kita."

Mendengar suara lirih Ersya, entah kenapa hati Arhan justru bergetar. Mungkin karna dia takut jika perkataannya itu akan melukai perasaan Ersya.

Arhan menyodorkan sebuah map yang dia pegang tadi, Arhan memberikan map itu kepada Ersya. "Baca lah, dan tanda-tangani."

"A-apa ini, kak?" tanya Ersya menatap map tersebut.

"Buka, dan baca dengan diteal."

Ersya yang penasaran langsung membuka map coklat tersebut, dia mengambil sebuah kartas yang banyak sekali tulisan. Dengan perlahan Ersya mulai membaca isi kertas tersebut.

"Surat perjanjian pernikahan?" lirih Ersya.

Ersya terdiam sesaat baru membaca sebuah kata yang besar yang berada tepat di atas namanya dan nama suaminya.

"Surat perjanjian apa ini kak? aku tidak mengerti."

"Itu surat kontrak perjanjian pernikahan ini, dalam waktu 1 tahun aku akan menceraikanmu. Dan di poin ke 3, tidak ada kontak fisik yang terjadi di antara kita. Kamu mengertikan?"

Rasanya sangat sakit jika berada di posisi Ersya. Dia mengalihkan pandangannya untuk menyeka air matanya yang mulai turun, Ersya menahannya sebisa mungkin.

"Ersya?"

"Ha? ma-maaf, kak."

Arhan menghembuskan nafas kasarnya. "Aku melakukan semua ini demi kebaikan kita semua, kamu sudah tahu kan aku sudah mempunyai seorang kekasih? dan aku tidak mungkin menjalankan pernikahan konyol seperti ini, aku tidak mengenalimu dan aku tidak mencintaimu. Aku harap kamu tidak keberatan dengan semua ini."

SUAMIKU IDOLAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang