"TIDAK!!"
Bukannya Arhan yang berteriak dengan mengucapkan kata 'TIDAK' melainkan Ersya yang berteriak dan tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh wanita paruh baya itu.
Arhan menatap Ersya dengan tatapan dalam, dia dapat melihat kalau saat ini Ersya sedang dalam ketakutan, dia tau benar bahwa yang Ersya takutkan adalah dirinya, bukan diri Ersya sendiri.
Teriakan Ersya mampu mengundang banyak orang untuk berdatangan ke pondok wanita paruh baya itu. Mereka berbisik-bisik sambil menatap Ersya dan Arhan.
Sampai akhirnya kepala desa datang dan melerai semua orang yang sedang berkumpul di pondok wanita paruh baya itu.
"Pak! bapak jangan dengarkan kata mereka, kami sama sekali tidak melakukan hal yang mengotori desa ini!!" ucap Ersya dengan lantang.
Kepala desa itu nampak memperhatikan Ersya dan Arhan secara bergantian, dia lalu menatap ke arah wanita paruh baya yang bernama umi Uni.
"Bagaimana umi?" tanya kepala desa kepada Umi Uni.
"Umi tidak bisa menerimanya. Umi minta mereka dinikahkan saja, agar sesuatu yang tidak di inginkan menimpa desa kita!"
"Betul itu!"
"Iya betul, mereka harus dinikahkan!"
"Kalau mereka menolak, iring saja mereka sepanjang jalan!"
Sahut warga-warga yang menyetujui ucapan Umi Uni. Terlihat wajah dari mereka banyak yang menahan amarah, mungkin desa ini sangat ketat akan apapun, jadi mereka sangat menakuti hal buruk akan terjadi kepada desa mereka.
"Yang dikatakan oleh Umi sangat benar! pak kepala desa harus menikahkan mereka, kami tidak mau menanggung dosa mereka di sini! mereka telah mengotori desa kami!!"
"Sudah-sudah, diam!" kepala desa meminta warga-warga untuk terdiam diri, sedetik kemudian dia kembali menatap ke arah Ersya.
"Aku akan menikahinya. Saat ini juga."
Deg.
Jantung Ersya seakan berhenti berdetak, dia menatap ke arah Arhan yang terlihat sangat tegas mengatakan kalau dirinya akan menikahinya?
"Baiklah, kalau begitu kalian segera ikut kami ke masjid untuk melaksanakan ijab qobul." ucap kepala desa, dia berdiri dari duduknya. Dia mempersilahkan Ersya dan Arhan untuk mengikutinya.
Wajah Arhan nampak tidak memperlihatkan wajah yang kecemasan, melainkan wajah yang begitu tegas. Dia menggenggam tangan Ersya dan membawanya bersamanya.
"Lihat itu, dasar orang-orang kota! mereka bisanya hanya mengotori desa!!" Celetuk salah satu warga dengan menatap sinis ke arah Ersya.
"Sudah, jangan di dengarkan." ucap Arhan dengan lirih, dia meminta Ersya untuk jangan mendengarkan ucapan warga-warga.
Sesampainya di masjid, Ersya langsung di pakaikan kebaya putih milik warga disana. Dia nampak sangat cantik walaupun tanpa polesan make-up.
"Ya Tuhan, kenapa seperti ini? bukan ini yang aku mau, tolong gagalkan ini semua. Aku tidak ingin kak Arhan hancur, aku tidak ingin ini terjadi." batin Ersya meringis.
"Baiklah, silahkan ulurkan tangan anda." penghulu desa itu meminta Arhan untuk mengulurkan tangannya dan berjabat dengannya.
Arhan menjabat tangan penghulu dengan erat. Tatapannya begitu dalam dan halis yang tegas, tidak ada rasa gugup sekalipun.
"Baik, sodara Pratama Arhan Alif Rifai. Saya nikahkan engkau dan saya kawinkan engkau dengan saudari Ersya Maharani binti Tono dengan mahar tersebut di bayar tunai!!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Ersya Maharani binti Tono dengan mahar tersebut di bayar tunai!"
"Bagaimana para saksi?"
"Sah!"
"Sah!"
"Sah!"
"Alhamdulillah," penghulu mengucapkan doa dengan di iringi tangisan Ersya.
Ersya menangis karna saat ini statusnya sudah berubah menjadi seorang istri, istri dari sang idolanya. Dia menangis karna melihat kedua orangtuanya yang ikut menangis menyaksikan pernikahan dadakan ini, ya... Ersya melakukan videocall dengan orangtuanya.
"Maafin Ersya, mah, pah. Maafin Ersya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU IDOLAKU
Romance"Kagumi saja dia sebagai idolamu. Jangan pernah berharap bahwa kamu dapat memilikinya." Kata itu yang selalu di ucapkan oleh Ersya setiap kali melihat idolanya. Namun, justru takdirnya berkata lain. Takdirnya berkata bahwa Ersya dapat memiliki idol...