part 30

390 32 6
                                    

"Besok kan kita libur tuh. Jadi mending sekarang kita packing barang-barang yang mau di bawa. Soal izin ke sekolah, nanti gampang biar bokap sama nyokap gua yang bilang."

Ersya dan Sisil mengangguk. Ketiganya bergegas untuk meninggalkan cafe. Mereka menuju pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan mereka.

Tidak banyak yang Ersya beli. Dia hanya membeli dua baju hangat. Saat hendak langsung membayarnya. Terlebih dahulu tatapan Ersya menatap sebuah tumbler yang dimana disitu ada stiker Arhan. Dan tanpa pikir panjang, Ersya langsung mengambil tumbler tersebut. Dia langsung membayarnya.

Vina mengerutkan keningnya sesaat melihat Ersya yang terkesan terburu-buru. "Apa aku tidak salah tadi Ersya mengambil tumbler?" lirih Vina.

Setelah selesai membeli kebutuhan ketiganya. Vina mengusulkan untuk besok pergi bersamaan. Namun saat Sisil menanyakan dimana tempat tinggal Ersya, lidah Ersya seakan langsung kelu untuk menjawabnya.

"Emm, nanti aku langsung menyusul ke rumah Vina aja. Bukannya kita berangkat di sana, kan?"

"Yaudah deh kalau gitu, nanti lo langsung aja ya ke rumah Vina. Gue juga mau packing dulu."

Ersya mengangguk, dia bernafas lega sesaat kedua sahabatnya tidak mencurigainya apapun.

Ke-tiga wanita cantik itu berpisah di jalan. Setelah memastikan ke-dua sahabatnya telah pergi. Ersya bergegas menuju ke apartemennya.

"Kenapa hatiku berdebar seperti ini? rasanya aku ingin segera menemui kak Arhan. Astaga, tahan dulu Ersya!" gumam Ersya sambil terus tersenyum.

Ersya mempacking barang-barang bawaannya. Tidak banyak yang dia bawa, hanya barang-barang penting saja yang Ersya bawa. Selebihnya mungkin dia bisa membelinya di sana nanti. Setelah dipastikan semuanya telah siap. Ersya bergegas untuk bersiap-siap menuju rumah Vina.

Tidak lupa Ersya membawa tumbler yang baru saja dia beli tadi. Ersya mengusap tumbler yang berstiker wajah suaminya. "Hanya dari stiker saja, kakak sudah sangat tampan."

Sedangkan itu di rumah Vina. Terlihat Sisil sudah datang terlebih dahulu sebelum Ersya. Keduanya kini tengah menunggu Ersya.

"Sil, lo ngerasa gak sih ada yang aneh sama Ersya?" ucap Vina secara tiba-tiba.

Mendengar itu, Sisil mendongak menatap Vina. "Kenapa memangnya?"

Vina memposisikan duduknya. "Gue ngerasa Ersya nutupin sesuatu sama kita. Dia gak biasanya seperti ini. Setelah acara camping itu, sikap Ersya jadi beda."

"Mungkin cuman perasaan lo doang, Vin. Ya walaupun gue juga ngerasa gitu. Tapi ya kita gak berhak buat tanya-tanya ke Ersya. Karna itu kan privasinya."

Buk!

Vina melempar bantal ke wajah Sisil. "So bijak lu, udah ah sana buka pintu. Kayanya Ersya udah dateng tuh!"

Dengan cengegesan, Sisil membukakan pintu untuk Ersya. Namun dia mengerutkan keningnya sesaat melihat penampilan Ersya. "Sya, lu mau kemana? ko cantik banget."

"Apaan sih, lo. Udah sana minggir." Ersya tidak memperdulikan pertanyaan Sisil. Dia menerobos masuk. Saat baru satu langkah, Ersya langsung berbalik menatap Sisil. "Koper gua Sil ada di luar, tolong ambilin dan bawain ya." ucap Ersya sambil tertawa.

"Sialan! tau gitu mending bukan gua aja yang buka pintunya." gerutu Sisil sambil membawa koper Ersya.

Vina tertawa terbahak-bahak sesaat melihat Sisil yang membawa koper dengan kedua tas besar di kedua tangannya. "Sisil, lo mau jualan?" ucap Vina sambil tertawa.

Sisil tidak menyahut ucapan Vina, dia berteriak memanggil maid yang langsung Sisil serahkan kedua tas besar dan satu koper milik Ersya. "Bawain ke kamarnya Vina, bik."

Setelah selesai, Sisil ikut bergabung bersama Ersya dan Vina yang tengah menyantap cemilan yang di bawa oleh Ersya.

Keduanya bercerita tentang banyak hal. Sampai saat Ersya hendak memakan roti, ucapan Sisil justru menghentikan tangannya.

"Sya, kalau nanti lo nikah sama Arhan. Gua bakalan kasih lo mobil kesayangan gue, dan gue bakalan kasih lo tiket bulan madu ke Swiss."

SUAMIKU IDOLAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang